Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
DISEASES OF PERITONIUM
2
K65 PERITONITIS Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Peritonitis merupakan sebuah proses peradangan pada membran serosa yang melingkupi kavitas abdomen dan organ yang terletak didalamnya.
3
EXCLUDES Peritonitis: Aseptic (T81.6) Chemical (T81.6)
Due to talc or other foreign substance (T81.6) Benign Paroxymal (E85.0) Periodic Familial (E85.0) Neonatal (P78.0-P78.1) Pelvic, female (N73.3-N73.5) Puerperal (O85) With or following: Abortion or ectopic or molar pregnacy (O00-O07, O08.0) Appendicitis (K35.-) Diverticular disease of intestine (K57.-)
5
Penyebab Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi. Yang sering menyebabkan peritonitis adalah perforasi lambung, usus, kandung empedu atau usus buntu. Sebenarnya peritoneum sangat kebal terhadap infeksi. Jika pemaparan tidak berlangsung terus menerus, tidak akan terjadi peritonitis, dan peritoneum cenderung mengalami penyembuhan bila diobati. Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh beberapa jenis kuman (termasuk yang menyebabkan gonore dan infeksi chlamidia) Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa berkumpul di perut (asites) dan mengalami infeksi Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan. Cedera pada kandung empedu, ureter, kandung kemih atau usus selama pembedahan dapat memindahkan bakteri ke dalam perut. Kebocoran juga dapat terjadi selama pembedahan untuk menyambungkan bagian usus. Dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal) sering mengakibatkan peritonitis. Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang ditempatkan di dalam perut. Iritasi tanpa infeksi. Misalnya peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau bubuk bedak pada sarung tangan dokter bedah juga dapat menyebabkan peritonitis tanpa infeksi.
6
K65.0 Peritonitis akut Abses: - Abdominopelvis - peritoneum
- mesenterium - omentum - subhepatika - subdiaphragmatika - subfrena - retroperitoneum - retrokaekum Peritonitis (akut): - generalisata - pelvis laki-laki -Subfrenika Suppuratif Gunakan kode tambahan di (B95-B98) Jika ada agen penyebab infeksi
7
Abses Abdomen (abses perut) bisa terbentuk dibawah diafragma, di pertengahan perut, di rongga panggul atau di belakang rongga perut. Abses juga bisa terbentuk di dalam atau di sekitar organ perut, misalnya ginjal, limpa, pankreas atau hati, atau di dalam kelenjar prostat. Abses abdomen seringkali terjadi akibat: Cedera Infeksi atau perforasi usus Infeksi organ perut lainnya. Abses di bawah diafragma terjadi jika cairan yang terinfeksi (misalnya karena pecahnya usus buntu) naik ke atas akibat tekanan perut atau organ perut dan akibat tarikan ketika diafragma bergerak selama proses pernapasan. Gejalanya berupa: - batuk - nyeri yang timbul ketika menghirup nafas - nyeri di bahu (referred pain, karena diafragma dan bahu memiliki saraf yang sama dan otak salah mengartikan sumber nyerinya). Abses di pertengahan perut bisa terjadi akibat: - pecahnya usus buntu - perforasi usus besar - penyakit peradangan usus - penyakit divertikulum. Biasanya timbul nyeri di daerah terbentuknya abses.
8
Penyebab terjadinya abses panggul sama dengan penyebab terjadinya abses di pertengahan perut ditambah dengan infeksi ginekologis (kandungan). Gejalanya berupa: - nyeri perut - diare akibat iritasi usus - desakan berkemih atau sering berkemih akibat iritasi kandung kemih. Abses retroperitoneal (abses di belakang rongga perut) terletak di belakang peritoneum (selaput tipis yang melapisi rongga dan organ perut). Penyebab terjadinya abses retroperitoneal; - perdangan usus buntu (apendisitis) - peradangan pankreas (pankreatitis). Nyeri biasanya dirasakan di punggung sebelah bawah dan semakin memburuk jika penderita menggerakkan tungkainya ke arah pinggul.
9
Abses ginjal bisa disebabkan oleh bakteri yang berasal dari suatu infeksi yang terbawa ke ginjal melalui aliran darah atau akibat suatu infeksi saluran kemih yang terbawa ke ginjal dan menyebar ke dalam jaringan ginjal. Abses di permukaan ginjal (abses perinefrik) hampir selalu disebabkan oleh pecahnya suatu abses di dalam ginjal, yang menyebarkan infeksi ke permukaan dan jaringan di sekitarnya. Gejala dari abses ginjal adalah: - demam, menggigil - nyeri di punggung sebelah bawah - nyeri ketika berkemih - air kemih mengandung darah (kadang-kadang). Abses limpa bisa disebabkan oleh: suatu infeksi yang terbawa oleh aliran darah ke limpa cedera pada limpa penyebaran infeksi dari abses di dekat limpa (misalnya abses di bawah diafragma). Nyeri bisa dirasakan di perut sebelah kiri, di punggung atau di bahu sebelah kiri. Abses di dalam pankreas biasanya terbentuk setelah suatu serangan pankreatitis akut. Gejalanya berupa demam, nyeri perut, mual dan muntah, yang seringkali timbul 1 minggu atau lebih setelah penderita sembuh dari pankreatitis.
10
Abses hati bisa disebabkan oleh bakteri atau amuba (parasit bersel tunggal). Amuba dari suatu infeksi usus sampai ke hati melalui pembuluh getah bening. Bakteri bisa sampai ke hati melalui: - kandung kemih yang terinfeksi - luka tusuk atau luka tembus - infeksi di dalam perut - infeksi dari bagian tubuh lainnya yang terbawa oleh aliran darah. Gejala dari abses hati adalah berkurangnya nafsu makan, mual dan demam. Bisa terjadi nyeri perut. Abses prostat biasanya terjadi akibat suatu infeksi saluran pencernaan yang menyebabkan prostatitis (infeksi kelenjar prostat). Abses prostat paling sering terjadi pada usia tahun. Penderita merasakan nyeri ketika berkemih, sering berkemih atau sulit untuk berkemih. Kadang penderita merasakan nyeri dalam di pangkal penis dan air kemihnya mengandung darah atau nanah.
11
Abses Prostat
12
DIAGNOSA Diagnosis abses abdomen ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk menentukan lokasi yang pasti, dilakukan pemeriksaan CT scan atau USG. PENGOBATAN Pada hampir semua kasus abses abdomen, nanah harus dibuang, baik melalui pembedahan maupun dengan bantuan sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit. Dilakukan analisa nanah di laboratorium guna menentukan organisme penyebab infeksi, sehingga bisa diberikan antibiotik yang paling efektif untuk organisme yang bersangkutan.
13
K65.8 Peritonitis lain Peritonitis proliferatif kronik,
Nekrosis lemak mesenterium Saponifikasi mesenterium Peritonitis akibat empedu Peritonitis akibat urine
14
K65.9 Peritonitis, tak dijelaskan
15
SUMBER ghjg
16
K 66 (Other disorders of peritoneum)
Excl. : Ascites (R18) Ascites adalah akumulasi cairan (biasanya cairan serosa yang merupakan cairan berwarna kuning pucat dan jelas) dalam rongga (peritoneal) perut. Cairan ini berasal dari hasil dari beberapa penyakit lain seperti penyakit hati, kanker, gagal ginjal, atau gagal jantung kongestif.
17
Penyebab : Penyebab paling umum dari ascites adalah penyakit hati lanjut atau sirosis. Retensi air dan garam. Ginjal bisa saja menganggap rendah akan volume sirkulasi darah sedangkan ginjal sendiri adalah yang memiliki tanggung jawab pada proses terbentuknya asites. Hal ini otomatis kemudian menjadikan ginjal melakukan penyerapan lebih banyak garam serta air kembali karena dijadikan sebagai ganti volume yang hilang. Gagal ginjal lanjut yang timbul sebagai akibat dari retensi umum cairan yang ada pada tubuh dan gagal jantung kongestif. Ada juga ascites formasi sebagai akibat dari kanker, yang disebut ascites ganas. Penyalahgunaan alkohol.
18
Gejala : Perut terasa penuh dan kembung. Perut terasa nyeri.
Sesak napas (ini dikarenakan pembesaran asites, migrasi cairan yang melewati diafragma sehingga menjadi penyebab efusi pelura, dan juga peningkatan tekanan yang ada di diagfragma itu sendiri). Pusar menjadi datar atau seperti terdorong keluar. Perut menjadi tegang. Pergelangan kaki yang mengalami pembesaran alias edema juga terjadi pada beberapa penderita.
19
Tindakan : Pemeriksaan USG – uji, yang menggunakan gelombang suara untuk mempelajari rongga perut. CT scan – seperti pemeriksaan X-ray, dimana komputer digunakan, untuk membuat gambar struktur dalam perut. MRI scan – uji, yang menggunakan gelombang magnetik, untuk membuat gambar struktur dalam perut. Laparoskopi – tabung tipis dimasukkan melalui sayatan kecil di rongga perut, untuk mengeksplorasi struktur di dalamnya. Tes darah, untuk menentukan fungsi hati dan ginjal, dan menemukan bukti masalah lain, yang dapat menyebabkan ascites. Panggang Biopsi – memilih sampel dari jaringan hati untuk pengujian. Angiography – setelah pengenalan pewarna radiopaque ke dalam arteri dilakukan X-ray dari pembuluh darah. Paracentesis perut – Seleksi dan analisis cairan dari rongga perut.
20
K66.0 Adhesi peritoneum Adhesi peritoneal adalah perlengketan abnormal antara jaringan dan organ, biasanya antara omentum, lengkung usus, dan dinding abdomen. Perlengketan ini bisa berupa lapisan tipis dari jaringan ikat, atau suatu jaringan fibrosa yang tebal berisi pembuluh darah dan jaringan saraf, maupun kontak langsung antara dua permukaan organ. Adhesi: - (dinding) perut - diafragma - usus - pelvis pria - mesenterium - omentum - lambung Adhesive bands Excl. : adhesions [bands] (of) : pelvis wanita (N73.6) dengan obstruksi usus (K56.5)
21
https://en.wikipedia.org/wiki/Adhesion_(medicine)
22
K66.1 Haemoperitoneum Excl.: haemoperitoneum traumatika (S36.8)
Hemoperitoneum / hematoperitoneum adalah adanya darah dalam rongga peritoneum. Darah terakumulasi dalam ruang antara lapisan dalam dinding perut dan organ-organ perut internal. Ditandai dengan adanya cairan bercampur bekuan darah lama atau cairan bercampur darah. Untuk mendeteksi adanya hemoperitoneum dilakukan dengan USG.
23
Penyebab hemoperitoneum meliputi:
Trauma penetrasi. Trauma tumpul, yang paling sering cedera organ padat seperti hati dan limpa. Kecelakaan pembuluh darah, seperti pecahnya aneurisma aorta perut, iliaka aneurisma, atau aneurisma limpa. Perdarahan karena pecah ektopik kehamilan atau rahim pecah. Pecahnya korpus luteum dalam beberapa kasus. Pendarahan akibat ulkus lambung berlubang. Perdarahan akibat pecahnya neoplasma intra-abdomen, (misalnya, Hepatoblastoma) Disseminated intravascular coagulation. Perforasi usus besar.
24
http://sgc2014. kongress-poster
25
Tindakan : Pemeriksaan USG. CT Scan. MRI Scan. Diagnosa dengan laparoscopy atau eksplorasi laparotomy.
26
K66.8 Kelainan peritoneum lain yang dijelaskan
27
K66.8 Kelainan peritoneum lain yang dijelaskan
28
K66.9 Kelainan peritoneum, tidak dijelaskan
29
K67 – Disorder Peritoneum in Infectious Diseases classified elsewhere
Pada Blok K67, pada sistem Digestif / pencernaan makanan bagian periotenum, blok ini menjelaskan tentang Infeksi penyakit pada periotenum yang sudah dikategorikan di tempat lain, dan juga penyakit ini merupakan penyakit manifestasi.
30
K67.0* Chlamydial peritonitis (A74.8+) peritonitis akibat chlamydial
Definisi Chlamydia adalah penyakit menular seksual yang ditularkan melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom. Penyebab Bakteri chlamydia trachomatis merupakan penyebab terjadinya penyakit chlamydia yang ditularkan oleh orang yang terjangkit melalui hubungan seksual tanpa menggunakan kondom. Penularan chlamydia bisa melalui seks oral, anal, vaginal, dan saling bersentuhannya alat kelamin. Selain itu, chlamydia juga bisa menular melalui mainan seks yang tidak dilapisi dengan kondom baru atau dicuci bersih setelah digunakan. Diagnosis Chlamydia Chlamydia dapat didiagnosis dengan cara yang mudah dan tidak menimbulkan rasa sakit, yaitu menggunakan alat penyeka yang berbentuk seperti cotton bud atau melalui tes sampel urine. Infeksi yang terdapat di dalam tubuh dapat diketahui dengan cara menganalisis sampel urine di laboratorium. Chlamydia tidak dapat dideteksi dengan tes darah atau pap smear.
31
Perawatan Chlamydia Berikut ini adalah beberapa obat antibiotik yang
biasanya diresepkan oleh dokter untuk mengatasi chlamydia: Ofloxacin Doxycycline Erythromycin Azithromycin Amoxicillin
32
https://www. google. com/url
33
K67.1* Gonococcal peritonitis (A54.8+)
Definisi Sifilis, atau dikenal juga dengan raja singa, adalah penyakit infeksi menular seksual yang bersifat kronis. Sifilis disebabkan oleh Treponema pallidum. Gejala Menurut WHO (World Health Organization), sifilis dapat dibagi menjadi : sifilis dini dan sifilis lanjut, di mana diperlukan waktu sekitar 2-4 tahun bagi sifilis dini untuk berkembang menjadi sifilis lanjut. Sifilis dini sangat menular, sedangkan sifilis stadium lanjut tidak menular. T.pallidum masuk dan menginfeksi janin melalui plasenta. Sifilis stadium I Kurang lebih 3 minggu (rata-rata hari) setelah infeksi (masuknya T.pallidum ke dalam tubuh pasien), timbul luka pada tempat masuk tersebut.
34
Pengobatan 1. Obat-obatan (Medikamentosa Sifilis stadium II
Interval waktu antara stadium I dengan stadium II berlangsung 6-8 minggu. Secara umum, saat sifilis stadium II timbul umumnya sifilis stadium I sudah hilang. Sifilis stadium III Sifilis stadium III berupa benjolan lunak disertai jaringan mati (guma). Gejala ini muncul 3-7 tahun setelah infeksi pertama. Pengobatan 1. Obat-obatan (Medikamentosa 2. Pemantauan tes darah 3. Nonmedikamentosa
35
https://www. google. com/search
36
K67.3*Tubeculous peritonitis (A18.3+)
Definisi Tuberkulosis peritoneal merupakan suatu peradangan peritoneum parietal atau visceral yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, dan terlihat penyakit ini juga sering mengenai seluruh peritoneum, alat-alat system gastrointestinal, mesenterium dan organ genetalia interna Insidensi Tuberkulosis peritoneal lebih sering dijumpai pada wanita dibanding pria dengan perbandingan 1,5:1 dan lebih sering decade ke 3 dan 4 Peritoneum dapat dikenai oleh tuberculosis melalui beberapa cara:[2] 1. Melalui penyebaran hematogen terutama dari paru-paru 2. Melalui dinding usus yang terinfeksi 3. Dari kelenjar limfe mesenterium 4. Melalui tuba falopi yang terinfeksi
37
Patologi Terdapat 3 bentuk peritonitis tuberkulosa 2,[3]
1. Bentuk eksudatif Bentuk ini dikenal juga sebagai bentuk yang basah atau bentuk asites yang banyak, gejala menonjol ialah perut membesar dan berisi cairan (asites). Pada bentuk ini perlengketan tidak banyak dijumpai. Tuberkel sering dijumpai kecil-kecil berwarna putih kekuning-kuningan milier, nampak tersebar di peritoneum atau pada alat-alat tubuh yang berada di rongga peritoneum. 2. Bentuk adhesif Disebut juga sebagai bentuk kering atau plastik dimana cairan tidak banyak dibentuk. Pada jenis ini lebih banyak terjadi perlengketan. Perlengketan yang luas antara usus dan peritoneum sering memberikan gambaran seperti tumor, kadang-kadang terbentuk fistel. Hal ini disebabkan karena adanya perlengketan-perlengketan. 3. Bentuk campuran Bentuk ini kadang-kadang disebut juga kista, pembengkakan kista terjadi melalui proses eksudasi bersama-sama dengan adhesi sehingga terbentuk cairan dalam kantong-kantong perlengketan tersebut.
38
Gejala Klinis Gejala klinis bervariasi, pada umumnya keluhan dan gejala timbul perlahan-lahan sampai berbulan-bulan, sering penderita tidak menyadari keadaan ini. Pada pemeriksaan jasmani gejala yang sering dijumpai adalah asites, demam, pembengkakan perut, nyeri perut, pucat dan kelelahan, tergantung lamanya keluhan. Keadaan umum pasien bisa masih cukup baik sampai keadaan kurus dan kahexia, pada wanita sering dijumpai tuberkulosa peritoneum disertai oleh proses tuberculosis pada ovarium atau tuba, sehingga pada alat genital bisa ditemukan tanda-tanda peradangan yang sering sukar dibedakan dengan kista ovarium.
39
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium 2. Ultrasonografi 3. Peritonoskopi (Laparoskopi) 4. Laparatomi 5. Pemeriksaan Rontgen 6. CT Scan Pengobatan Pada dasarnya pebngobatan sama dengan pengobatan tuberculosis paru, obat-obat seperti streptomisin,INH,Etambutol,Ripamficin dan pirazinamid memberikan hasil yang baik, dan perbaikan akan terlihat setelah 2 bulan pengobatan dan lamanya pengobatan biasanya mencapai sembilan bulan sampai 18 bulan atau lebih. Pada kasus-kasus yang dilakukan peritonoskopi sesudah pengobatan terlihat bahwa partikel menghilang namun di beberapa tempat masih dilihat adanya perlengketan.1 Bila terjadi peritonitis tuberkulosa dengan obstruksi usus, maka dilakukan laparatomi release obstruksi diusahakan jangan mereseksi usus. Lalu, diberi drainase dan dilakukan biopsy untuk diagnosa pasti
40
K67.8* Other disorders of peritoneum in infectious diseases classified elsewhere
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.