Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
KEGIATAN KEILMUAN SEBAGAI SUATU PROSES
Paradigma ilmu memiliki peranan penting bahkan sangat penting dalam proses keilmuan. Paradigma ilmu berfungsi: Memberikan kerangka, mengarahkan, bahkan menguji konsistensi dari proses keilmuan. Paradigma ilmu juga berfungsi sebagai lensa yang melaluinya para ilmuwan dapat mengamati dan memahami masalah-masalah ilmiah dalam bidang masing-masing dan jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah tersebut. Paradigma secara umum juga bisa diartikan sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang menentukan seseorang dalam bertindak pada kehidupan sehari-hari. Atau dengan ibarat lain paradigma merupakan sebuah jendela tempat orang mengamati dunia luar, tempat orang bertolak menjelajahi dunia dengan wawasannya (world view). Paradigma menurut Thomas Samuel Kuhn adalah: cara-cara meninjau benda-benda, asumsi yang dipakai bersama yang mengandung pandangan dari suatu zaman dan pendekatannya atas masalah-masalah ilmiah. Istilah paradigma dalam artian teknis tersebut bertalian dengan filsafat ilmu
2
Thomas Samuel Kuhn memakai istilah “paradigma” untuk menggambarkan system keyakinan yang mendasari upaya pemecahan teka-teki di dalam ilmu. Dengan memakai istilah paradigma, ia bermaksud mengajukan sejumlah contoh yang telah diterima tentang praktek ilmiah nyata, termasuk di dalamnya hukum, teori, aplikasi dan instrumentasi yang menyediakan model-model, yang menjadi sumber konsistensi tradisi riset ilmiah tertentu. Pokok paradigma adalah pandangan fundamental atau pandangan mendasar yang menjadi asumsi dasar dan sekaligus aturan main dalam suatu disiplin ilmu. Pandangan mendasar itu diperoleh dari kesatuan consensus dalam satu disiplin ilmu tertentu. Secara umum paradigma ilmu pengetahuan modern atau sains adalah objektivitas dan rasional. Sesuatu disebut ilmiah, kalau memiliki sifat obyektivitas dan rasionaltas. Jika tidak memiliki persyaratan itu, maka secara paradigmatik, ia bukan ilmu pengetahuan ilmiah.
3
Paradigma ilmu pada dasarnya berisi jawaban atas pertanyaan fundamental proses keilmuan manusia, yaitu bagaimana, apa dan untuk apa. Tiga pertanyaan mendasar itu kemudian dirumuskan menjadi beberapa dimensi, yaitu: Dimensi ontologis, pertanyaan yang harus dijawab oleh seorang ilmuwan adalah, apa sebenarnya hakikat dari suatu yang dapat diketahui (knowable), atau sebenarnya apa hakikat dari suatu realitas (reality). Dengan demikian dimensi yang dipertanyakan adalah hal yang nyata (what is nature of reality?). Dimensi epistimologis, pertanyaan yang harus dijawab oleh seorang ilmuwan adalah, apa sebenarnya hakikat hubungan antara pencari ilmu (inquirer) dan objek yang ditemukan know/knowable?. Dimensi axiologis, yang dipermasalahkan adalah peran nilai-nilai dalam suatu kegiatan penelitian. Dimensi retorik, yang dipermasalahkan adalah bahasa yang dipergunakan dalam penelitian. Dimensi metodologis, pertanyaan yang harus dijawab oleh seorang ilmuwan adalah, bagaimana cara atau metodologi yang dipakai seseorang dalam menemukan kebenaran suatu ilmu pengetahuan?
4
Para ilmuwan bukanlah para penjelajah berwatak pemberani yang menemukan kebenaran-kebenaran baru. Mereka lebih mirip pemecah teka-teki yang bekerja dalam pandangan dunia yang sudah mapan. Kuhn memakai istilah “paradigma” untuk menggambarkan sistem keyakinan yang mendasati upaya pemecahan teka-teki di dalam ilmu. Dengan memakai istilah paradigma, dia bermaksud mengajukan sejumlah contoh yang telah diterima tentang praktek ilmiah nyata, termasuk di dalamnya hukum, teori, aplikasi dan instrumentasi yang menyediakan model-model, yang mendasari sumber kosnsistensi dari tradisi riset ilmiah tertentu. Thomas Samuel Kuhn menamakan sekumpulan ilmuwan yang telah memilih pandangan bersama tentang alam (yakni paradigma ilmu bersama) sebagai suatu “komunitas ilmiah”. Istilah komunitas ilmiah bukan berarti sekumpulan ilmuwan yang bekerja dalam suatu tempat. Suatu komunitas ilmiah yang memiliki suatu paradigma bersama tentang alam ilmiah, memiliki kesamaan bahasa, nilai-nilai, asumsi-asumsi, tujuan-tujuan, norma-norma dan kepercayaan-kepercayaan.
5
Proses perkembangan ilmu pengetahuan manusia menurut Thomas Samuel Kuhn tidak dapat terlepas sama sekali dari apa yang disebut keadaan-“normal science” dan “revolutionary science”. Ada empat tahap dalam proses perkembangan ilmu: Pertama, sains normal (normal science), dalam wilayah ini semua ilmu pengetahuan telah tertulis dalam textbook. Para komunitas ilmiah pada keadaan ini telah terbiasa memecahkan persoalan lewat cara-cara yang biasa berlaku secara konvensional, cara-cara standar, cara-cara yang sudah terbakukan dan mapan. Kedua, keganjilan-keganjilan (anomalies), tahapan ini merupakan titik awal dari adanya tahapan berikutnya (revolutionary science). Dalam tahapan ini ditemukan berbagai macam keganjilan-keganjilan. keganjilan-keganjilan ini disebabkan karena adanya banyak persoalan yang tidak dapat terselesaikan. Ketiga, krisis, keadan krisis merupakan suatu mekanisme koreksi diri yang memastikan bahwa kekakuan pada sains normal tidak akan berkelanjutan. Keadaan yang seperti ini muncul ketika suatu komunitas ilmiah mulai mempersoalkan kesempurnaan paradigmanya. Keempat, revolusi sains (revolutionary science), tahapan ini terjadi ketika suatu komunitas ilmiah dapat menyelesaikan krisisnya dengan menyusun diri di sekeliling paradigma baru. Bila suatu komunitas ilmiah menyusun diri kembali di sekeliling suatu paradigma baru, maka ia memilih nilai-nilai, norma-norma, asumsi-asumsi, bahasa-bahasa dan cara-cara mengamati dan memahami alam ilmiahnya dengan cara baru.
6
Ilmu menganut pola tertentu dan tidak terjadi secara kebetulan
Ilmu menganut pola tertentu dan tidak terjadi secara kebetulan. Ilmu tidak saja melibatkan aktivitas tunggal, melainkan suatu rangkaian aktivitas, sehingga dengan demikian merupakan suatu proses. Proses dalam rangkaian aktivitas ini bersifat intelektual, dan mengarah pada tujuan-tujuan tertentu. Disamping ilmu sebagai suatu aktivitas, ilmu juga sebagai suatu produk. Dalam hal ini ilmu dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang merupakan hasil berpikir manusia. Ke dua ciri dasar ilmu yaitu wujud aktivitas manusia dan hasil aktivitas tersebut, merupakan sisi yang tidak terpisahkan dari ciri ketiga yang dimiliki ilmu yaitu sebagai suatu metode (
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.