Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

TEHNIK DAN ANALISIS PROYEKSI

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "TEHNIK DAN ANALISIS PROYEKSI"— Transcript presentasi:

1 TEHNIK DAN ANALISIS PROYEKSI
DIKLAT PPD-RPJMD Kemitraan BAPPENAS dengan Universitas Trunojoyo Madura Oleh: Jakfar Sadik, SE, ME

2 Kerangka Pikir Perencanaan dan Proyeksi

3 TEKNIK PROYEKSI KONDISI UMUM DAERAH
Teknik Proyeksi adalah metoda untuk mendapatkan prediksi masa depan. Analisis secara kuantitatif dapat menggunakan PENDEKATAN SEKTOR BASIS, TIPOLOGI WILAYAH, PERTUMBUHAN SEKTORAL, DISPARITAS PENDAPATAN DAN regresi linier atau berganda. Sedangkan analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan logika teknik proyeksi secara matematis dengan memenuhi prinsip-prinsip:

4 Demografi E:\LP2KD Kabupaten Sumenep terbaru.docx
A. Menentukan objek yang akan diproyeksi secara utuh, yaitu suatu entitas yang dapat dikenali kecenderungan (trend) perkembangannya sepanjang waktu. Untuk kepentingan analisis, minimal objek amatan adalah: Demografi E:\LP2KD Kabupaten Sumenep terbaru.docx Perkembangan EkonomiE:\LP2KD Kabupaten Sumenep terbaru.docx Rumusan Indeks Kemiskinan Manusia.docx Administrasi Wilayah * Jumlah Kecamatan, Desa, dan Luasnya Wilayah berpengaruh thd layanan publik Prasarana dan sarana * Pengaruhnya thd produksi dan distribusi barang

5 B. Melihat Capaian Indikator Utama Pembangunan:
Dimensi Ekonomi dan Ketenagakerjaan E:\LP2KD Kabupaten Sumenep terbaru.docx Dimensi Pendidikan E:\LP2KD Kabupaten Sumenep terbaru.docx Dimensi Kesehatan E:\LP2KD Kabupaten Sumenep terbaru.docx Prasarana Dasar E:\LP2KD Kabupaten Sumenep terbaru.docx

6 C. Evaluasi Terhadap Kebijakan Anggaran:
Evaluasi Terhadap PADE:\LP2KD Kabupaten Sumenep terbaru.docx Kaitannya dengan Kemandirian Fiskal dan pengaruhnya terhadap Fleksbilitas Kebijakan Pembangunan, dan sustainabilitas kebijakan tersebut Analisis APBD E:\LP2KD Kabupaten Sumenep terbaru.docx Apakah anggaran utk kegiatan utama pembangunan cukup besar? Apakah program2 tsb dpt mengurangi permasalahan Utama pembangunan? Misalnya, angka putus sekolah, jumlah gedung sekolah, tingkat partisipasi murni dan kasar penduduk thd pendidikan, angka kematian ibu dan bayi, angka morbiditas dan lain sebagainya. Apakah alokasinya tepat?

7 Contoh: Menentukan Kontribusi Sektoral
Location Quotient sebagai suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri tersebut secara nasional (Tarigan, 2006: 82). Dalam hal ini lingkupnya dipersempit menjadi kabupaten. Xr / RVr Xr / Xn LQ = atau LQ = Xn / RVn RVr / RVn Keterangan : LQ = location quotient Xr = nilai produksi subsektor i pada daerah kecamatan RVr = Total produk domestik regional bruto kecamatan Xn = nilai produksi subsektor i pada Kabupaten RVn = total produk domestik regional bruto Kabupaten Kriteria pengukuran LQ menurut Bendavid–Val (1991), dalam Aswandi dan Kuncoro (2002) yaitu: Bila LQ > 1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat daerah lebih besar dari sektor yang sama di tingkat nasional. Dengan demikian sektor tersebut merupakan sektor unggulan di daerah dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah. Bila LQ < 1 berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat daerah lebih kecil dari sektor yang sama di tingkat nasional. Artinya, sektor tersebut bukan merupakan sektor unggulan di daerah dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah

8 Potensi Produksi Padi di Kabupaten Tuban
Keterangan: Dari hasil perhitungan Location Quotient produksi > adalah Sektor Basis

9 PERTUMBUHAN DAN LQ SEKTORAR KAB. TUBAN
NO SEKTOR PDRB TUBAN 2012 PDRB TUBAN 2011 PDRB JATIM Pertumb. Sektoral LQ Kabupaten 1 Pertanian 2,469, 2,386, 52,628,433 3.47 1.90 2 Pertambangan dan Penggalian 1,740, 1,562, 8,228,632 11.41 8.56 3 Industri dan Pengolahan 2,042, 1,939, 92,171,191 5.29 0.90 4 Listrik, Gas dan Air 275, 249, 4,932,084 10.26 2.26 5 Konstruksi 44, 38, 11,994,826 15.64 0.15 6 Perdagangan, Hotel da Restoran 1,435, 1,306, 116,645,214 9.93 0.50 7 Angkutan dan Komunikasi 179, 165, 27,946,280 8.88 0.26 8 Keuangan 455, 418, 20,186,109 8.83 0.91 9 Jasa 428, 401, 32,251,631 6.65 0.54 TOTAL 9,072, 8,468, 366,984,400 8.93 1.77

10 Contoh: Tipologi Klassen utk Mengetahui Pola dan Struktur Ekonomi
Analisis Tipologi Klassen Alat analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassenpada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita daerah. Kuncoro, dkk. (1997) menggunakan analisis Tipologi Klassen untuk menunjukkan kinerja pertumbuhan ekonomi 27 propinsi di Indonesia yaitu dengan membandingkan rasio pendapatan perkapita dan rasio pertumbuhan. Dalam penelitiannya, perekonomian propinsi di Indonesia diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu 1) high growth, high income; 2) low growth, high income; 3) high growth, low income; dan 4) low growth, low income.

11 Tabel 3.1: Matrik Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Tipologi Klassen
Tingkat Pertumbuhan pendapatan daerah dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan pendapatan nasional Tingkat pendapatan daerah dibandingkan tingkat pendapatan nasional Tinggi (Yi > Y) Rendah (Yi < Y) (ri > r) Daerah makmur (cepat maju dan cepat tumbuh) Daerah tertekan dalam proses membangun (berkembang cepat) (ri < r) Daerah makmur yang sedang menurun (potensi tertekan) Daerah tertekan

12 TIPOLOGI KLASSEN SEKTORAL
KATEGORI PERTUMB. KATEGORI PERKAPITA KATEGORI (TIPOLOGI) LAMBAT TUMBUH CEPAT MAJU LAMBAT TUMBUH, CEPAT MAJU CEPAT TUMBUH CEPAT TUMBUH, CEPAT MAJU LAMBAT MAJU LAMBAT TUMBUH, TERTEKAN CEPAT TUMBUH, TERTEKAN NO SEKTOR 1 Pertanian 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri dan Pengolahan 4 Listrik, Gas dan Air 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Hotel da Restoran 7 Angkutan dan Komunikasi 8 Keuangan 9 Jasa

13 Contoh: Mengukur Disparitas
Indeks Willamson Indeks Williamson terkenal dan populer digunakan untuk mengukur ketimpangan pendapatan regional, khususnya pendapatan dalam pengertian indikator PDRB per kapita dan umum digunakan untuk mengukur ketimpangan PDRB per kapita. Dengan demikian, formulasi Indeks Willamson ini secara statistikdapat ditampilkan sebagai berikut : Dimana : Vw = Indeks Williamson yi = Pendapatan per kapita kecamatan ke-i = Pendapatan perkapita kabupaten I = Indeks; i = 1, 2, 3, …, l l = Banyaknya kecamatan fi = Populasi (jumlah penduduk) kecamatan ke-i n = Total populasi kabupaten Penggunaan rumus di atas akan memberikan hasil antara 0 dan 1, dengan keterangan indikasi sebagai berikut : Bila nilai Vw mendekati 1 akan memberikan indikasi bahwa ketimpangan di suatu daerah semakin lebar. Bila Vw mendekati 0 (nol) akan memberikan indikasi ketimpangan di suatu daerah semakin kecil, ini berarti pelaksanaan pembangunan di suatu daerah semakin merata.

14 Ketimpangan Pendapatan (disparity) Kabupaten Tuban Tahun 2013
KECAMATAN PDRB KECAMATAN INDEKS WILLIAMSON ENTROPY THEIL INDEKS Kenduruan 143,947.93 0.45 0.40 Bangilan 284,993.23 0.01 0.03 Senori 185,920.54 0.63 (0.27) Singgahan 528,119.58 0.73 (0.44) Montong 188,171.58 0.57 0.51 Parengan 255,832.43 0.24 0.17 Soko 568,849.53 0.14 (0.07) Rengel 295,214.80 0.58 0.47 Grabagan 94,354.16 0.52 0.55 Plumpang 465,409.89 0.26 0.16 Widang 159,630.36 0.62 0.59 Palang 538,513.99 0.35 (0.15) Semanding 770,677.36 0.64 (0.24) Tuban 857,638.66 0.83 (0.28) Jenu 711,507.15 0.10 (0.02) Merakurak 479,227.11 0.02 Kerek 564,395.40 (0.06) Tambakboyo 482,533.18 (0.20) Jatirogo 959,780.09 0.81 Bancar 524,077.36 (0.03)

15 Contoh: Untuk mengetahui Kualitas SDM Delapan Tangga Partisipasi Masyarakat (Eight Rungs on The Ladder of Citizen Partcipation)

16 Dalam konteks ini perlu dicatat bahwa tingkatan atau jenjang Partisipasi Masyarakat (PSM) akan ditentukan oleh paling tidak lima variable antara lain: Variable 1: Inisiatif: siapa yang mempunyai prakarsa? Variable 2: Tujuan: bagaimana tujuan dirumuskan? Variable 3: Sumber Daya: lokal atau luar? Variable 4: Proses: bagaimana kontrol komunitas? Variable 5: Output: untuk siapa?

17 b. Melakukan pengamatan runtun waktu (time-series) terhadap objek amatan tersebut di atas, minimal sama dengan 10 tahun atau lebih besar; Kecamatan/Kabupaten dalam Angka Data dari SKPD Susenas Dll

18 C. Analisis Kuantitatif
Menentukan (beberapa) sub-objek amatan sebagaimana disebutkan huruf a. diatas; Menentukan besaran kuantitatif yang dapat digunakan (a.l. metoda regresi dalam melakukan prediksi kondisi objek amatan tersebut); Melakukan analisis regresi untuk memproyeksikan untuk 20 tahun ke depan dengan selang amatan tiap 5 tahun; Memprediksi kondisi masa depan dengan cara melakukan ekstrapolasi; Melakukan kajian korelasi antar objek amatan.

19 TEHNIK EVALUASI BIAYA MANFAAT
Year Project 1 Project 2 Project 3 Project 4 -100,000 -1,000,000 -120,000 1 10,000 30,000 2 3 4 20,000 5 100,000 75,000 Net Profit 50,000

20 d. Analisis Kualitatif 1. Mengkaji kecenderungan setiap sub-objek amatan, dimana sepanjang waktu pengamatan dapat: menjadi lebih besar atau lebih kecil; menjadi lebih baik atau lebih buruk; jenisnya menjadi semakin bervariasi atau berkurang variasinya; Semakin terkendali (dapat dikelola) atau semakin tidak terkendali (tidak dapat dikelola). 2. Melakukan analisis keterkaitan antar objek amatan dan melakukan analisis sebab akibat antar objek amatan tersebut.

21 Contoh Manfaat yg diterima dg adanya proyek
Manfaat Langsung Manfaat yang diterima sebagai akibat adanya proyek, seperti naiknya nilai hasil produksi barang atau jasa, perubahan bentuk, turunnya biaya, dll. Kenaikan nilai hasil produksi dapat disebabkan karena meningkatnya jumlah produk dan kualitas dari produk sebagai akibat adanya proyek. Misal: Kenaikan produksi padi karena adanya irigasi, Turunnya biaya pengankutan karena perbaikan jalan, Membaiknya job description diantara tenaga kerja karena perbaikan cara kerja. 2. Manfaat Tidak Langsung Manfaat yang timbul sebagai dampak yang bersifat multiplier effects dari proyek yang dibangun terhadap kegiatan pembangunan lainnya. Contoh: perbaikan jalan menyebabkan timbulnya berbagai kegiatan masyarakat dalam memanfaatkan potensi ekonomi di sepanjang jalan yang dibangun.

22 3. Manfaat Tidak Kentara Manfaat dari pembangunan proyek yang sulit diukur dalam bentuk uang, seprti perubahan pola pikir masyarakat, perbaikan lingkungan, berkurangnya pengangguran, peningkatan ketahanan nasional, kemantapan tingkat harga, dll.

23 e. Sintesa Analisis Kuantitatif dan Kualitatif
Membuat kesimpulan: Prediksi kondisi masing-masing objek amatan untuk 20 tahun ke depan, dengan mengupayakan kesiapan SDM, khususnya di pihak Pemerintah Daerah untuk menanggulangi masalah dan mencapai visi yang dituju. Melakukan sintesa prediksi Kondisi Umum Daerah 20 tahun ke depan.

24 IPA (Important Performance Analalisis)
IPA pada penelitian menggabungkan pengukuran tingkat permasalahan yang dihadapi wilayah, prioritas penanganan yang harus diambil dalam grafik dua dimensi yang memudahkan penjelasan data dan mendapatkan usulan praktis. Interpretasi grafik IPA sangat mudah, dimana grafik IPA dibagi menjadi empat buah kuadran berdasarkan hasil pengukuran importance -performance sebagaimana terlihat pada Gambar berikut:

25 Kuadran Pengukuran Importance-Performance
Proritas Penanganan Kuadran I Kuadran IV Kuadran III Kuadran II Tingkat Kebutuhan Sumber: Brandt, 2000

26 Berikut penjelasan untuk masing-masing kuadran dalam penelitian ini:
Kuadran Pertama, tingkat permasalahan dimiliki oleh seluruh kecamatan di suatau wilayah dan perlu penanganan sangat mendesak. Kuadran Kedua, tingkat permasalahan dimiliki oleh sebagian kecamatan wilayah dan perlu penanganan sangat mendesak. Kuadran Ketiga, tingkat permasalahan dimiliki oleh sebagian kecil kecamatan wilayah dan perlu penanganan namun tidak mendesak. Kuadran Keempat, tingkat permasalahan dimiliki oleh seluruh kecamatan wilayah dan perlu penanganan namun tidak mendesak.

27 MATRIK SWOT KABUPATEN TUBAN

28


Download ppt "TEHNIK DAN ANALISIS PROYEKSI"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google