Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Desrina Ernawati Situmorang (272013013)
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN Desrina Ernawati Situmorang PG-PAUD UKSW Desrina Ernawati Situmorang ( )
2
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode bercerita dengan menggunakan media gambar pada anak usia 3-4 tahun Kelompok A2 TK Kristen 1 Satya wacana Salatiga. Kegiatan meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode bercerita menggunakan media gambar. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah anak usia 3-4 tahun Kelompok A2 yang berjumlah 21 anak. Objek penelitian adalah kemampuan berbicara siswa kelompok A2 di TK Kristen 1 Satya Wacana. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Instrumen yang digunakan dalam observasi berupa lembar penilaian, untuk dokumentasi menggunakan kamera foto, dan wawancara menggunakan wawancara lisan dengan guru kelompok A2. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif komparatif. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah minimal 80% siswa telah memiliki kemampuan berbicara melalui metode bercerita dengan menggunakan media gambar. Indikator kemampuan berbicara dalam penelitian ini adalah mulai memahami dua perintah yang diberikan bersamaan, mulai menyatakan keinginan dengan mengucapkan kalimat sederhana, mulai menceritakan pengalaman yang dialami dengan cerita sederhana. Kemampuan berbicara anak mengalami peningkatan setelah peneliti memberikan tindakan yang dilakukan melalui beberapa tahapan dan proses. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata kemampuan berbicara anak pada Pratindakan sebesar 48%, meningkat menjadi 62% pada tindakan Siklus I, dan mencapai 86% pada tindakan Siklus II. Kata kunci: kemampuan berbicara, metode bercerita, media gambar, anak usia 3-4 tahun.
3
PENDAHULUAN Perkembangan anak usia dini pada dasarnya menentukan perkembangan dan pertumbuhan seseorang pada usia selanjutnya. Aspek-aspek perkembangan itu antara lain Perkembangan Fisik, Perkembangan Kognitif, Perkembangan Sosial-Emosional, Perkembangan Moral, dan Perkembangan Bahasa. Salah satu aspek penting dalam tahap perkembangan anak, yang akan menjadi tema penelitian ini adalah aspek Perkembangan Bahasa. Menurut Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak dalam Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009, anak yang berusia 3-4 tahun umumnya sudah memiliki perbendaharaan kata yang cukup banyak. Misalnya, anak dapat mengungkapkan beberapa hal sederhana seperti penolakan terhadap sesuatu, menyatakan kepemilikannya, seperti mainan atau pakaiannya, meminta sesuatu dan sebagainya.
4
Tetapi dalam kenyataannya, apa yang disebutkan di atas, belum mampu dilakukan oleh beberapa anak di TK Kristen 1 Satya Wacana, Salatiga yakni : Kemampuan berbicara pada beberapa anak di TK Kristen 1 Satya Wacana masih sangat kurang. Hal ini terbukti pada beberapa orang anak yang sudah berusia 3-4 tahun, masih sangat sulit mengungkapkan kata-kata bahkan belum bisa berbicara dengan jelas, misalnya untuk menyebutkan ‘mama = “mammamamah”, papa = “papapapah”, blotongan = “ntongan”, minta = “itta”, Diah = “iah” minum = “num”, mainan= “ainan”, terbalik= “lik”, “mobil “uiuiuiuiuuiuiu”, dan klakson “tetetettttetteett”. Dalam interaksi sehari-hari, anak tersebut cenderung diam dan bermain sendiri. Apabila guru/pengasuh ingin mendekati dan mengajak untuk bercerita sianak langsung menghindar dari guru/pengasuh.
5
Kemampuan Berbicara Pada umumnya, ketika memasuki usia 3-4 tahun, anak sudah dapat berbicara dengan baik. Pada usia ini, anak mampu menyusun kalimat sederhana dan mulai senang mendengarkan cerita sederhana serta mulai banyak bercakap-cakap (Nurbiana Dhieni, 2005: 9.2). Ada dua kriteria yang dapat digunakan untuk memutuskan apakah anak berbicara dalam arti yang sesungguhnya atau hanya membeo atau meniru saja (Hurlock, 1976: 176). Yaitu: anak harus mengetahui arti kata yang diucapkannya dan mengaitkannya dengan obyek yang diwakilinya. anak harus melafalkan kata-katanya sehingga orang lain memahaminya dengan mudah, karena dapat terjadi ketika anak berbicara, mereka belum tentu tahu apa arti dan maknanya. Menurut Hurlock (1978:185), belajar berbicara mencakup tiga proses terpisah tetapi saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain, yaitu belajar mengucapkan kata, membangun kosakata, dan membentuk kalimat.
6
Metode Bercerita Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain (Bacrtiar S. Bachir 2005:10) Sedangkan menurut M. Nur Mustakim (2005: 20), bercerita adalah upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih ketrampilan anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan. Dengan kata lain,bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian secara lisan dalam upaya untuk mengembangkan petensi kemampuan berbahasa. Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman bagi anak-anak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak-anak.
7
Media Gambar Menurut Gerlach (dalam Sanjaya, 2006:161),secara umum media gambar itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kodisi yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Menurut Sudjana (2007: 2), ada beberapa manfaat media pengajaran dalam proses belajar: Pengajaran akan lebih menarik perhatian anak didik sehingga dapat tumbuhnya motivasi belajar. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh para anak didik, dan memungkinkan anak menguasai tujuan pengajaran. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh pendidik, sehingga anak didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga. Anak lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, menceritakan dan lain-lain.
8
BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK). Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada bulan September 2016 sampai bulan Desember 2016 Tahun Ajaran Penelitian dilakukan karena kemampuan berbicara pada anak usia3-4 tahun di TK A Kristen 1 Satya Wacana belum jelas artikulasinya. Dalam penelitian ini subjek adalah anak TK Kristen 1 Satya Wacana, Salatiga dengan jumlah anak 21 orang pada tahun ajaran yang terdiri dari usia dan jenis kelamin yang berbeda. Adapun jenjang usia anak adalah yang berusia 4 tahun sebanyak 14 orang anak, berusia 3 tahun sebanyak 7 orang anak, yang terdiri dari 10 orang anak perempuan dan 11 orang anak laki-laki. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu Penggunaan metode Bercerita melalui Media Gambar (Variabel Bebas). Peningkatan kemampuan berbicara pada anak (Variabel Terikat).
9
HASIL DAN DISKUSI Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriptif, hasil kegiatan dianalisis dengan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil observasi pada setiap siklus maupun dengan indikator kinerja, kemudian berdasarkan observasi dan refleksi. Indikator kemampuan berbicara dalam penelitian ini adalah mulai memahami dua perintah yang diberikan bersamaan, mulai menyatakan keinginan dengan mengucapkan kalimat sederhana, mulai menceritakan pengalaman yang dialami dengan cerita sederhana. Kemampuan berbicara menggunakan media gambar melalui metode bercerita sebelum tindakan dalam kemampuan melakukan perintah dengan benar tidak diperoleh anak dari jumlah anak memenuhi kriteria baik, 10 anak atau 48% dari jumlah anak memenuhi kriteria cukup, dan 11 anak atau 52% dari jumlah anak memenuhi kriteria kurang. Pada kemampuan mengucapkan kalimat sederhana tidak ada anak yang memenuhi kriteria baik, 10 anak atau 48% dari jumlah anak yang memenuhi kriteria cukup, dan 11 anak atau 52% dari jumlah anak memenuhi kriteria kurang. Pada kemampuan menceritakan pengalaman tidak ada anak yang memenuhi kriteria baik, 10 anak atau 48% dari jumlah anak yang memenuhi kriteria cukup, dan 11 anak atau 52% dari jumlah anak memenuhi kriteria kurang.
10
Pada tindakan siklus I terjadi peningkatan yaitu 62%, tetapi kurang signifikan karena masih terdapat kendala yang menyebabkan peningkatan kemampuan berbicara menggunakan media gambar melalui metode bercerita belum maksimal, sehingga diperlukan adanya perbaikan tindakan pada siklus II yaitu peneliti mengganti gambar yang sebelumnya menggunakan gambar yang kurang menarik perhatian anak diubah menjadi gambar hasil dari download di internet yang lebih menarik sesuai tema. Setelah terjadi perbaikan tindakan, maka persentase peningkatan kemampuan berbicara anak menggunakan media gambar melalui metode bercerita sudah signifikan, meningkat menjadi 86 % pada siklus II. Berdasarkan pembahasan di atas hasil kegiatan meningkatkan kemampuan berbicara dengan menggunakan media gambar melalui metode bercerita, kemampuan berbicara anak kelompok A2 di TK Kristen 1 Satya wacana Salatiga dapat dikatakan meningkat dengan baik.
11
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa menggunakan media gambar melalui metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak Kelompok A2 TK Kristen 1 Satya Wacana. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata kemampuan berbicara anak pada saat Pratindakan sebesar 48%, meningkat menjadi 62% pada siklus I, dan mencapai 86% pada tindakan Siklus II. Kemampuan berbicara anak mengalami peningkatan setelah peneliti memberikan tindakan yang dilakukan melalui beberapa tahapan.
12
Sekian & Terimakasih
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.