Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KEBIJAKAN NASIONAL PEMBINAAN GIZI

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KEBIJAKAN NASIONAL PEMBINAAN GIZI"— Transcript presentasi:

1 KEBIJAKAN NASIONAL PEMBINAAN GIZI 2010 - 2014
DIREKTORAT BINA GIZI KEMENTERIAN KESEHATAN RI DISAMPAIKAN PADA PERTEMUAN SOSIALISASI GERAKAN NASIONAL SADAR GIZI MANADO , 5 – 6 JULI

2 Kerangka penyajian Gizi dan Kualitas SDM Masalah Gizi di Indonesia
Faktor penyebab masalah gizi Arah dan Kebijakan di Bidang Gizi Bahasan yang akan saya sampaikan pada kesempatan ini, meliputi: Gizi dan Kualitas Sumberdaya Manusia; Perkembangan terkini keadaa gizi masyarakat kita; Faktor Penyebab Masalah Gizi; serta Arah dan Kebijakan Kementerian Kesehatan di Bidang Gizi.

3 Gizi dan Kualitas SDM Saudara-saudara sekalian,
Berikut ini saya akan menjelaskan tentang kaitan gizi dengan kualitas SDM

4 PERTUMBUHAN OTAK Dewasa Usia 5 tahun Usia 2 tahun 1.4 KG
90% berat otak dewasa Lahir Masa sejak janin dalam kandungan sampai usia balita sering disebut “window of opportunities” atau masa emas atau sering juga disebut periode kritis. Istilah tersebut dipakai untuk menggambarkan bahwa terjadi proses pertumbuhan yang tidak ditemui pada kelompok usia lainnya. Gambar tersebut menjelaskan bahwa 90 % pertumbuhan otak manusia terjadi sejak janin sampai sebelum anak berusia 5 tahun, bahkan 70 % pertumbuhan otak terjadi dibawah usia2 tahun. Ini artinya, bila terjadi gangguan pertumbuhan pada masa tersebut sehingga pertumbuhan otak tidak sesuai dengan yang seharusnya, maka pertumbuhan tidak bisa dikejar pada periode berikutnya, walaupun kebutuhan gizinya dipenuhi. Jadi anak tetap akan mengalami gangguuan pertumbuahan otak. Oleh karena itu pembangunan SDM harus dimulai sejak bayi dalam kandungan sampai dengan usia balita. 70% berat otak dewasa 25% berat otak dewasa 4

5 Normal Terhambat Anak Usia 3 Tahun
Perbedaan volume dan struktur otak anak usia 3 tahun normal dan dengan pertumbuhan terhambat Anak Usia 3 Tahun Hasil pengamatan struktur dan volume otak anak usia 3 tahun yang pada awal kehidupan mengalami kekurangan gizi dan anak yang terpenuhi kecukupan gizinya menunjukkan hasil yang sangat berbeda. Pada anak yang terpenuhi kebutuhan gizi menunjukkan volume dan struktur sel yang berbeda dengan anak yang mengalami kekurangan gizi. Gambar kiri adalah gambaran kepala anak normal, lingkar kepala sekitar 50 cm, dan tidak terlihat rongga berisi cairan. Gambar kanan adalah gambaran anak yang mengalami gangguan pertumbuhan tingkat berat. Ukuran kepala lebih kecil dan adanya atropy Normal Terhambat 5 Facet, 2004

6 KURANG GIZI pada awal kehidupan berdampak pada kualitas SDM
Anak kurang gizi akan tumbuh lebih pendek dan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) Kurang gizi (pendek) berpengaruh pada perkembangan kognitif, nilai sekolah dan keberhasilan pendidikan Kurang gizi (pendek) pada usia dibawah 2 tahun menurunkan produktivitas pada usia dewasa Gizi Kurang/buruk merupakan penyebab dasar kematian bayi dan anak. Penelitian terhadap pengaruh kekurangan gizi terhadap pencapaian kualitas sumberdaya manusia telah banyak dilakukan. Sekurangnya terdapat 4 dampak negatif kekurangan gizi terhadap kualitas sumberdaya manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Kekurangan gizi yang terjadi sejak pada masa janin dan masa balita akan menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik. Kekurangan gizi pada masa janin menyebabkan bayi lahir kecil atau berat lahir rendah, dan apabila kekurangan gizi berlanjut pada balita akan mangakibatkan pendek pada usia remaja. Anak kurang gizi terutama pendek berpengaruh pada rendahnya kemampuan kognitif, prestasi sekolah dan keberhasilan pendidikan. Anak kurang gizi pada usia dibawah 2 tahun, akan menurunkan produktivitas pada usia dewasa, sehingga menyebabkan rendahnya pendapatan. Disisi lain, kekurangan gizi menurunkan daya tahan, meningkatkan kesakitan dan kematian balita dan berkontribusi terhadap Umur Harapan Hidup. Kurang gizi tidak hanya menggambarkan masalah kesehatan masyarakat, tetapi lebih jauh mencerminkan kesejahteraan masyarakat. Bahkan didalam Melinium Development Goals, SASARAN 1 disebutkan bahwa penurunanan prevalensi gizi kurang merupakan indikator keberhasilan pengurangan kemiskinan dan kelaparan. 6

7 MASALAH GIZI DI INDONESIA
Yth. Sdr, Ketua dan Anggota Dewan, hadirin yang berbahagia, Berikut ini saya akan menjelaskan tentang perkembangan masalah gizi di Indonesia.

8 HASIL RISKESDAS 2010 Prevalensi balita gizi kurang 17,9% Prevalensi balita pendek 35,6%

9 Kecenderungan Gizi Kurang 1989-2010
Status Gizi Balita Status Gizi Balita 2010 Kecenderungan Gizi Kurang Riset Kesehatan Dasar 2010 mengungkapkan gambaran jenis dan besaran masalah gizi balita di Indonesia. Grafik bagian kiri menjelaskan besaran masalah gizi pada anak balita tahun 2010, yang terdiri dari Gizi Kurang, Pendek, Kurus dan Gemuk. Sedangkan grafik bagian kanan menggambarkan kecenderungan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk dari tahun 1989 sampai 2010. Prevalensi gizi kurang selama ini dipakai secara universal sebagai indikator keberhasilan pembangunan. Mengamati perkembangan masalah gizi kurang dan gizi buruk sejak tahun 1989 sampai 2010 dapat dilihat kecenderungan penurunan yang berarti. Prevalensi Gizi Kurang pada tahun 1989 sebesar 31 % telah turun menjadi 17.9 % pada tahun 2010, penurunan lebih dari 40%. Dengan capaian ini target MDGs (sasaran 1) yaitu menurunnya prevalensi gizi kurang menjadi 15.5% pada tahun 2015 diperkirakan dapat dicapai. Namun demikian, walaupun telah terjadi penurunan yang cukup berarti, secara absolut jumlah anak kurang gizi masih relatif banyak. Sebagai contoh, dengan prevalensi gizi buruk sebesar 4.9 %, berarti masih ada sekitar 1 juta anak yang menderita gizi buruk yang tersebar di seluruh Indonesia. Masalah pendek harus mulai kita perhatikan secara serius, karena disamping prevalensinya yang cukup tinggi, masalah stunting sangat berdampak negatif terhadap kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak-anak kita. Di samping masalah gizi kurang dan pendek prevalensi anak gemuk sudah cukup tinggi, yaitu sebesar 14.2 %, lebih tinggi dibandingkan balita kurus.

10 Status Gizi Anak Balita 2010 (RISKESDAS 2010)
Saat ini kita sudah mengalami problematik masalah gizi ganda. Prevalensi gizi kurang yang digambarkan dengan balita pendek dan kurus masih relatif tinggi, sementara masalah gizi lebih sudah mulai meningkat. Riset Kesehatan Dasar 2010 mengungkapkan bahwa pada saat ini terdapat 17,9% balita gizi kurang, 35,6% balita pendek atau stunting, 13,2% kurus, dan 14,0% gemuk. Upaya mengatasi masalah stunting selama ini memang kurang mendapat perhatian. Kita sadari bahwa prioritas intervensi gizi selama ini lebih dititikberatkan pada penanggulangan masalah gizi kurang, karena dampaknya terhadap kematian bayi dan anak. Oleh karena itu, sejak tahun ini kita telah memfokuskan kegiatan pada upaya mengatasi masalah stunting. Suatu hal yang saya harap menjadi perhatian kita juga adalah prevalensi balita gemuk juga sudah cukup tinggi, bahkan lebih tinggi dari anak yang kurus.

11 SEBARAN PREVALENSI GIZI KURANG (BB/U) MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 (Riskesdas 2010)
< 15 % (Target RPJMN 2014)  8 provinsi 15 – 20 %  10 provinsi > 20  15 provinsi

12 SEBARAN PREVALENSI PENDEK (TB/U) MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 (Riskesdas 2010)
< 32 % (Target RPJMN 2014)  11 provinsi 32 – 40 %  15 provinsi > 40  7 provinsi

13 Masalah kurang gizi mikro
Masalah kekurangan vitamin A Masalah gangguan akibat kurang yodium Anemia Gizi Besi Dalam hal masalah gizi mikro, secara nasional masalah kekurangan vitamin A sudah berhasil dikendalikan melalui distribusi kapsul vitamin A. Namun demikian, ada 30% kabupaten yang cakupan kapsul vitamin A-nya di bawah 80% yang berarti masih berisiko untuk mengalami kekurangan vitamin A. Masalah kekurangan yodium, secara nasional sudah dapat dikendalikan melalui penyediaan dan konsumsi garam beryodium. Riskesdas 2007 menemukan bahwa 86% rumah tangga sudah mengkonsumsi garam yodium. Masalah lain yang masih kita hadapi adalah masalah anemia gizi besi. Data terakhir menunjukkan, bahwa 40% ibu hamil mengalami anemia gizi yang akan berdampak pada kesehatan ibu dan janinnya.

14 KEMISKINAN, PENDIDIKAN RENDAH, KETERSEDIANAN PANGAN, KESEMPATAN KERJA
Faktor Penyebab Masalah Gizi STATUS GIZI Ketersediaan Pangan Rumah Tangga Perilaku/asuhan Ibu dan Anak Pelayanan kesehatan Penyebab LANGSUNG KEMISKINAN, PENDIDIKAN RENDAH, KETERSEDIANAN PANGAN, KESEMPATAN KERJA Masalah UTAMA KONDISI POLITIK DAN EKONOMI Masalah DASAR 27/03/07 14

15 Lancet “Maternal and Child Nutrition” Series tahun 2004 memuat satu konsep model faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan gizi, kecacatan atau disability dan kematian. Dalam diagram tersebut terlihat bahwa kekurangan gizi kronis atau pendek lebih dipengaruhi oleh faktor gangguan pertumbuhan pada masa janin, kekurangan asupan zat gizi mikro dan kekurangan asupan energy dan protein. Sementara itu gizi kurang akut yang sering disebut gizi kurang atau kurus lebih banyak dipengaruhi oleh faktor tidak cukupnya asupan gizi terutama kalori dan protein dan infeksi penyakit. Tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu merupakan salah satu penyebabnya tingginya infeksi pada bayi yang mengakibatkan kekurangan gizi akut dan kematian. Faktor-faktor kemiskinan, sosial budaya dan politik, meningkatnya infeksi penyakit, ketahanan pangan dan tidak optimalnya cakupan dan kualitas pelayanan merupakan merupakan faktor yang secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri berpengaruh pada keadaan gizi ibu hamil, kekurangan gizi mikro, asupan energy yang rendah dan tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu.

16 Periode Kritis Pertumbuhan Anak
Window of Opportunity terjadi pada hari pertama, sejak masa kehamilan sampai usia anak 2 tahun. Kondisi sulit diperbaharui apabila tidak dilakukan penanganan secara preventif. Setelah usia 2 tahun, dampak stunting sulit untuk ditangani sehingga dampak jangka panjangnnya mempengaruhi perkembangan kognitif dan produktivitas .

17

18 Arah Pembangunan Gizi Arah perbaikan gizi adalah MENINGKATNYA MUTU GIZI perorangan dan masyarakat. (UU 36 tahun 2009) Penentuan Mutu Gizi; Antropometri Biokimia Klinis Konsumsi Sasaran 2014; - Gizi Kurang 15.0 % - Stunting % Sasaran MDGs 2015; Arah dan kebijakan pembangunan gizi didasarkan kepada Undang-Undang Kesehatan yaitu meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Indikasi seseorang memiliki mutu gizi yang baik adalah ketika berat badan menurut tinggi badan proporsional yaitu tidak kurus dan tidak pula gemuk. Sedangkan pada anak balita ukuran yang digunakan adalah berat anak menurut umur anak dan tinggi badan menurut umur 18

19 Penanggulangan GIZI KURANG komprehensif
BALITA GIZI BURUK DIRAWAT BALITA GIZI KURANG DIBERI PMT PEMULIHAN Penyuluhan (PMT) Pemantauan Pertumbuhan Konseling ASI/MP-ASI Pemberian kapsul vit A Pemberian tablet Fe Bumil Promosi garam beryodium Skrining aktif Taburia Mineral mix (Pusat) Perawatan (Jamkesmas) Pelatihan petugas (Pusat) Pusat  BOK Pabrikan  LOKAL Ops Posyandu  BOK EFEKTIVITAS = COVERAGE 19

20 Peningkatan Makanan Bayi dan Anak Menyelamatkan Balita dari Kematian The Lancet, Child Survival Series, 2003 (Jones et al.) Intervensi Jml meninggal ditekan % Pemberian ASI Eks 1,301,000 13% Pemberian MP-ASI 587,000 6% Kelambunisasi 691,000 7% Sanitasi & Air Bersih 326,000 3% Vitamin A 225,000 2% Nevirapine/ replacement feeding 150,000 Imunisasi campak 103,000 1%

21 Paling efektif menurunkan kematian : Breastfeeding counselling
Intervensi yang paling Efektif The Lancet, Maternal Child Undernutrition Series, January 2008 (Bhutta et al.) Paling efektif menurunkan kematian : Breastfeeding counselling Paling efektif menurunkan anak pendek: Improvement of complementary feeding

22 Inisiative baru : Gernas Sadar Gizi
Di tingkat global : Scaling up Nutrition ( SUN Movement) SUN Movement -- Seribu Hari Untuk Negeri Fokus 1000 hari I kehidupan : dimulai dari kehamilan hingga anak berumur 2 tahun

23 GERAKAN NASIONAL SADAR GIZI (GERNAS DARZI) MENUJU MANUSIA INDONESIA PRIMA

24 SISTEMATIKA PENDAHULUAN PENGERTIAN TUJUAN STRATEGI PELAKU DAN SASARAN
KEGIATAN POKOK FOKUS PESAN CONTOH PESAN GIZI INDIKATOR KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN FOKUS PESAN

25 MANUSIA INDONESIA PRIMA
PENDAHULUAN GERNAS DARZI RISKESDAS 2010 Balita gizi kurang 17,9% Balita pendek 35,6% Balita kurus 13,3% Usia >18 tahun  Kegemukan Pengetahuan dan sikap, perilaku gizi seimbang rendah Meningkatnya penyakit degeneratif (jantung, DM, stroke) PRIORITAS SASARAN REMAJA PRA KEHAMILAN IBU HAMIL BAYI ANAK s.d USIA 2 TAHUN MANUSIA INDONESIA PRIMA Sehat Cerdas Produktif GIZI BAIK PBB : SUN (1000 hari)

26 PENGERTIAN GERNAS DARZI
MANUSIA PRIMA Penerapan Gizi Seimbang Terencana dan Terpadu : Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Partisipasi dan Kepedulian Pemangku Kepentingan PENGERTIAN GERNAS DARZI

27 TUJUAN Meningkatkan kesadaran gizi masyarakat melalui pengembangan dan pengaktifan norma-norma sosial yang mendukung perilaku gizi yang baik UMUM Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat tentang pola dan kebiasaan makan dengan prinsip gizi seimbang Meningkatkan kerjasama dan kontribusi para pemangku kepentingan (Pemerintah, Swasta, Masyarakat) dalam pengembangan dan pengaktifan norma sosial untuk berperilaku sadar gizi KHUSUS

28 LIMA PELAKU DAN SASARAN
KELUARGA KADER MASYARAKAT LEMBAGA LAYANAN PUBLIK PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH LSM, SWASTA, MEDIA, DAN LEMBAGA INTERNASIONAL

29 STRATEGI 1. Kampanye Nasional
2. Advokasi Lintas Sektor, Lintas Lembaga 3. Pengembangan Kapasitas Komunikasi 4. Pengembangan Partisipasi Masyarakat Akar Rumput 5. Peningkatan Pengetahuan Gizi Sedini Mungkin 5 PILAR GERNAS DARZI

30 EMPAT KEGIATAN POKOK KAMPANYE PESAN-PESAN DIALOG PELATIHAN DISKUSI

31 TIGA FOKUS PESAN 1. PERILAKU MAKAN 2. POLA ASUH ANAK
Ibu Hamil makan 1 porsi lebih banyak Bayi : ASI eksklusif selama 6 bulan MP ASI s.d 2 tahun Anak sekolah sarapan pagi Masyarakat : Makan beraneka ragam Makan sayur dan buah Keluarga : menggunakan garam beryodium 1. PERILAKU MAKAN Anak Balita ke Posyandu Anggota keluarga mengukur BB dan TB Cuci tangan pakai sabun Asuhan yang baik pada anak 2. POLA ASUH ANAK Sering berolahraga : Min 2 kali/minggu Min. 30 menit/kali 3. AKTIFITAS FISIK

32 CONTOH PESAN GIZI UNTUK SELURUH KELOMPOK USIA
Ibu Hamil Ibu Menyusui Ibu Balita Anak Sekolah Remaja Lanjut Usia Masyarakat Umum Makan 1 porsi lebih banyak Periksa kehamilan teratur Makan beragam Aktifitas fisik teratur Pantau BB teratur Hindari rokok, alkohol, narkoba Makan 1,5 porsi lebih banyak Memberikan ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan Lanjutkan ASI sampai 2 tahun Pantau BB teratur Makan beragam Aktifitas fisik teratur Pertahankan BB ideal Makan beraneka ragam Hindari rokok, alkohol, narkoba Aktifitas fisik teratur Biasakan sarapan pagi Cuci tangan pakai sabun Timbang BB teratur

33 INDIKATOR KEBERHASILAN
Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Tingkat Kerjasama Pemangku Kepentingan Perubahan Norma Sosial Sadar Gizi

34 INDIKATOR KEBERHASILAN YANG DIKUMPULKAN MELALUI RISKESDAS
Tingkat konsumsi pangan hewani Tingkat konsumsi buah dan sayur Tingkat penggunaan garam beryodium di rumah tangga Cakupan anak sekolah yang sarapan pagi Cakupan ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan Tingkat kunjungan balita ke Posyandu (D/S) Cakupan anak sekolah yang mencuci tangan menggunakan sabun

35 PENGORGANISASIAN Ketua Penasehat : Ibu Negara Ketua Harian : Menkes Wakil ketua Harian : Ketua Umum TP-PKK Satuan Tugas : Media Massa, Ormas, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi, Dunia Usaha, Legislatif, Pemerintah NASIONAL PROVINSI KABUPATEN/KOTA Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa analog dengan Organisasi Pusat. KECAMATAN DESA

36 FOKUS PESAN 2012 - 2014 Fokus Sasaran 2012 2013 2014 Remaja pra nikah
Makanan beraneka ragam dengan meningkatkan konsumsi sayur, buah, dan pangan hewani Melakukan aktivitas fisik secara teratur Remaja putri, minum tablet tambah darah 1 kali sehari menjelang dan selama menstruasi Makan makanan beraneka ragam dengan meningkatkan konsumsi sayur, buah, dan pangan hewani Ibu Hamil Makanan beraneka ragam 1 porsi lebih banyak dan pangan hewani. Memeriksakan kehamilan dan minum tablet tambah darah. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif Ibu menyusui dan Bayi Makanan beraneka ragam 1,5 porsi lebih banyak dari sebelum hamil Minum 3 gelas lebih banyak ASI Eksklusif sampai usia bayi 6 bulan Menyusui bayi sesering mungkin Menimbang berat badan bayi setiap bulan Imunisasi dasar

37 Fokus Sasaran 2012 2013 2014 Ibu Balita
Lanjutkan ASI hingga anak berusia 2 tahun Berikan MP-ASI Memantau berat badan secara teratur Mulai bulan anak perlu mendapat kapsul vitamin A Mengajak anak bermain dan mengembangkan kreatifitasnya Anak sekolah Makanan beraneka ragam Sarapan pagi Makanan jajanan yang bergizi dan sehat Cuci tangan pakai sabun sebelum makan dan setelah buang air Menimbang berat badan secara teratur Lanjut Usia Makanan beraneka ragam dengan mengurangi lemak, garam, dan gula serta memperbanyak sayur dan buah Melakukan aktivitas fisik secara teratur Mempertahankan berat badan ideal Bersosialisasi untuk mengurangi stres dan meningkatkan rasa percaya diri Masyarakat Umum Makan beraneka ragam Aktivitas fisik secara teratur dan terukur Pola hidup bersih dan sehat Menghindari rokok, narkoba, dan minuman beralkohol

38 Gerakan Nasional Sadar Gizi 2012
Sudah sosialisasi di pusat kepada 33 provinsi 24 – 26 Januari 2012 Penyusunan strategi gernas sadar gizi Pengadaan buku panduan, poster, leaflet Pengembangan materi Rencana Launching Juni 2012  mundur menjadi ??? Talkshow TV, Talkshow radio Pembuatan dan penayangan ILM TV, ILM radio, Advetorial koran dan Lomba menulis gizi, pers, mahasiswa, umum Gerakan Nasional Sadar Gizi 2012

39 SEKIAN DAN TERIMA KASIH


Download ppt "KEBIJAKAN NASIONAL PEMBINAAN GIZI"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google