Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Belajar dari Bung Hatta, Sang Proklamator RI yg bersahaja

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Belajar dari Bung Hatta, Sang Proklamator RI yg bersahaja"— Transcript presentasi:

1 Belajar dari Bung Hatta, Sang Proklamator RI yg bersahaja

2 Biografi Bung Hatta Lahir di Bukittinggi 12 Agustus 1902
Meninggal di Jakarta 14 Maret 1980 Proklamator Wakil Presiden Pertama RI Bapak Koperasi Indonesia

3 Foto Bung Hatta

4 Bung Hatta & Keluarga

5 Bung Hatta & Perjuangannya
Bung Hatta (Berdiri nomor dua dari kanan) dalam pose bersama pengurus Perhimpunan Indonesia di Belanda Bersama Ir.Soekarno, Presiden pertama RI

6 Bung Hatta & Perjuangannya

7 Teladan Bung Hatta Ketaatan terhadap Tuhan yang Maha Esa
Bung Hatta terkenal sangat religius dan terbukti bahwa ketaatannya terhadap Tuhan mampu menjadi benteng dalam setiap tindak-tanduknya. Sebagai contoh, beliau tidak pernah meninggalkan sholat wajib. Walaupun beliau sakit, beliau tetap berusaha menjalankan sholat Jumât berjamaâah di masjid, dan walaupun beliau sedang dalam perjalanan jauh, beliau tetap melaksanakan ibadah puasa, padahal dalam ajaran Islam, orang yang sedang dalam perjalanan jauh dapat mengganti puasanya di hari lain.

8 Teladan Bung Hatta Rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa
Seorang teman Bung Hatta, Soerowo Abdoelmanap, pernah menyatakan bahwa bila berbincang dengan beliau, Bung Hatta selalu membicarakan masalah bangsa. "Bangsa dan bangsa saja yang ada dalam pikirannya," ujar Soerowo. Bung Hatta juga pernah mengucapkan sumpah yang kurang lebih berarti sama, yaitu bahwa dia tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Baginya, Indonesia adalah di atas segalanya, bahkan kesenangannya sendiri. Dan janjinya itu terus dipegangnya. Sekedar mengingatkan, Mohammad Hatta baru menikah 18 November 1945 atau tiga bulan setelah beliau dan Soekarno mengumandangkan kemerdekaan Indonesia mewakili seluruh rakyat Indonesia, dalam usia 43 tahun. Dan mengingatkan juga, bahwa yang mencarikan istri dan juga melamarkan untuknya adalah Soekarno, sementara Bung Hatta sendiri tetap belum memikirkannya.

9 Teladan Bung Hatta

10 Teladan Bung Hatta

11 Teladan Bung Hatta

12 Teladan Bung Hatta Kecintaan kepada kebenaran
Untuk menguak kebenaran, kejujuran merupakan syarat yang mutlak dipenuhi. Bung Hatta membuktikan rasa cintanya terhadap kebenaran dengan cara menggelorakan sikap haus ilmu. Dalam pidatonya di Universitas Indonesia tahun 1957, Bung Hatta berkata, "Pangkal segala pendidikan karakter ialah cinta akan kebenaran dan berani mengatakan salah dalam menghadapi suatu yang tidak benar." Kegairahannya terhadap ilmu ditunjukkan dengan kegemarannya membaca buku. Jangan lupa, sejak semula beliau termasuk orang yang mengutamakan pendidikan. Hal ini terlihat dari partai yang didirikannya, PNI-Baru, yang merupakan partai kader yang rajin menyelenggarakan pendidikan untuk rakyat.

13 Teladan Bung Hatta Sikap menghargai orang lain
Bung Hatta adalah orang yang tahu menghargai orang lain, bahkan terhadap orang kecil yang sering diremehkan. Orang-orang yang bekerja pada Bung Hatta seperti pembantu, sopir, pengawal, dan perawat perpustakaan merasa dihargai sedemikian tinggi oleh Bung Hatta sehingga mereka setia bekerja bertahun-tahun pada keluarga Bung Hatta. Mereka sayang pada Bung Hatta dan demikian pula sebaliknya. ( Banyak saksi sejarah yang menuturkan Bung Hatta sering mengritisi kebijakan politik Bung Karno. Pengunduran diri Mohammad Hatta tahun 1956 sendiri karena banyaknya perbedaan visi antara keduanya. Setelah mengundurkan diri pun Hatta tetap rajin mengritisi kebijakan-kebijakan Soekarno, baik di media massa maupun melalui surat-surat pribadi. Tapi saat Hatta diserang stroke tahun 1960, Bung Karno secara khusus mengunjungi beliau dan membujuknya agar mau berobat ke Eropa dengan biaya negara. Bung Karno menitip pesan kepada sekretaris pribadi Bung Hatta agar menjaganya, dan Bung Hatta juga berpesan kepada orang dekat Soekarno untuk menjaga sahabatnya itu. (

14 Teladan Bung Hatta Sikap menghargai orang lain
Hatta pun demikian, saat Soekarno sakit keras di tahun 1970 beliau datang menjenguk, saling berpegangan tangan, dan sama-sama menangis. Hatta juga yang menjadi wali Guntur Soekarnoputra saat menikah di Bandung sebab Soekarno tidak bisa menghadiri karena menjadi tahanan kota. Hatta sendiri juga berusaha untuk tidak menyerang Soekarno secara pribadi di dalam tulisan-tulisannya atau pidato-pidatonya. Ia selalu mengingatkan untuk tidak usah mempertanyakan kecintaan Soekarno kepada tanah air, meskipun Soekarno beberapa kali mengeluarkan kebijakan yang tidak sesuai dengan pemikiran dia (Hatta). Saat di luar negeri, Hatta juga mengurangi kritiknya kepada Sokarno karena tetap berusaha menjaga nama Indonesia (dan Soekarno) di dunia international. Hatta juga pernah ditanyai pendapatnya tentang Soekarno saat di Amerika, dan dia menjawab, “Dalam banyak hal saya tidak setuju dengan Bung Karno. Tetapi, ia Presiden Republik Indonesia, negeri yang kemerdekaannya saya perjuangkan selama bertahun-tahun. Benar atau salah, ia presiden saya.”

15 Teladan Bung Hatta Kedisiplinan dan ketaatan terhadap peraturan
Sejak kecil, Bung Hatta taat pada peraturan. Sebagai contoh, ketika ia dihukum berdiri oleh neneknya, datanglah pamannya yang mengatakan bahwa hukuman telah usai. Namun Bung Hatta tetap berdiri di situ sambil mengatakan bahwa yang menghukumnya adalah neneknya, sehingga hanya neneknyalah yang dapat memutuskan kapan hukuman tersebut usai.  Dalam hal kedisiplinan, Bung Hatta punya keistimewaan. Beliau adalah seorang yang tersohor dengan julukan "manusia jam" yang sangat menghargai waktu. Beliau tidak menyukai keterlambatan barang semenitpun. Kedisiplinan terus bertahan sampai lanjut usia, Bung Hatta sangat disiplin dalam memenuhi perintah dokter yang merawatnya.

16 Teladan Bung Hatta Kesederhanaannya
Meski berstatus wakil presiden dan kemudian mantan wakil presiden namun Hatta selalu hidup dalam kesederhanaan. Hatta punya impian memiliki sepatu Bally namun tak pernah punya cukup uang untuk membelinya. Beliau menggunting sebuah iklan sepatu Bally dan menyimpannya di buku harian. Keluarga baru menyadarinya ketika beliau sudah berpulang. Ketika meninggal, Hatta hanya mewariskan judul buku kepada anak-anaknya. Tak ada emas batangan, tak ada deposito dan tabungan di rekening luar negeri, tak ada berhektar-hektar tanah dan ratusan properti. Gemala Hatta bercerita bahkan suatu hari Hatta merasa perlu menemui gubernur DKI (waktu itu) Ali Sadikin untuk meminta keringanan pembayaran rekening listrik yang tak sanggup dia bayar. Beliau hemat dan suka menabung

17 Teladan Bung Hatta Kelurusan sikapnya
Meski berstatus sebagai seorang wakil presiden namun Hatta tidak semena-mena memanfaatkan posisinya itu. Dia tahu sang istri sangat mengidamkan sebuah mesin jahit dan sudah menabung bertahun-tahun untuk membelinya. Ketika duit ibu Rahmi Hatta sudah cukup, tiba-tiba turun kebijakan pemotongan uang dan dengan terpaksa ibu Halida harus menahan keinginannya. Dengan agak bersungut-sungut beliau menyalahkan Hatta yang tak memberitahunya tentang rencana pemotongan uang itu. Dengan kalem Hatta menjawab, ” Ini kan rahasia negara, tidak boleh diceritakan kepada orang lain ” Cerita lainnya adalah ketika salah seorang adiknya sedang berusaha memasang sambungan telepon ke rumahnya. Karena menunggu lama dan telepon tak kunjung disambungkan, dia meminta tolong kepada bung Hatta untuk memperlancar urusan sambungan telepon itu. Dengan tenang Hatta menolak dan meminta sang adik untuk tetap mengikuti jalur yang seharusnya. Hatta tak hendak menggunakan kekuasaannya sebagai wakil presiden.

18


Download ppt "Belajar dari Bung Hatta, Sang Proklamator RI yg bersahaja"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google