Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehGlenna Sumadi Telah diubah "6 tahun yang lalu
3
KurikuPembaharuan KUR. KTSP 2006- KUR 2013
A. LATAR BELAKANG KurikuPembaharuan KUR. KTSP KUR 2013 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional pada BAB X Pasal 36 ayat (3) butir c ,Pasal 37 ayat (1) Menurut Harsanto (2005) Generasi Unggul adalah mereka yang mampu berpikir tingkat tinggi. Tung (2009) Berpikir tinggi juga disebut berpikir kritis Kenyataan Program for International Student Assesment (PISA) Menunjukan peringkat Indonesia adalah ke 64 dari 65. Rendahnya kemmapuan berpikir kritis siswa Prestasi siswa se-Nasional (provinsi), perbandingan prestasi siswa Indonesia barat dan prestasi Indonesia bagian timur lebih rendah. Khususnya NTB berada pada urutan 23 dari 32 Provinsi. Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kelulusan dan jiwa KUR Tuntutan pembelajaran dalam mencari tahu secara sistematis dengan pembelajaran berbasis penemuan
4
Prestasi siswa NTB khusunya di Kab
Prestasi siswa NTB khusunya di Kab. Lotim rendah (SMAN 1 Pringgasela, peringkat ke 17 dari 20 SMA Negeri di Lotim pada hasil ujian nasional 2012/2013) Model Guided Discoveriy learning, menurut Eggen & Kauchak (2012), berdasarkan katergori materi kongkri(tersetruktur)t dan konsep yang lebih menantang (konsep dengan karakter-karakter materi klasifikasi) dapat dapat melatih kemampuan berpikir kritis Keadaan Kelas Hasil Observasi ujian semester siswa cukup rendah pada KD Plantae 2012/2013. (66% siswa < KKM 75) Karakter materi terstruktur (klasifikasi) Siswa cendrung pasif karena proses pembelajaran monoton (ceramah, mencatat) Indikator yang ideal berdasarkan Badan Akreditasi Nasional 80% mencakup (c4-c6). (Kenyataan: c1-c2) Kurangnya keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dan tidak pernah mengembangkan modul Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa Bahan ajar yang digunakan guru kuran menarik (sulit dipahami) dan tidak mendukung kemampuan berpikir kritis siswa Pengembangan Modul Plantae Berbasis Guided Discovery Terintegrasi Potesi Lokal untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa kelas X Rendahnya pemanfaatan lingkungan dalam proses pembelajaran (potensi lokal sekolah dan daerah) UUD RI No 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional BAB X Pasal 36 ayat (3) butir c mengenai Pasal 37 ayat (1) butir I dan j pentingnya keragaman potensi daerah dalam penyusunan kurikulum dan disusun dalam bentuk modul
5
B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana Prosedur Kelayakan Efektifitas Pengembangan modul Plantae berbasis Guided Discovery terintegrasi potesi lokal untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa?
6
C. TUJUAN PENELITIAN Prosedur Pengembangan MODUL PLANTAE BERBASIS GUIDED DISCOVERY TERINTEGRASI POTESI LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA. Kelayakan Mengetahui Efektifitas
7
D. SPESIFIKASI PRODUK Bentuk Berupa modul yang dikembangkan dengan basis model Guided Discovery Learning Modul yang dikembangkan khusus pada materi Kingdom Plantae semester genap. Modul ini berdasarkan isi materi terintegrasikan potensi lokal sebagai sumber belajar (memasukkan potensi lokal flora didaerah Lombok untuk mewakili beberapa spesies dalam Kingdom Plantae) Materi Susunan Modul meliputi bagian awal, bagian inti dan penutup. Bagian awal meliputi judul modul, latar belakang, dan petunjuk penggunaan modul. Bagian Inti meliputi Identitas mata pelajaran, Kompetensi Inti, Standar Kompetensi, Indikator, Tujuan Pembelajaran dan lembar kerja siswa. Bagian Penutup meliputi tes formatif, dan umpan balik. Draft materi dikembangkan sesuai dengan sintak Guided Discovery dan format penyusunan modul. Struktur
8
E. MANFAAT PENELITIAN 2. Manfaat Praktis a. Siswa 1. Manfaat Teoritis
Kreatif mengembangkan diri (madiri), membuat kegiatan belajar lebih menarik & mudah, mengurangi ketergantungan pada guru Menambah kajian bahan ajar terintegrasikan potensi lokal daerah sebagai bentuk pengenalan potensi lokal daerah kepada siswa. Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. b. Guru Memotivasi guru untuk mengembangkan bahan ajar sendiri, terlebih berbasis model dan terintegrasi potensi lokal daerah. c. Sekolah Mengembangkan kurikulum biologi disekolah Sebagai bahan evaluasi untuk mengembangkan bahan ajar di sekolah d. Peneliti Sebagai refrensi untuk melakukan penelitian pengembangan selanjutnya
9
2. Keterbatasan F. ASUMSI DAN KETERBATASAN Model pengembangan yang digunakan dalam riset modul ini dikembangkan berdasarkan penelitian dan pengembangan Gall, Borg dan Gall (2003) dalam Gooch (2012) yang terdiri dari tujuh langkah dalam siklus R&D, yaitu: 1) research analysis, needs assesment, and proof of concept (analisis dan penilaian kebutuhan); 2) product planing and design (perencanaan produk dan desain), 3) preliminary product development (pengembangan produk awal); 4) preliminary field testing (uji coba produk awal); 5) product revision (revisi produk); 6) main field testing (uji lapangan utama); dan 7) the final product revision (revisi produk ahir). Sekolah yang digunakan untuk penelitian adalah SMAN 1 Pringgasela. Uji skala kecil dilakukan pada kelas X/IPA1 Sebanyak 33 siswa. Uji lapangan dilakukan pada kelas X/IPA2 sebanyak 32 siswa. 1. Asumsi Modul Plantae berbasis Guided Discovery terintegrasi potensi lokal untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa layak diterapkan di sekolah. Hasil belajar berupa kemampuan berpikir kritis siswa dapat diberdayakan setelah menggunakan modul Plantae berbasis Guided Discovery terintegrasi potensi lokal.
10
G. DEFINISI OPERASIONAL
1. Modul Biologi adalah salah satu bahan ajar mandiri dangan bantuan minimal dari guru. Berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa untuk mencapai standar kompetensi (Toharudin, 2011). 2. Sintak yang digunakan dalam menyusun modul ini adalah sintak Guided Discovery meliputi: Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan), Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah), Data Collection (Pengumpulan Data), Data Processing (Pengolahan Data), Verification (Pembuktian), Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi) (Kemdikbud, 2013). 3. Keunggulan lokal adalah hasil bumi, kreasi, seni, tradisi, budaya, pelayanan, jasa, sumber daya alam, sumber daya manusia atau lainnya yang menjadi keunggulan suatu daerah (Ahmadi, 2012). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keunggulan lokal adalah beragam tumbuhan yang ada di sekitar lingkungan siswa, baik yang umum maupun yang khas Lombok Timur yang akan menjadi suatu acuan pembelajaran bagi siswa.
11
G. Lanjut …DEFINISI OPERASIONAL
4. Materi Plantae dalam modul ini terdiri dari Bryophyta (lumut), Pteridophyta (tumbuhan paku), dan Spermatophyta (Tumbuhan berbiji). 5. Kemampuan berpikir kritis merupakan cara berpikir yang berfokus pada pola pengambilan keputusan tentang apa yang harus diyakini dan harus dilakukan (Yatni, (2005). dalam Emzir, (2012)). 6. Modul berbasis Guided Discovery terintegrasi potensi lokal untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa merupakan modul pembelajaran yang disusun berdasarkan sintak Guided Discovery, mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa serta dengan mengintegrasikan potensi lokal daerah sebagai sumber belajar yang nyata.
12
A. MODUL Pengertian Modul Fungsi Modul Karakteristik Modul Tujuan Modul Modul Berbasis Guided Discovery Learning Prinsip-prinsip Pembelajaran Modul Langkah-langkah Penyusunan Modul a. Analisis Kebutuhan Modul b. Penyusunan Naskah/Draf Modul c. Kelebihan dan Kekurangan Modul B. GUIDED DISCOVERY (PENEMUAN TERBIMBING) Landasan Model Pembelajaran Guided Discovery Discovery Learning Guided Discovery Learning a. Fakta Empirik Keberhasilan Model Guided Discoveri Learning b. Langkah-Langkah Guided Discovery
13
Peneliti Tahun Hasil Penelitian
C. PEMBELAJARAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL D. BERPIKIR KRITIS E. HUBUNGAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS F. HASIL PENELITIAN RELEVAN Peneliti Tahun Hasil Penelitian Nurul 2012 Model pembelajaran Guided Discovery berdasarkan keterlaksanaan pembelajaran Guided Discovery dari pertemuan 1 sampai pertemuan ke 2 mengalami peningkatan hasil belajar, Yaitu sebesar 3,33 (kriteria baik) menjadi 3,61 (kriteria sangat baik). Ketuntasan hasil belajar kognitif secara klasikal sudah tercapai, karena 87% siswa sudah tuntas secara individu. Fatih 2014 Pada kelas XI IPA 2, XI IPA 4, dan XI IPA 5 mengalami peningkatan secara signifikan. Keterlaksaan pembelajaran berorientasi keterampilan proses sains dengan model Guided Discovery memperoleh kategori nilai rata-rata yang sangat baik. Next Journal > G. KERANGKA BERPIKIR Gambar >
14
METODOLOGI PENELITIAN
Reserch analisis, needs assessment and proof of concept (Analisis dan Penilaian Kebutuhan) Product planning and design (Perencanaan produk dan desain) Preliminary product development (Pengembangan produk awal) Preliminary field testing (Uji coba produk awal) Product revision (Revisi produk) Main field testing (Uji lapangan utama) Fial product revision (Revisi produk ahir) A. MODEL PENGEMBANGAN Research Analysis and Needs Assesment Product Planning and Design Preliminary Product Development Preliminary Field Testing Product Revision Main Field Testing The Final Product Revision Bagan desain Pengembangan oleh Gall, Borg and Gall (2003) dalam Gooch (2012).
15
B. PROSEDUR PENGEMBANGAN
1. Reserch analisis, needs assessment and proof of concept (Analisis dan Penilaian Kebutuhan) Studi Literatur Studi Lapangan Pengumpulan Informasi dengan kajian pustaka mengenai: Buku ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelas (Modul,LKS atau Buku bacaan biologi) Model Guided Discovery Learning Materi Kingdom Plantae Potensi lokal daerah Penelitian yang relevan Pengumpulan data bahan ajar kelas X Analisis kebutuhan guru dan siswa akan bahan ajar Analisis mengenai keterlaksaan proses pembelajaran
16
2. Product planning and design (Perencanaan produk dan desain)
B. Lanjut…. PROSEDUR PENGEMBANGAN 2. Product planning and design (Perencanaan produk dan desain) Identifikasi aspek yang terdapat dalam Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) serta identifikasi materi. Identifikasi pemilihan sumber belajar dan pengemasan hasil penelitian menjadi bahan ajar dalam bentuk modul. Penyusunan Instrumen penelitian yaitu silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS dan soal-soal evaluasi. Penyusunan instrumen validasi ahli modul, validasi RPP dan silabus serta soal-soal evaluasi. 3. Preliminary product development (Pengembangan produk awal) Menyiapkan materi pelajaran. Materi tersebut berdasarkan beberapa refrensi buku tentang Plantae, dan kekayaan potensi lokal Lombok Timur yang disesuaikan dengan Kurikulum 2013 Setelah materi terkumpul kemudian disusun menjadi produk awal, pengujian produk oleh ahli dan praktisi serta revisi I menjadi draft I.
17
B. PROSEDUR PENGEMBANGAN
4. Preliminary field testing (Uji coba produk awal) Penyusunan modul (draft I) yang diujicobakan pada kelompok kecil pengguna (guru dan dan siswa). Uji coba kelompok kecil (small group evaluation) bertujuan untuk mengumpulkan informasi terkait dengan perbaikan modul yang akan dikembangkan. 5. Product revision (Revisi produk) Revisi berdasarkan revisi II dan masukan uji coba kelompok kecil pengguna (guru dan siswa). Hasil validasi uji coba kelompok kecil kemudian disebut draft II.
18
7. Final product revision (Revisi produk ahir)
B. Lanjut…. PROSEDUR PENGEMBANGAN 6. Main field testing (Uji lapangan utama) Setelah modul dan instrumen telah tersusun dengan baik, maka dilakukan uji coba kelompok besar (uji coba sekala luas). Uji coba kelompok besar merupakan pengujian produk berupa modul untuk mengetahui kelayakan modul pembelajaran yang digunakan, baik ditinjau dari proses pembelajaran, kemampuan berfikir tingkat tinggi maupun hasil belajar. 7. Final product revision (Revisi produk ahir) Revisi III dilakukan berdasarkan kritik, saran dan tanggapan yang diperoleh pada main field testing. Hasil uji coba kelompok besar dijadikan acuan untuk dianalisis dan diperbaiki menjadi penyempurna produk. Hasil dari main field testing setelah mengalami perbaikan disebut draft III. Produk ini disebut produk akhir yang siap digandakan kepada para pengguna khususnya guru biologi dan siswa SMA kelas X pada Materi Plantae.
19
C. DATA DAN METODE PENGUMPULAN DATA
1. Data Awal Data kualitatif yang diperoleh pada saat observasi dan analisis kebutuhan 2. Data Pengembangan Modul Validasi praktisi melalui lembar validasi, serta tanggapan guru dan siswa mengenai kelayakan modul melalui lembar tanggapan siswa berupa angket. 3. Data Kemampuan Berpikir Kritis Data kualitatif yang diperoleh melalui metode observasi pada saat proses pembelajaran Biologi di kelas dan kegiatan belajar pengamatan di Laboraturium.
20
2.Instrument pengumpulan data
1.Jenis Data Tahap Analisis Kebutuhan Data kualitatif. Data tersebut diantaranya adalah hasil observasi, Analisis RPP, data analisis silabus serta analisis soal-soal evaluasi yang digunakan guru. Tahap Uji Coba Didapatkan dua jenis data yaitu kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan data angket dan tanggapan/saran dari hasil uji validasi ahli, data hasil uji coba skala kecil oleh guru dan siswa dan hasil data uji skala lapangan oleh siswa sedangkan data kuantitatif digunakan untuk mengolah data dalam bentuk persentase. 2.Instrument pengumpulan data Analisis kebutuhan Dan hasil uji coba
21
analisis deskriptif atas hasil observasi Tahap Analisis Kebutuhan
D. TEHNIK ANALISIS DATA analisis deskriptif atas hasil observasi Tahap Analisis Kebutuhan deskriptif kualitatif dan kuantitatif Uji Coba Lapangan Awal analisis kuantitatif untuk mengetahui pengaruh penerapan model terhadap hasil belajar mahasiswa dengan Uji T Uji Coba Lapangan Operasional
22
Mohon saran dan masukan
Sekian & Terimakasih Mohon saran dan masukan
23
< Next > Kondisi Ideal Masalah yang Terjadi
Kurikulum 2013 ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang unggul, memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, inovatif, berbangsa, bernegara. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun tentang Pendidikan Nasional pada BAB X Pasal 36 ayat (3) butir c menyatakan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan memperhatikan keragaman potensi daerah dan lingkungan. Pasal 37 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat keterampilan/kejuruan (butir i) dan muatan lokal (butir j) Tuntunan KD siswa diharapkan mampu menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan tumbuhan ke dalam divisio berdasarkan pengamatan morfologi dan metagenesis tumbuhan serta mengaitkan peranannya dalam kehidupan di bumi Masalah yang Terjadi Kenyataan menunjukan bahwa kemampuan berfikir kritis siswa Indonesia berdasarkan persentase Program for International Student Assesment (PISA) Menunjukan peringkat Indonesia adalah ke 64 dari 65 negara (Mendikbud, 2013). Prestasi sains siswa SMA di Indonesia timur lebih rendah dibandingkan dengan sebagian yang tinggal di wilayah Indonesia bagian barat. Bahan ajar yang ada di sekolah cenderung berisi uraian materi, kurang mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari, dan diberikan soal pekerjaan rumah pada akhir subab materi. Belum mengakomodir, kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil ujian di SMA tersebut pada kelas XI IPA-1 menunjukkan bahwa tahun 2012/2013 pada materi Plantae nilai siswa yang tuntas 33% (mencapai KKM sekolah > 75 Next > <
24
Pembelajaran Biologi di sekolah
Guru Siswa Pembelajaran Plantae di sekolah belum mennggunakan media yang mendukung kemampuan berpikir kritis Guru menggunakan sumber belajar (buku) lokal Soal-soal yang digunakan dalam UKK kriteria C1 dan C2. Pembelajaran di sekolah lebih dominan pada Guru (techer centred) Mayoritas siswa kelas X tidak tuntas KKM pada materi Plantae Materi Plantae memiliki karakter nyata dan terstruktur Bahan ajar yang digunakan berisi paparan materi, minim gambar, ilustrasi kurang menggambarkan materi, sehingga kurang menarik untuk di pelajari Siswa cenderung pasif menerima dan mengikuti pembelajaran Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa Pengembangan Modul Plantae Berbasis Guided Discovery Terintegrasi Potesi Lokal untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan modul Plantae berbasis guided discovery terintegrasi potesi lokal <
25
< Peneliti Tahun Hasil Penelitian Candra 2012
Penerapan model pembelajaran Guided Discovery pada materi Pemantulan cahaya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa Nurhayati 2013 terdapat pengaruh pengunaan pendekatan Guided Discovery Learning dalam pembelajaran fisika materi getaran dan gelombang terhadap kemampuan berpikir kritis siswa Alfieri 2011 Menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis penemuan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, merangsang peserta didik untuk memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran dan meningkatkan keterampilan kognitif. Akanmu dkk menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada pembelajaran dengan menggunakan Guided Discovery (penemuan terbimbing) dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan tanpa menggunakan Guided Discovery (penemuan terbimbing) Mumpuni dan Susilo Pemanfaatan potensi lokal sebagai bahan rujukan dalam proses pembelajaran biologi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. <
26
< Peneliti Tahun Hasil Penelitian
Suratsih 2010 pemanfaatan potensi/keunggulan lokal daerah seperti sumber daya alam, sumber daya manusia di masyarakat, atau lingkungan yang memungkinkan dapat mendukung pembelajaran. Model pengajaran ini mengamanatkan siswa untuk mengenal, memahami, memiliki sikap positif, dan keterampilan dalam model pengajaran yang sesuai dengan potensi keunggulan lokal daerahnya. Semua kemampuan yang diinginkan manusia pada siswa dalam model pengajaran ini dipresentasikan dalam wujud kepemilikan keterampilan yang sesuai dengan potensi keunggulan lokal daerah. Keterampilan tertentu dalam pemanfaatan potensi lokal dapat dikatakan sebagai keterampilan vokasional <
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.