Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehLiani Widjaja Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
Seminar dan Konferensi “Membangun Karakter Bangsa dengan Berwawasan Kebangsaan, UKSW, Salatiga, 27 November 2010 Pendidikan Karakter dan Budaya Akademik di Sekolah Oleh Doni Koesoema A
2
Tren Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter telah menjadi tren dan kata kunci. Setiap orang berkepentingan dengan pendidikan karakter. Semua menjadi latah tentang pendidikan karakter. Wacana/diskusi memperkaya pemahaman Pendidikan Karakter. Namun, juga bisa membuatnya banal.
3
Berbasis Kelas Debat PK umumnya mengarah pada pendekatan berbasis kelas. Perlu mata pelajaran baru atau tidak? Terintegrasi atau tidak? Siapa yang bertanggungjawab?
4
Tiga Basis Pengembangan Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter berbasis Komunitas Pendidikan Karakter berbasis Kultur Sekolah Pendidikan Karakter berbasis Kelas
5
Akademik vs Karakter Ada gejala mempertentangkan antara pengembangan akademik dan karakter. Reduksi pemahaman akademik menjadi urusan intelektual. Capaian nilai-nilai dalam UN.
6
Intelektual Perkembangan kemampuan berpikir, bernalar, dan mempergunakan logika, serta memaksimalkan seluruh potensi otak.
7
Akademik Berbagai macam cara mengembangkan kemampuan intelektual, moral, emosional, dalam kerangka pembelajaran secara tersistematis. Terintegrasi dalam tujuan lembaga pendidikan. Kurikulum, pengajarandan evaluasi. Dinamika kehidupan akademis lembaga pendidikan.
8
Karakter Tidak sama dengan tipe kepribadian, perangai, tipologi, sifat-sifat atau temperamen. Entrepeneurship? Beriman?
9
Karakter Struktur antropologis manusia(konstitutif),
Keterbatasan fisik (ruang dan waktu) Kemampuan transenden. Terarah pada kebaikan (nilai moral, religius, estetika, dll). Dalam konteks struktur antropologis ini Pendidikan Karakter diletakkan.
10
Karakter Manusia, di satu sisi memiliki keterbatasan fisik yang dimilikinya sejak lahir, namun ia senantiasa terbuka pada kemungkinan pengembangan dirinya lebih lanjut menjadi lebih sempurna dan lebih baik, terutama memiliki kemungkinan dan kemampuan untuk membaktikan diri pada nilai adikodrati yang mengatasi keterbatasan fisik.
11
Kultur Sekolah Kultur sekolah merupakan jalinan relasi dan interaksi antar anggota komunitas sekolah yang melahirkan spontanitas, pembiasaan, perayaan dan tradisi yang membentuk habit perilaku yang stabil bagi tiap anggota dalam lingkungan sekolah.
12
Kultur Sekolah ”Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antaranggota kelompok masyarakat sekolah. Interaksi internal kelompok dan antarkelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku di suatu sekolah” (Kemendiknas, 2010: 19-20).
13
Kultur Sekolah Kultur sekolah terbentuk dari interaksi simbolis antar anggota komunitas. Interaksi dan komunikasi membentuk norma sosial (tertulis/tidak tertulis), kultur. Hasilnya selalu positif. Budaya negatif adalah contradictio in terminis Perbaikan kultur bisa dimulai dari perbaikan struktur (peraturan, norma sosial). Struktur mendefinisikan pola perilaku.
14
Terpinggirnya Keutamaan Akademis
Tujuan utama sekolah Mendidik anak menjadi cerdas, pandai dan pintar. Mendidik anak menjadi pribadi yang baik. Mengembangkan potensi anak didik menjadi pembelajar yang baik (good knower) (River, 2004). Mengembangan keutamaan akademis adalah prioritas utama lembaga pendidikan.
15
Distorsi Keutamaan Akademis
Keutamaan akademis mesti dipahami secara positif dan utuh. Ada kecenderungan anti-intelektual dalam memahami karut marut pendidikan kita. Yaitu, sikap nyinyir terhadap hal yang berbau akademis. Akibatnya, salah diagnosis, bahkan sampai menjurus pada praksis pendidikan yang salah tempat. Apa akibatnya?
16
Mencontek
17
Katrol Nilai
18
Plagiarisme “Pengambilan karangan (pendapat, dsb) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat, dsb) sendiri, misal menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri; jiplakan” (Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring).
19
Vandalisme
20
Mengembangkan keutamaan akademis
Mencontek seringkali tak berkait langsung dengan alasan kejujuran. Bukan masalah kelemahan pribadi. Tapi ada struktur dan kultur yang abai terhadap integritas akademik. Mencontek karena takut mendapat nilai jelek, ini berkait dengan sistem evaluasi. Tindakan mengecoh guru. Katrol nilai karena khawatir evaluasi publik.
21
Implementasi Strategis
Persoalan mencontek dan budaya katrol tidak dapat diatasi secara individual, berdasarkan niat baik individu, tapi perlu sebuah desain tata peraturan yang membangun kultur yang mengembangkan integritas akademis. Menumbuhkan sikap kritis adalah sebuah keharusan. Desain kembali sistem evaluasi.
22
Tanya Jawab
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.