Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

media economics : PARADIGMS AND ANALYSIS FRAMEWORK

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "media economics : PARADIGMS AND ANALYSIS FRAMEWORK"— Transcript presentasi:

1 media economics : PARADIGMS AND ANALYSIS FRAMEWORK
W E E K IV media economics : PARADIGMS AND ANALYSIS FRAMEWORK Thursday 29th September 2016

2 RECAP WEEK II & III Studi Media Economics/ Ekonomi (politik) Media didominasi oleh studi dengan analisa secara mikro-ekonomi (micro-economics) untuk mempelajari bagaimana perubahan struktur pasar (dipengaruhi oleh regulasi, globalisasi, serta teknologi) mempengaruhi perubahan mata rantai industri media (baik secara vertikal, horisontal, dan diagonal) yang tentunya menghasilkan tidak saja nilai ekonomi (profit), tetapi juga kekuasaan secara politik. Adanya perubahan studi ekonomi dari paradigma ekonomi klasik (classic economics) menuju ekonomi neo-klasik (neo-classic economics) di awal abad ke-20. Ekonomi Media merupakan sub-bidang dari cabang ilmu ekonomi bernama “Industrial Organization” (IO) yang menggunakan analisa mirkro-ekonomi untuk mempelajari hubungan antara market (konsumen)-produsen

3 Paradigma Paradigma berasal dari παράδειγμα (paradeigma) – Yunani – artinya: “Contoh, Pola, Sampel” Paradigma berarti : sekumpulan konsep, nilai, atau pandangan yang mendasari seseorang untuk mempelajari pokok permasalahan dari cabang ilmu tertentu. Teori : serangkaian variabel, definisi, pengertian, dalil (termasuk alasan), yang terstruktur dan telah diuji secara ilmiah untuk menjelaskan fenonema tertentu.

4 ECONOMICS : historical development
Abad ke-15 – 18 Abad ke-18 Abad ke-19 Abad ke-20 Abad ke-21 Mercantilism Marginalism Political Economy Physiocrats “Policy of Laissez Faire” Marginalism Subjectivity Utility Static Efficiency Analysis Monopolistic Competition (Chamberlin, 1950) Imperfect Competition (Robinson, 1969) Welfare Economy (Pigou, 1932) Network Industries Two-Sided Industries Information Economics Transaction cost Economics and the new Institutional Economics Behavioural Economics Evolutionary Economics Classic economy Adam Smith David Ricardo (1953) Thomas Malthus John Stuart Mill Neo-Classic economy Post Neo-Classic economy

5 Kritik Terhadap Paradigma Ekonomi Klasik (Ekonomi Liberal) Dua Gagasan Dominan Paradigma Ini: Marginalist Economics Dan Marxism Marginalist Economics Menyediakan Kerangka Analisa Supply Dan Demand, Bahwa Harga Ditentukan Oleh Permintaan Selain Oleh Biaya Produksi. Permintaan Tersebut Sangat Dipengaruhi Oleh Subjective Utility. Marxism Menyediakan Kerangka Untuk Studi Ekonomi Sosial Yang Fokus Pada Konflik Kelas Sosial (Ruling Class Dan Labour). Ciri Khas paradigma Neo-Klasik Ekonomi: Marginalism: Tingkat kepuasan individu ketika mengkonsumsi barang dan jasa, maupun tingkat profit bagi produsen (perusahaan) ketika memproduksi barang dan jasa. (Ekonomi adalah aktivitas untuk memuaskan tingkat marginal) Subjectivity Utility: tingkat fungsi utilitas seseorang ketika mengkonsumsi barang dan jasa. Utilitas ini dipengaruhi selain persepsi, tetapi juga perferensi. Tiap2 orang berbeda tingkat utilitasnya Static Efficiency Analysis: asumsinya adalah proses untuk memaksimalkan kepuasan (bagi konsumen) serta profit (bagi perusahaan) memiliki sifat dasar yang tetap/ konstan.

6 Industrial organization (IO)
Sebuah kajian atau studi yang mempelajari interaksi antara perusahaan (firms), konsumen, atau agen ekonomi lainnya dalam mengalokasikan sumber (resources) ke sebuah pasar (market). Model “scp” (Structure- conduct – performance) Diperkenalkan pertama kali oleh Joe S. Bain Jr. dalam bukunya “Industrial Organization” tahun 1959 SCP merupakan kerangka analisa dalam bidang kajian IO yang menjelaskan hubungan antara elemen-elemen struktur pasar dengan perilaku dan kinerja para produsen (firms) Hipotesis SCP (Wirth dan Bloch, 1995):Struktur mempengaruhi perilaku dan kinerja perusahaan. Artinya semakin rendah konsentrasi pasar, semakin tinggi persaingan, maka semakin rendah market power.. Struktur : Konsentrasi, konglomerasi, kompetisi (entry and exit barrier), diferensiasi produk dan sebagainya Conduct (perilaku): Strategi perusahaan termasuk strategi harga, iklan, riset dan pengembangan Perfomance (kinerja): profit, efisiensi, alokasi anggaran, penyerapan tenaga kerja

7 Kritik terhadap scp Kritikan major SCP (Wirth and Bloch, 1995:17-18) diantaranya: Asumsi seperti Perusahaan semata bertujuan untuk memaksimalkan profit; Preferensi (selera) konsumen bersifat tetap/ konstan; Baik perusahaan maupun konsumen memiliki informasi yang dibutuhkan (well-informed); mengarah pada konklusi bahwa Perfect competition is an ideal market model. SCP gagal menjelaskan interaksi perusahaan pada pasar seperti Imperfect competition/ monopolistic competition, oligopoly, ataupun welfare economy (ekonomi kesejahteraan). Bahwa struktur pasar bukan terbentuk dari faktor luar atau eksternal (exogenous)

8 Game theory Sebuah studi yang mendasar pada hitung-hitungan matematika untuk memahami strategi para pemain yang berkompetisi dalam sebuah pasar. Teori ini mengadopsi model Nash “Equilibrium” law (John Forbes Nash, (June 13, 1928 – May 23, 2015) Prinsip Nash Equilibrium Law adalah bahwa setiap perusahaan memiliki strategi dengan membaca atau memprediksikan strategi apa yang akan diambil oleh rivalnya. Strategi yang dipilih harus mengoptimalkan profit dan/atau menguntungkan posisinya di pasar. Analogi: dua tahanan dituduh bersalah tanpa bukti kuat. Keduanya diinterograsi oleh penyidik.

9 Model market organization
Perfect Competition (Tidak ada Market Power) 7 asumsi dari “kompetisi sempurna” ini: Perusahaan (penjual) menggunakan peluang yang ada untuk memaksimalkan profitnya, sementara Konsumen juga dapat menyesuaikan kemampuan atau daya belinya terhadap barang dan jasa untuk memaksimalkan utilititasnya. Perusahaan (penjual) memproduksi produk yang homogen Profit perusahaan datang dari jumlah konsumen yang dimilikinya, bukan dari identitas konsumennya Market share satu perusahaan dengan perusahaan lain tidak timpang besarnya. Konsumen pun beragam dan berkontribusi sedikit dari penjualan masing2 perusahaan. Baik konsumen maupun produsen memiliki informasi harga dari masing-masing pemain (kaitannya dengan informatic economcis). Tidak ada biaya untuk masuk dan keluar dari pasar baik bagi penjual maupun konsumen

10 Model market organization
Imperfect Competition/ Monopolistic Competition /Oligopoly Bedanya dengan perfect competition adalah terletak dari produk yang dihasilkan tidak homogen (beragam) artinya diferensiasi produk tinggi sehingga Konsumen tidak dapat menggantikan produk yang satu dengan produk dari perusahaan lain. Kalaupun bisa, tetapi tidak sesempurna yang di perfect ompetition Pemainnya relatif banyak (tidak ada market power seperti perfect competition) Perusahaan dapat menghasilkan untung besar untuk jangka pendek. Akan tetapi, pada jangka panjang perusahaan sulit mencapai profit  zero economic profit (turunya permintaan serta biaya produksi yang terus naik) C. Monopoly Pemainnya hanya ada satu di pasar. Penentuan harga berdasarkan ketersediaan barang yang diproduksi. Bila barang yang diproduksi, jarang ada di pasar, maka harga tinggi. Sebaliknya, bila barang yang ada di pasar banyak, perusahaan cenderung menurunkan harganya.

11 Kerangka analisis neo-classic economics
Kerangka Analisa Asumsi Dasar dan Perspektif Traditional Neo-classical Economics Orientasi pemain dan konsumen pada pemenuhan profit dan utilitas secara optimal, keduanya memiliki informasi yang relevan untuk menentukan strateginya, serta preferensi konsumen sifatnya tetap. Network Industries / two-sided markets Value sebuah produk bergantung pada jumlah jaringan konsumennya. Semakin luas jaringan konsumen, semakin besar pengiklan tertarik untuk memasang iklan Information economics Keputusan ekonomi sangat bergantung pada informasi yang dimiliki para agen ekonomi (termasuk keputusan untuk membeli sebuah produk).

12 Kerangka analisis neo-classic economics
Transaction Cost Economics and the new institutional economics (teori biaya transaksi) Biaya yang dikeluarkan selama transaksi pemindahan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Biaya tersebut sangat bergantung dengan bagaimana manajemennya. Contoh biaya pengadaan barang dan jasa (kontrak harian, apa kontrak setahun dsb) Behavioral Economics Perilaku konsumen dalam mempertimbangkan produk apa yang hendak dikonsumsi. Di sini informasi sangat berperan penting. Biaya yang dikeluarkan konsumen apakah sepadan dengan tingkat pemenuhan utilitasnya. Evolutionary Economics Pasar itu sifatnya selalu evolusioner (tidak statis). Perusahaan yang “sehat” adalah perusahaan yang dapat bertahan dalam kondisi lingkungan pasar apapun.

13 Analisa kompetisi dalam industri media
Dalam konsep IO, kondisi kompetisi yang ideal dalam pasar adalah “Perfect Competiton” serta kompetisi diartikan hanya terjadi antar perusahaan2 di dalam sebuah industri (padahal kompetisi itu bukan saja antara perusahaan, tetapi juga antar industri berbeda, contoh industri TV dengan industri digital atau media baru) (Dimmick, 2006:345). Albarran (2002) berpendapat bahwa tidak ada Perfect or Pure Competition dalam industri media. Kompetisi di pasar media memperebutkan : Audience Attention (Time spent), konten media, belanja konsumen, and Belanja Iklan, tetapi apakah Perfect Competition cocok dalam persaingan di industri media? Apakah kompetisi dalam industri media hanya terjadi antar perusahaan yang bergerak di media yang sama (TV vs TV? Kompetisi dalam industri media terjadi pada lima tingkatan atau level: Level I : Supranational Leval II: National Level III: Competition between Industrie s

14 Analisa kompetisi dalam industri media
Institusi / Regulator global yang mempengaruhi industri nasional (co: UNESCO, ITU, WTO, IMF) Supranational Kebijakan Ekonomi (belanja iklan) dan Kebijakan Media National Competition between Industries Guild : sekumpulan Industri yang bergantung pada belanja iklan untuk Survive The Domain : sekumpulan industri media yang memuaskan kebutuhan konsumen yang sama (video entertainment media, the daily news media, business and economic news, interactive media) Ada tiga bentuk kompetisi:Diffuse Competition, Serial Competition, dan Dominance

15 Analisa kompetisi dalam industri media
Diffuse Competition Kompetisi yang terjadi antara industri-industri dalam guild memperebutkan resources yang terbatas. Niche Theory digunakan untuk menjelaskan kompetisi ini. Breadth Niche: kondisi di mana sebuah industri dapat menjangkau seluas-luasnya resources (baik tingkat nasional maupun lokal). Overlap Niche: kondisi di mana ada dua industri atau lebih memperebutkan resources yang sama. Akibat dari Breadth Niche adalah akuisisi, merger. Serial Competition Kompetisi yang terjadi akibat “serangan” media baru yang berturut-turut dalam periode yang sangat lama terhadap populasi industri. Contoh: Studi yang dilakukan oleh Dimmick (2003) menemukan bahwa belanja iklan media cetak di AS turun dalam periode seiring dengan naiknya belanja iklan yang dialokasikan ke media baru yang muncul pada periode tersebut (TV, Radio, media kabel atau jaringan) Dominance Terjadi ketika salah satu industri di dalam Guid menguasai market share atau belanja iklan. Contoh, TV memiliki audiens share terbesar dalam skala nasional di Indonesia dibandingkan koran ataupun radio.

16 Analisa kompetisi dalam industri media
Metode yang paling sering digunakan untuk mengukur derajat kompetisi dalam industri Media: Concentration Ratios metode dengan melihat komposisi jumlah produk yang ada di pasar terhadap total produsen yang berada di pasar tersebut. Herfindahl – Hischman Index (HHI) (Orris C. Herfindahl dan Albert O Hirschtnan) merupakan metode paling umum untuk mengukur distribusi penguasaan atau konsentrasi pasar dalam industri. Dimensi yang diukur menggunakan HHI biasanya: pembelian saham, aset atau omset perusahaan, serta data penjualan. Simpson Index (Simpson, 1949) dalam ilmu ekologi merupakan metode untuk menghitung derajat keanekaragaman. Indeks ini digunakan juga untuk menghitung derajat dominance sebuah industri media dalam Guild terhadap belanja iklan nasional dalam periode tertentu.

17 Readings week 4 Dimmick, John (2006) Media Competition and Levels of Analysis dalam buku Handbook of Media Management and Economics (ed. Alan B. Albarran). Lawrence Erlbaum Associates. London Wildman, Steven S. (2006) Paradigms and Analytical Frameworks dalam buku Handbook of Media Management and Economics (ed. Alan B. Albarran). Lawrence Erlbaum Associates. London Waterman, David (2006) The Economics of Media Consolidation dalam buku Handbook of Media Management and Economics (ed. Alan B. Albarran). Lawrence Erlbaum Associates. London Further readings: Dimmick, John W. (2003) Media Competition and Coexistence: The Theory of the Niche. Lawrence Erlbaum Associates. London Dimmick, John dan Rothenbuhler, Eric (1984) The Theory of the Niche: Quantifying Competition Among Media Industries.

18 Week V Digital revolution and networked society


Download ppt "media economics : PARADIGMS AND ANALYSIS FRAMEWORK"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google