Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehYuliani Sutedja Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
Tri setyawati Biokimia FKIK Tadulako
IMUNOHISTOKIMIA Tri setyawati Biokimia FKIK Tadulako
2
IMUNOHISTOKIMIA Aplikasi dasar dan teknik imunologi dalam mempelajari sel dan jaringan Dasar: reaksi antigen – antibodi Manfaat: - identifikasi – lokalisasi – karakterisasi antigen - menentukan diagnosis, terapi, dan prognosis kanker
3
IMUNOHISTOKIMIA Banyak cara yang dapat dipakai untuk melokalisir antigen Tergantung pada kebutuhan individual, yaitu: - jenis jaringan - derajat sensitivitas - waktu dan biaya processing
4
Antigen umumnya berbentuk protein (kadang karbohidrat)
Bereaksi dengan bagian (monoklonal) atau bagian-bagian (poliklonal) antigen yang disebut epitop Dapat berubah karena fiksasi atau embedding Cocktail Antibodi
5
Perlu dilakukan seleksi antibodiBeberapa epitop resisten terhadap pemrosesan jaringan rutin
Antigen unmasking (antigen retrieval) Treatment dengan enzyme HIAR ( heat-induced antigen retrieval method): direndam dalam buffer dan dipanaskan dengan microwave, hot-plate, pembakar Bunsen, steamer, atau pressure cooker Hampir semua antigen berhasil baik dengan HIAR Antigen
6
Konservasi Antigen Antigen, terutama antigen permukaan ekspresi- nya bisa sangat lemah atau hilang pada: FS dan proses rutin (fiksasi & embedding) Pencegahan dengan jenis fiksasi tertentu: - fiksasi berbasis alkohol: ethanol, Carnoy, methacarn intermediate filament protein - logam berat: B5 & Zenker antigen intranuclear - Bouin neuropeptida biogenic amine - periodate-lysine-paraformaldehida stabilisasi lipid, protein, protein membran fiksasi dengan formalin bufer fosfat
7
Metoda Antigen-retrieval
Proteolytic digestion Heat-induced Antigen Retrieval (HIAR) Combined proteolytic digestion & HIAR
8
Metoda Antigen-retrieval Proteolytic Digestion
Formalin 10% masih merupakan fiksasi yang paling banyak digunakan kadang perlu antigen retrieval Formalin menyebabkan cross-linkage antar protein (terutama asam amino dasar: lysine), atau yang lain: amino, amido, peptida, guanidil, hidroksil, karboksil, sulfhidril, aromatik “mask” antigen yang dicari. Digesti proteolitik akan memecah “masking cross-linkage” Trypsin tipe II 0,25 mg/ml, 37o, 3 menit
9
Metoda Antigen-retrieval Heat-induced Antigen Retrieval (HIAR)
Dasarnya adalah pemanasan HIAR (pemanasan) mulai dari pengukusan, autoclave, pressure cooker, waterbath, sampai oven microwave Shi (1991) pertama kali melakukan dengan microwave Pemanasan 100o C dengan microwave sambil direndam dalam logam berat (Pb tiosianat atau dengan seng sulfat) unmasking antigen Perendaman juga bisa dengan bufer sitrat 10 mmol dengan pH 6,0 Juga baik untuk sediaan sitologi
10
Metoda Antigen-retrieval Combined proteolytic digestion & HIAR
Kombinasi HIAR dengan dengan digesti proteolitik memberikan hasil optimal, misalnya untuk MiB-1dan Ki-67 Dipakai kombinasi antara tripsin tipe II, 0,25 mg/ml selama 3 menit pada suhu 37o C, sesudah itu dilanjutkan dengan HIAR Sebaliknya pada cytokeratin:HIAR dahulu baru kemudian digesti proteolitik, hasilnya lebih baik
11
Antigen morfologis tidak bisa diidentifikasi perlu visualisasi dan dilokalisasi
Teknik pengecatan tertentu berdasarkan reaksi antigen-antibodi Imunofluoresen (latar belakang tidak tampak) Imunohistokimia (immunoenzyme technique) Latar belakang tampak
12
Imunofluoresen Direct method
Deteksi produk infeksi virus/mikroba, juga pada tanaman, penyakit ginjal (komplek antigen-antibodi) Pewarna: - FITC (fluorescein isothiocyanate) - TRITC (Tetramethylrhodamine isothiocyanate)
13
Direct method Antigen dilokalisasi dengan inkubasi 1 step
dalam antibodi yang dikonjugasi dengan marker. Keuntungan: sederhana, hasil cepat Keterbatasan: Tidak tampak morfologi latar Perlu antibodi terkonjugasi setiap antigen yang berbeda Rekomendasi: - Identifikasi imunoglobulin, komplemen, komplek imun pada biopsi ginjal dan kulit - Melokalisasi antigen viral, bakterial, proto- zoal, dalam smear atau cairan tubuh FITC / TRITC Antibodi primer Antigen
14
Indirect Method FITC / TRITC Prosedur dua langkah, pertama inkubasi
dengan antibodi primer, kemudian antibodi sekunder terkonjugasi Keuntungan: Versatility, dan lebih sensitif daripada direct method. Keterbatasan: Latar tidak tampak Harus dengan frozen section Rekomendasi: Antibodi dalam serum (dipakai sebagai antibodi primer: peny. Otoimun, bakterial, dan parasit) Antibodi sekunder Antibodi primer Antigen
15
Ginjal: Immune complex nephritis & anti GBM disease
16
Ginjal: IgA nephropathy
17
Produk infeksi virus: Adenovirus
18
Produk infeksi virus: CMV
19
Produk infeksi virus: HSV1
20
Teknik imunohistokimia
Ada dua komponen utama Antibodi primer Sistem deteksi identifikasi hasil reaksi antigen-antibodi - sistem pewarnaan (chromogen) - komponen jembatan/penghubung (antibodi sekunder)
21
ANTIBODI Antibodi adalah suatu immunoglobulin
Merupakan reagen inti pada teknik imunohistokimia Jumlahnya terus bertambah Manfaatnya terus bertambah
22
ANTIBODI Ada 5 kelas dalam plasma / serum (sesuai jumlahnya) dalam urutan sbb: IgG – IgA – IgM – IgD – IgE Setiap Ig terdiri dari dua rantai berat (H) identik dan dua rantai ringan (L) identik Rantai H berbeda dalam hal properti antigenik dan struktural, dan menentukan klas dan subklas molekul Kelas: gamma (IgG), alpha (IgA), mu (IgM), delta (IgD), dan epsilon (IgE) Subkelas: dengan subskrip angka mis. IgG1 Rantai L ada 2 tipe, kappa & lambda
23
ANTIBODI – IgG Formula umum: gamma-kappa atau gamma-lambda
Struktur molekul ditentukan oleh digesti proteolitik dan dissosiasi reduktif Digesti papain pecahnya ikatan yang rentan pada sisi teminal-N dari jembatan disulfida antar-rantai H 2 Fab (antigen binding fragment) heterogen monovalent, dan 1 Fc Digesti pepsin 2 Fab, sedang Fc hancur
24
Struktur Molekul Imunoglobulin
Intra-chain disulfide bond L Inter-chain disulfide bond H
25
IgG kelinci Variable domain Constant domain Proteolytic digestion
with papain Pepsin digestion
26
Antibodi Antibodi sebagian besar dari subklas IgG, dan sedikit dari IgM Antibodi yang bereaksi dengan antigen disebut antibodi primer Tergantung pembuatannya, ada dua jenis antibodi: antibodi poliklonal (PoAb) dan antibodi monoklonal (MoAb)
27
Antibodi poliklonal (PoAb)
Antibodi polikonal diproduksi oleh berbagai macam sel imunologik tidak sama PoAb mengenali berbagai epitop yang berbeda dari antigen yang sama lebih sensitif daripada MoAb Kelemahan: Masih mengandung antibodi non-spesifik tak dikehendaki Kecenderungan warna latar yang kuat Batch yang berbeda antar pabrik komparasi antar-lab sulit
28
Antibodi poliklonal Gambaran skematik antibodi
poliklonal mengikat berbagai epitop pada antigen
29
Antibodi monoklonal (MoAb)
Dibuat dengan hibridoma klon tunggal sel plasma antibodi yang hanya mengenali epitop tunggal diproduksi dengan konstan, tak terbatas, dan persis sama Sensitivitas mungkin kurang dari PoAb cocktail (untuk meningkatkan sensitivitas) Sangat spesifik
30
Antibodi monoklonal Antibodi monoklonal bereaksi dengan epitop spesifik pada antigen
31
Sistem Deteksi 2 komponen: antibodi sekunder / bridging antibody dan color development system (sistem pewarna) Antibodi sekunder menghubungkan antibodi primer dengan sistem pewarna antibodi sekunder (goat antimouse IgG) merupakan antibodi terhadap imunoglobulin dari antibodi primer (mouse IgG) ABC + DAB/AEC Substrat + H2O2 + chromogen (DAB/AEC)
32
Pitfal: kekeliruan interpretasi
Misinterpretasi: negatif palsu: hilangnya antigenisitas (prosesing), hilangnya aktivitas antibodi primer positif palsu: non-spesific staining Hasil palsu karena terjadi sesuatu pada: Jaringan Antibodi primer Antibodi sekunder Sistem deteksi Perlu kontrol eksternal dan internal
33
Pitfal: kekeliruan interpretasi
Hasil palsu karena terjadi sesuatu pada: Jaringan: antibodi terlalu pekat, antigen masking HIAR Antibodi primer: - bila kurang spesifik non-specific binding false positive (terutama antibodi poliklonal) - antibodi rusak Antibodi sekunder: - = antibodi primer - tidak cocok false negative Sistem deteksi: endogenous peroxidase activity
34
Hasil Positif Palsu Reaksi silang dengan antigen yang lain
Pengikatan non-spesifik antibodi kepada jaringan Adanya peroksidase endogen dalam elemen selular Jaringan normal terperangkap di dalam jaringan tumor (jar.otot dalam tumor jaringan lunak rhabdo-myosarkoma; jaringan tiroid dalam limfoma maligna dikira karsinoma tiroid; dll.) Lepasnya protein sitoplasma sel normal karena invasi tumor permeasi ke dalam sel interstisial atau fagositosis positif palsu
35
Hasil Negatif Palsu Antibodi tidak cocok, rusak, atau konsentrasi tidak tepat Antigen hilang/habis karena otolisis atau difusi, misalnya bila jaringan terlalu lama dalam formalin lebih baik dalam blok Keberadaan/densitas antigen di bawah level kemampuan deteksi oleh reagen atau teknik yang digunakan, ini karena produksi yang rendah atau hilang
36
Direct method Antigen dilokalisasi dengan inkubasi 1 step
dalam antibodi yang dikonjugasi dengan marker. Keuntungan: sederhana, hasil cepat Keterbatasan: Hasil inkonsisten (parafin) Perlu antibodi terkonjugasi setiap antigen yang berbeda Rekomendasi: - Identifikasi imunoglobulin, komplemen, komplek imun pada biopsi ginjal dan kulit - Melokalisasi antigen viral, bakterial, proto- zoal, dalam smear atau cairan tubuh Enzim peroxidase Antibodi primer Antigen
37
Indirect Method Enzim peroxidase
Prosedur dua langkah, pertama inkubasi dengan antibodi primer, kemudian antibodi sekunder terkonjugasi Keuntungan: Versatility, dan lebih sensitif daripada direct method. Keterbatasan: Makan waktu Hasil terbaik dengan frozen section Rekomendasi: Antibodi dalam serum (dipakai sebagai antibodi primer: peny. Otoimun, bakterial, dan parasit) Antibodi sekunder Antibodi primer Antigen
38
Peroxidase-anti-Peroxidase
Enzim peroxidase Anti peroxidase 3. PAP-complex Keuntungan: Lebih sensitif daripada conjugated antibodies Hasil pewarnaan sangat baik Keterbatasan: Makan waktu Spesies untuk pembuatan PAP complex = antibodi primer Rekomendasi: Identifikasi tumor tanpa tergantung morfologi atau diferensiasi Lokalisasi ultrastruktur plastik resin 2. Antibodi sekunder 1. Antibodi primer Antigen
39
Avidin-Biotin-Complex (ABC)
Enzim peroxidase Biotin Avidin 3. Komplek konjugasi Teknik ini memanfaatkan kemampuan gliko- protein avidin untuk mengikat 4 molekul biotin 2. Antibodi sekunder terkonjugasi biotin 1. Antibodi primer spesifik untuk antigen tertentu Keuntungan: Komplek konjugasi dapat dipakai untuk setiap jenis antibodi (beda spesies) Hasil sangat baik pada preparat blok parafin Keterbatasan: makan waktu, dan reagensia harus cocok dan dilusiharus akurat Rekomendasi: Antigen permukaan jumlah sedikit Bagus untuk blok parafin yang disimpan lama Antigen
40
Lokasi antigen Dalam inti Dalam sitoplasma Dalam sitoplasma dan inti
Membran sitoplasma: luminal (CA242)
41
Nuclear staining
42
Nuclear staining
43
Nuclear staining
44
Nuclear staining
45
Nuclear staining
46
Cytoplasmic staining
47
Cytoplasmic staining
48
Cytoplasmic staining
49
Cytoplasmic staining
50
Cytoplasmic staining
51
Cytoplasmic staining
52
Cytoplasmic staining
53
Cytoplasmic staining
54
Cytoplasmic staining
55
Cytoplasmic staining
56
Chromogranin: tumor Carcinoid (gaster)
Antibodi primer ini negatif pada ca gaster. Keluarga kromogranin, tersusun oleh glikoprotein asam dengan berat molekul 20 – 100 kD, lokasi di dalam fraksi-fraksi terlarut, terdiri dari chromogranin A, chromogranin B (screto- granin I), dan chromogranin C (secretogranin II) hampir setiap tumor neuroendokrin positif “pan-endocrine” marker
57
Metastasis Karsinoma Lobular ke Tiroid
Antibodi primer: thyroglobulin. Thyroglobulin berasal dari folikel tiroid yang terperangkap merembes ke sela interselular Positif (warna merah)
58
Keratin/Cytokeratin Family of water-insoluble , intracellular fibrous proteins present in almost all epithelia 20 sub-klas Berat mol 40 – 68 kD pH isoelektrik: 5 – 8 Baik untuk marker diferensiasi epitel, tak peduli apakah tumor berasal dari endodermal, neuro-ektodermal, mesenkimal, atau sel benih CK8 & CK18 diekspresikan juga pada jaringan non-epitelial dan neoplasmanya
59
Keratin/Cytokeratin Contoh Ekspresi Keratin
CK8 & CK18 : diekspresikan juga pada jaringan non-epitelial dan neoplasmanya 34β12 : sel basal DD antara Ca prostat dif. baik dengan BPH CK7+/CK20+ : Ca pankreas, bile duct, urothelium (masing-masing 65%), dan gaster (33%) CK7+/CK20- : Ca paru, mama, endometrium, ovarium, tiroid, kel.ludah, mesotelioma. CK7-/CK20+ : Ca kolon (95%), sel Merkel, gaster (33%) CK7-/CK20- : Ca kortex adrenal, hati, ginjal, kelenjar adrenal CK5/CK6 : DD mesotelioma dengan Ca paru; SCC, Ca kelenjar ludah, timoma
60
Keratin Ca anaplastik pankreas Thymoma tipe B1, lymphocyte rich
61
CMV Colitis viral: penderita immunosuppressed
62
Imunoperoksidase Antigen
A: peroxidase antibody conjugate, direct; B: peroxidase antobody conjugate, indirect; C: labeled antigen method; D: Enzyme bridge procedure; E: peroxodase-anti-peroxidase, PAP immune complex method PX: peroxidase Antigen
63
Biotin-Avidin Immunoenzymatic Techniques
Biotinylated primary antibody method Antigen Biotinylated peroxidase method Avidin-biotin-peroxidase complex method
65
Kontrol Kontrol reagen Kontrol prosedur Penggantian reagen
Antibodi primer Reagen lain Kontrol jaringan Kontrol jaringan negatif Kontrol jaringan positif Kontrol jaringan internal
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.