Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehSugiarto Widjaja Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
Manfaat dari tindakan sinkronisasi berahi
1. Optimalisasi dan efisiensi pelaksanaan IB. Dengan teknik ini dimungkinkan pelaksanaan IB secara massal pada suatu waktu tertentu 2. Mengatasi masalah kesulitan pengenalan berahi. Subestrus atau berahi tenang yang umum terjadi pada sapi perah dan potong di Indonesia dapat diatasi dengan teknik sinkronisasi berahi.
2
Manfaat dari tindakan sinkronisasi berahi
3. Mengatasi masalah reproduksi tertentu, misalnya anestrus post partum (anestrus pasca beranak). 4. Fasilitasi program perkawinan dini pasca beranak (early post partum breeding) pada sapi potong dan perah. Teknik ini dapat digunakan untuk mempercepat berahi kembali pasca beranak, pemendekkan days open (hari-hari kosong) dan pemendekkan jarak beranak.
3
Persyaratan Sinkronisasi Estrus :
1. Sapi dalam keadaan tidak bunting. Hal ini sangat penting, karena kalau sampai sapi bunting diberi perlakuan sinkronisasi estrus, akan berakibat keluron atau abortus. Pemeriksaan kebuntingan dan alat reproduksi sebelum perlakuan harus dilakukan secara cermat untuk memastikan bahwa hewan tidak dalam keadaan bunting 2. Hewan harus mempunyai kesehatan alat reproduksi yang baik. Adanya peradangan alat reproduksi, endometritis, metritis, vaginitis, akan sangat berpengaruh pada hasil konsepsinya. Pemeriksaan klinis alat reproduksi perlu dilakukan sebelum dilakukan perlakuan sinkronisasi estrus.
4
Persyaratan Sinkronisasi Estrus :
3. Body condition score (BCS) hewan optimum, antara 3,0 – 3,5. Sinkronisasi estrus pada sapi dengan BCS < 3, begitu pula sapi dengan BCS terlalu tinggi > 4 juga berresiko rendahnya angka konsepsi. 4. Khusus untuk sinkronisasi estrus menggunakan PGF2α, hewan harus mempunyai korpus luteum pada salah satu ovariumnya. Pemeriksaan adanya korpus luteum sangat diperlukan, mengingat PGF2α mempunyai target organ korpus luteum. Sapi yang bersiklus estrus namun belum mempunyai korpus luteum maka perlakuannya ditunda sampai terbentuk korpus luteum yang berukuran cukup besar.
5
Sasaran/Keluaran : 1. Terlaksananya seleksi calon akseptor untuk sinkronisasi berahi sebanyak ekor. 2. Terlaksananya sinkronisasi berahi sebanyak dosis 3. Terlaksananya IB pada akseptor. 4. Terlaksananya PKB pada akseptor 5. Tercapainya kebuntingan sebanyak ekor
6
Pelaksanaan Sinkronisasi Berahi
Sinkronisasi berahi menggunakan preparat hormon PGF2α 5 ml/ekor (berat badan ± 400 kg) setelah dilakukan pemeriksaan palpasi rektal untuk memastikan ternak tidak bunting dan mempunyai korpus luteum (CL) fungsional pada salah satu ovariumnya (CL hari ke 7 – 17).
7
Pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) dan Pemeriksaan Kebuntingan (PKb)
a. Setelah perlakuan sinkronisasi berahi, akseptor yang menunjukkan gejala berah (sebelum 72 jam setelah penyuntikan PGF2α di IB dengan cara standar. b. Akseptor yang tidak menunjukkan gejala berahi, IB tetap dilakukan dengan metode IB terjadwal (Timed Artificial Insemination) yaitu antara 72 – 80 jam (hari ke 3) setelah penyuntikan PGF2α dengan dosis semen beku tunggal. c. PKb dilakukan 90 hari setelah pelaksanaan IB. d. Semua kegiatan sinkronisasi dicatat pada form recording yang telah disediakan.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.