Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

BAB II. METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "BAB II. METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH"— Transcript presentasi:

1 BAB II. METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH
file: F/MPP-SAINS-BAB-I-2008 BAB II. METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH Dalam BAB II ini akan dibahas pengertian pengeta-huan dan ilmu (pengetahuan), serta cara memper-olehnya. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketa-hui oleh umat manusia. Pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat bervariasi, tergantung umur, pengalaman, pendidikan, dsb Pengetahuan sangat berguna bagi manusia, yaitu untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Ilmu (pengetahuan) adalah pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah, melalui metode ilmiah Dalam bidang penelitian, metode ilmiah ini disebut metode penelitian ilmiah

2 Setiap cabang, bidang, serta disiplin ilmu, termasuk Ilmu Pendidikan Sains atau Pendidikan Sains, selalu memiliki tiga aspek, yaitu: a. objek atau aspek ontologi; b. cara memperoleh atau aspek epistemologi; c. kegunaan atau aspek aksiologi. Penelitian pendidikan sains adalah aspek epistemologi dari pendidikan sains. Setelah mempelajari Bab II mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan: cara kuno memperoleh pengetahuan; cara modern memperoleh pengetahuan; langkah-langkah penelitian pendidikan sains.

3 A. Cara memperoleh pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dengan cara bermacam-macam, mulai dari cara kuno s.d. cara modern. 1. Cara kuno memperoleh pengetahuan a. Cara coba-coba (trial and error method). Cara ini dilakukan dengan: mencoba cara pemecahan sesuatu masalah, bila cara tersebut gagal, digunakan cara lain, dan bila cara kedua itupun gagal, diganti dengan cara yang lain lagi, dan seterusnya sampai diperoleh cara yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Contoh: pengetahuan tentang cara: peyembuhan penyakit dengan berbagai jamu, mendidik anak. pewarnaan kain dengan kulit kayu tertentu.

4 b. Cara otorita atau kekuasaan.
Otorita tradisi, pemimpin masyarakat dan agama, pemerintah, atau ahli ilmu tertentu digunakan menularkan pengetahuan kepada masyarakat. Masyarakat dengan suka rela menerima pengetahuan yang diberikan pemegang otorita; Contoh: pengetahuan tentang cara: menanam padi dan tumbuhan lainnya, mengawetkan hasil panenan, hidup sehat, bermasyarakat, penyembuhan penyakit.

5 c. Berdasarkan pengalaman pribadi.
Untuk memecahkan masalah yang dihadapi, seseorang menggunakan cara-cara tertentu. bila cara tersebut berhasil, orang cenderung mengguna-kannya untuk memecahkan masalah lain yang serupa. pengalaman terdahulu selalu dicoba untuk memecah-kan masalah yang dihadapi kemudian. bila cara tersebut gagal, orang memperbaikinya atau mencari cara lain untuk memecahkannya. Pepatah mengatakan bahwa pengalaman merupakan guru yang baik. Contoh: pengetahuan tentang cara menanam tanaman, pengetahuan tentang sandang, pangan, dan perumahan

6 d. Melalui deduksi dan induksi
cara-cara melahirkan pemikiran tidak langsung, melalui proposisi, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. pembuatan kesimpulan melalui proposisi dari sesuatu yang umum ke khusus, disebut deduksi. pembuatan kesimpulan melalui proposisi dari sesuatu yang khusus ke umum, disebut induksi. 1) Deduksi Deduksi adalah cara menarik kesimpulan dari hal yang umum ke hal yang khusus. Proses berpikir, dengan anggapan sesuatu yang benar secara umum pada kelas tertentu, juga benar pada semua peristiwa yang terjadi dalam kelas itu.

7 Aristoteles ( SM) mengembangkan syllogisme atau konklusi, yang merupakan cara memperoleh pengetahuan dengan deduksi teratur. Suatu silogisme terdiri atas tiga proposisi atau pernyataan. Proposisi pertama disebut premis mayor, kedua disebut premis minor (keduanya disebut anteseden), dan ketiga disebut konklusi atau kesimpulan, akibat, atau konsekuen Contoh: premis mayor : semua asam rasanya masam; premis minor : cuka dapur adalah asam; konklusi : cuka dapur rasanya masam

8 2) Induksi proses berpikir memperoleh kesimpulan yang berlangsung dari hal khusus ke hal umum. pembuatan kesimpulan bertolak dari pengalaman indera berbentuk objek khusus yang banyak, disimpulkan dalam bentuk konsep yang memung-kinkan seseorang memahami gejala. Contoh: besi menghantarkan listrik; kuningan menghantarkan listrik; tembaga menghantarkan listrik; ………………………………… emas menghantarkan listrik besi, kuningan, tembaga, ……, emas adalah logam. jadi, semua logam menghantarkan listrik.

9 Generalisasi hasil pengamatan berupa KONSEP yang sangat berguna dalam sains.
Pengambilan kesimpulan berlangsung dari hasil pengamatan hal-hal nyata, dikatakan bahwa induksi berlangsung dari hal konkret ke hal abstrak. Proses berpikir induktif ada dua macam, yaitu proses berpikir induktif lengkap dan proses induktif tidak lengkap. Proses berpikir induktif lengkap bila seluruh subjek satu persatu diamati, keseluruh subjek diidentifikasi tingkat generali sasinya, dan atas dasar hal ini ditarik kesimpulan.

10 Contoh: logam litium bersifat aktif; logam natrium bersifat aktif;
logam kalium bersifat aktif; …………………………… logam fransium bersifak aktif. jadi, logam golongan IA dalam tabel periodik bersifat aktif. Pengamatan terhadap seluruh subjek yang diamati merupakan sesuatu yang tidak efisien. Hal ini terjadi bila subjek pengamatan banyak, meskipun hal ini memungkinkan pengambilan suatu kesimpulan induktif yang lebih objektif.

11 dalam proses berpikir induktif pengamatan sering dilakukan terhadap sebagian subjek, yang disebut sampel Sampel mewakili seluruh subjek yang menjadi anggota subjek yang diamati. Induksi semacam ini disebut induksi tidak lengkap. Contoh: Nilai mata pelajaran sains peserta didik: A dari kelas IA bagus D dari kelas IA bagus H dari kelas IA bagus L dari kelas IA bagus P dari kelas IA bagus Jadi nilai sains peserta didik kelas IA bagus. Tidak semua subjek diambil datanya, hanya sampel. Kesimpulan digeneralisasikan untuk seluruh subjek.

12 2. Cara-cara modern memperoleh pengetahuan
Cara ini semula berdasarkan metode berpikir induktif: berdasarkan pengamatan langsung, data yang diperoleh diklasifikasi, dianalisis, dan diambil kesimpulannya. metode berpikir induktif dikembangkan oleh Francis Bacon yang hidup pada tahun 1561 – 1626. Metode berpikir induktif disempurnakan dengan menggabungkannya dengan metode berpikir deduktif. Metode berpikir deduktif – induktif mula-mula dikem-bangkan oleh Newton dan Galileo, yang kemudian dikenal sebagai metode ilmiah (scientific method). Tujuan akhir metode ilmiah ialah menerangkan, memprediksi, dan/atau mengendalikan gejala (fakta atau kejadian). Dibandingkan dengan metode kuno (pengalaman, otoritas, induktif, deduktif) metode ilmiah lebih efisien dan reliabel.

13 Metode Ilmiah dan Metode Penelitian Ilmiah
Metode ilmiah merupakan perpaduan proses berpikir deduktif - induktif untuk memecahkan suatu masalah. Metode penelitian ilmiah pada dasarnya adalah metode ilmiah atau scientific method. Metode penelitian ilmiah merupakan suatu cara memperoleh pengetahuan baru atau untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi manusia. Perbedaan antara metode ilmiah dengan metode penelitian ilmiah ialah cakupannya. Metode ilmiah cakupannya sempit namun dapat digunakan secara umum. Metode penelitian ilmiah cakupannya luas namun khusus digunakan untuk menemukan pengetahuan baru atau memecahkan masalah baru.

14 Langkah-langkah Penelitian Pendidikan Sains
Kegiatan penelitian ilmiah, dalam hal ini penelitian pendidikan sains, adalah cara memperoleh pengetahuan baru atau memecahkan masalah yang dihadapi, yang dilakukan secara ilmiah, sistematis, dan logis. ilmiah artinya berdasar data empiris, sistematis artinya menempuh langkah-langkah tertentu, dan logis artinya berdasar penalaran. Untuk berbagai bidang ilmu langkah-langkah tersebut mempunyai pola yang sama, walaupun dalam pelaksanaannya ada yang dimodifikasi oleh peneliti sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi. Dalam BAB I slide 16 dan 18 diberikan dua model penelitian pendidikan sains Proses berpikir dalam suatu model penelitian terdiri atas proses berpikir deduktif dan proses berpikir induktif. Pada proses berpikir deduktif, pertama-tama perlu ditentukan masalah atau problem (P) yang akan diteliti.

15 Tahap berikutnya melakukan kaji pustaka, baik dari sumber acuan umum maupun dari acuan khusus
Dari sumber acuan umum, yaitu buku teks atau text book (T) dan buku referensi, ensiklopedia, dan sejenisnya atau compendium (C), diperoleh teori-teori dan konsep-konsep dasar, Dari sumber acuan khusus diperoleh penemuan-penemuan atau hasil-hasil penelitian masa lampu. Dari sumber acuan umum dan acuan khusus dapat ditemukan jawaban masalah pada tingkat teoretik, yang disebut hipotesis atau hypothesis (H) Mengumpulkan data empiris dari lapangan, diklasifikasi, dianalisis, diinterpretasikan, dan diambil kesimpulan Apabila kaji pustaka cukup baik kesimpulan empiris akan sama dengan kesimpulan teoretik (hipotesis).

16 Penelitian pendidikan sains dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan 1. Perencanaan Penelitian Dalam Lampiran 2.1. diberikan cara menyusun rancangan atau proposal penelitian pendidikan sains (khusus pendekatan penelitian kuantitatif) Rancangan penelitian pendidikan sains adalah rencana penelitian yang sudah bersifat operasional, Rancangan penelitian pendidikan sains, terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan, kajian pustaka, dan metode penelitian. Bagian pendahuluan, berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bagian landasan teori berisi kajian teori, kajian penelitian yang relevan, kerangka pikir, hipotesis penelitian (bila ada).

17 Metode penelitian berisi jenis atau desain, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data. Rancangan penelitian atau proposal penelitian pendidikan sains wajib disusun secara cermat dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. Dalam rancangan sudah termasuk instrumen penelitian yang akan dipakai untuk mengambil data. Untuk memeroleh rancangan penelitian pendidikan sains yang baik dan siap digunakan, perlu diadakan seminar rancangan penelitian termasuk seminar instrumen penelitian. Bila rancangan penelitian pendidikan sains sudah baik, berarti peneliti sudah limapuluh persen meneliti.

18 2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian pendidikan sains dapat berupa studi lapangan, artinya penelitian dilakukan di sekolah. Dapat berupa studi pustaka yang dilakukan di jurusan, fakultas, universitas, atau di rumah. Kegiatan dalam pelaksanaan penelitian adalah: Pengumpulan data: data dikumpulkan dengan instrumen yang telah dipersiapkan. instrumen yang digunakan harus valid dan reliabel. data yang valid hanya diperoleh dengan instrumen yang valid; angka reliabilitas instrumen harus dinyatakan dalam setiap penelitian. jenis instrumen tergantung metode penelitiannya, apakah metode sejarah, deskriptif, eksperimen, pengembangan, atau tindakan kelas

19 b. Pengolahan atau analisis data.
Data yang sudah terkumpul diklasifikasi, dianalisis, diinterpretasikan, dan diambil kesimpulannya. Jenis data ada dua, yaitu data kualitatif atau tekstual dan data kuantitatif atau numerik. Bila datanya kualitatif atau tekstual, data diolah dengan cara kualitatif pula, yaitu dengan menarik kesimpulan deduktif – induktif. Data kuantitatif atau numerik, artinya berbentuk angka-angka, dapat diolah secara kuantitatif atau secara statistik. Data kuantitatif ada yang bersifat diskrit (nominal), ada yang bersifat kontinum (ordinal, interval, dan ratio). Tergantung jenis data ini, pengolahan data dilakukan dengan cara statistik yang sesuai. 3. Pelaporan penelitian Hasil penelitian wajib ditulis dalam bentuk laporan, bentuk laporan dapat berupa tesis atau disertasi.

20 Untuk tesis, laporan terdiri atas lima bagian yaitu pendahuluan, landasan teori , metode penelitian, hasil penelitian, serta simpulan dan saran. Pedoman Tesis dan Disertasi Pascasarjana UNY sudah mengeluarkan buku pedoman tesis dan disertasi (Pedoman Tesis dan disertasi, edisi 2008); proposal penelitian tesis dan laporan penelitian tesis disusun mendasarkan pedoman yang ada; sistematika proposal tesis dan laporan penelitian tesis sedikit berbeda untuk pendekatan penelitian kualitatif, pengembangan, analisis dokumen, kuantitatif, metode campuran kualitatif dan kuantitatif, dan tindakan kelas. ikuti apa yang terdapat dalam pedoman;

21 Gambar 1.5. Pola Penelitian
& C REVIEW READ EXPLAIN IDENTIFY, CLASSIFY 3. V 1. P 2. H PREDICT OPERATIONALIZE CHOOSE CONSTRUCT REVIEW CONSTRUCT READ F 5. I 4. Dn COMPARE COMMUNICATE DISSEMINATE STORE APPLY DRAW 10. Rep 6. S WRITE ORGANIZE PRESENT COLLECT DISCUSS 9. F 8. Res 7. Da COMPUTE ANALYIZE INTERPRET Gambar 1.5. Pola Penelitian

22 Masalah yang berkaitan dengan peneltian pendidik-an sains saat ini:
Penemuan-penemuan yang kontradiktif atau samar-samar; Data yang diragukan kebenarannya (questionable); Pernyataan yang tidak jelas tentang intensitas penelitian; Kurang lengkapnya pengungkapan prosedur koleksi data; Tidak jelasnya sumbangan masalah penelitian.

23 Pentingnya penelitian pendidikan sains
Ada empat alasan yang dapat dikemukakan, yaitu adanya masalah yang berhubungan dengan: penelitian pendidikan sains saat ini; proses penelitian pendidikan sains; pertimbangan etika dalam penelitian pendidikan sains; keterampilan yang diperlukan dalam penelitian pendidikan sains.

24 a. Masalah yang berhubungan dengan penelitian pendidikan sains saat ini
Penelitian pendidikan sains menyumbangkan pengetahu-an tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan: Adanya kesenjangan dalam pengetahuan; Adanya perkembangan dalam pengetahuan; Menambah suara-suara individual dalam pengetahuan. b. Masalah yang berhubungan dengan proses penelitian pendidikan sains Penelitian pendidikan sains membantu meningkatkan praktik: Guru-guru memperoleh idea-idea baru; Guru-guru memperoleh wawasan baru yang dapat dituangkan ke dalam metode pembelajaran baru; Guru-guru memperoleh wawasan baru yang dapat diberikan kepada peserta didik;

25 c. Masalah yang berhubungan dengan pertimbangan etika dalam penelitian pendidikan sains.
Penelitian pendidikan sains menciptakan data untuk diskusi kebijakan: Penelitian membantu orang mempertimbangkan dengan perspektif berbeda terhadap suatu masalah; Penelitian membantu orang membuat keputusan yang jelas tentang suatu kebijakan. d. Masalah yang berhubungan dengan keterampilan yang diperlukan dalam penelitian pendidikan sains. Penelitian membantu peserta didik membangun keterampilan: Keterampilan organisasi; Keterampilan analisis; Keterampilan menulis; Keterampilan presentasi.


Download ppt "BAB II. METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google