Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PEMANFAATAN TANAH PERKOTAAN (Individual VS Kolektif)

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PEMANFAATAN TANAH PERKOTAAN (Individual VS Kolektif)"— Transcript presentasi:

1 PEMANFAATAN TANAH PERKOTAAN (Individual VS Kolektif)
Sifat Hakiki Pemanfaatan Tanah : Persaingan Pola Persewaan Tanah Sejarah Pemanfaatan Tanah Hubungan Antara Sewa, Nilai Tanah dan Perpajakan Perlu Pengendalian Pemanfaatan Tanah, akibatnya : Tidak akan diperoleh maksimalisasi keuntungan bagi seseorang Tidak akan diperoleh pola pemanfaatan tanah yang optimum dari segi masyarakat Pola Pemanfaatan Tanah Konsep Kegiatan Ganda KONSEP KEGIATAN GANDA (Individual VS Kolektif)

2 Permintaan Terhadap Tanah
Preferensi terhadap Permintaan Tanah : Penawaran Sewa, terdapat arah sewa rendah karena tanah tidak begitu menarik dan arah sewa yang tinggi karena tanah sangat bernilai (rent surfaces). Penggunaan Tanah, sewa makin meningkat dengan lebih cepat bila tempat makin dekat dari pasar dan berkurang dengan lebih lambat bila tempat makin menjauhi pasar (rent gradient). Jenis sewa akan bergantung jenis pemanfaatan tanah, dengan orientasi pada hasil produksi dan faktor produksi Orientasi Hasil Produksi : Bila TC (Total Cost) dikaitkan dengan jumlah yang diterima, pada tempat yang tidak menguntungkan tidak ada tingkat hasil yang dapat menutup biaya. Orientasi Faktor Produksi : Kegiatannya tidak tergantung pada pasar tetapi faktor produksi yang tidak dapat dipindahkan, seperti kayu bulat, mata air, atau bahan tambang/mineral.

3 Pola Pemanfaatan Tanah di Perkotaan
Karakteristik Pemanfaatan Tanah Pemanfaatan tanah ditentukan oleh scale of economies dan aglomeration; jarang kita menemui tipe kota dengan bagian tengah kosong melainkan justru padat dan bagian luarnya berkurang kepadatannya. Orang lebih suka pada tempat yang dekat dengan semua kegiatan (kerja, sekolah, belanja, hiburan dan lain-lain) karena ketergantungan ongkos angkut pada jarak dan berbagai kesenangan (amenities). Orang juga tergantung pada sifat tetangganya, kalau tetangganya tersebut orang baik-baik maka seseorang berani membayar lebih mahal. Fenomena Pemanfaatan Tanah Adanya spekulasi tanah, karena ‘hasil’ yang diperoleh pada waktu yang akan datang diharapkan berbeda dari ‘hasil’ sekarang, terutama pada daerah yang perubahan cepat terjadi. Adanya perbaikan terhadap tanah, karena dibangunnya gedung dan fasilitas lain yang perlu pengaturan pajak, zonasi dan bangunan.

4 Analisa Teoritis Struktur Kota
Produksi barang dan jasa di kota dapat juga dinyatakan dengan fungsi produksi yang biasa dikenal, yaitu : Q = f (Tanah, Tenaga Kerja, Kapital, dan Teknologi) Pemanfaatan intensif sumber daya di kota pada hakekatnya meninggikan rasio antara tenaga kerja, kapital dan teknologi dengan tanah Model Pola Perkembangan Kota Model kota dengan industri tunggal Model kota dengan rumah tangga Model berbagai sektor dalam kota (dua industri dan rumah tangga dengan industri) Model pola realistis

5 1. Model Kota dengan Industri Tunggal
Asumsi : suatu daerah punya keuntungan komparatif untuk memproduksi produk tertentu, produk diekspor dari pusat ekspor tertentu, tenaga kerja dan jasa permukiman dalam hal ini tidak berperan sama sekali, hanya satu komoditi saja yang diproduksikan atau semua komoditi berfungsi produksi yang sama, dan pasar faktor produksi dan hasil produksi dalam pasar persaingan sempurna. Variabel bebas : jumlah kapital yang diperlukan pada berbagai faktor produksi tanah, tingkat sewa berbagai jenis tanah, hasil produksi dan harga komoditi. Kesimpulan : terkait dengan sewa tanah dan pemanfaatan tanah Sewa tanah akan cenderung tinggi dan pemanfaatan tanah akan cenderung intensif bila tanah terletak dekat dengan pusat kota. Sewa tanah dan pemanfaatan tanah akan cenderung menurun cepat bila menjauhi kota, akan tetapi bila makin jauh dari kota penurunan ini makin melambat.

6 2. Model Kota dengan Rumah Tangga
Asumsi : rumah tangga memaksimumkan kegunaan atau kepuasan dalam pemilihan tempat tinggal atau permukiman mereka dan jasa rumah tangga adalah fungsi tanah, tenaga kerja dan kapital, struktur pasar jasa adalah persaingan sempurna, harga jasa sama pada tempat tertentu, kapital dan tenaga kerja saling dapat mengganti, dan nilai jasa rumah dipengaruhi oleh tanah yang belum diusahakan dan yang berada disekitar rumah. Merupakan perluasan dari Teori Perilaku Konsumen, dimana konsumen memaksimumkan konsumsi rumah, barang dan jasa lain terbatas oleh batasan anggaran yang terdiri penghasilan uang dan penghasilan yang hilang karena aktivitas ‘commuting’ yang merupakan biaya subyektif dan biaya moneter (tarif angkutan dan biaya operasional kendaraan). Kesimpulan : Apabila rumah itu dekat kota maka harga rumah tinggi tetapi ongkos ke kota murah; bila rumah jauh dari kota maka harga rumah murah tetapi ongkos ke kota mahal.

7 3. Model Beberapa Sektor Dalam kota
Sektor adalah suatu rangkaian lembaga yang berfungsi sewanya sama : Fungsi sewa badan usaha tergantung pada fungsi produksi, harga faktor produksi bukan tanah, dan fungsi permintaan produk. Fungsi sewa rumah tangga dipengaruhi oleh penghasilan, cita rasa, usaha bepergian ke kota, barang dan jasa, serta harga barang konsumsi. Pemilik tanah akan menawarkan pada orang atau lembaga yang mau membayar sewa tertinggi karena ingin memperoleh hasil kembali maksimum. Perlu pemikiran untuk keadaan : Model Dua Industri dengan karakteristik keseimbangan a. dimanapun perusahaan berada keuntungan sama dengan nol, b. setiap tanah akan jatuh pada penawar tertinggi, c. penawaran tanah = permintaan tanah, dan d. penawaran barang = permintaan barang di setiap industri. Model dengan Beberapa Rumah Tangga dan Industri dengan karakteristik keseimbangan a. dengan cita rasa dan penghasilan ttertentu diperoleh tingkat kegunaan yang sama, b. setiap tanah jatuh pada penawaran tertinggi, c. penawaran tanah = permintaan tanah, dan d. penawaran tenaga kerja = permintaannya.

8 4. Model Pola Lokasi Kota Realistis
Kota merupakan tempat permukiman, usaha, dan kesempatan kerja dimana lokasi produksi berada di dalam kota juga usaha jasa seperti hukum, finansial, pengecer, pendidikan, kesehatan, kebudayaan, pemerintahan dan lain-lain menggunakan fasilitas kemudahan dan kedekatan kota serta memanfaatkan secara intensif lahan dalam kota. Dengan segala keterbatasan : bagaimanapun juga kapasitas pendukung suatu kota itu terbatas, akibatnya tanah mahal di pusat kota dan menimbulkan kemacetan. Disamping itu dalam perkembangannya kota sebagai pusat kegiatan akan menimbulkan dampak negatif seperti kriminalitas, kesenjangan ekonomi dan sosial, degradasi lingkungan dan lain-lain. Pola Perkembangan Kota di Indonesia : AGRARIS PERDAGANGAN INDUSTRI


Download ppt "PEMANFAATAN TANAH PERKOTAAN (Individual VS Kolektif)"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google