Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Menjadi Tamu Undangan Murase
Siapa yang mengalami zaman pendudukan Jepang dengan segala kesewenangan dan kekejaman Kempetai-nya (Dinas Rahasia) akan dapat mengukur, apa arti dan risiko yang terkandung dalam jawaban Bung Hatta itu. Tetapi puncak ketabahan Bung Hatta dalam menghadapi Pemerintahan Jepang adalah dalam peristiwa di bawah ini: Pada suatu hari Bung Hatta diundang oleh wakil ketua Kempetai bernama Murase untuk minum kopi di rumahnya. Murase memulai pembicaraan tentang perkembangan kapitalisme dan imperialisme. Kemudian ia menanyakan pendapat Bung Hatta tentang hal itu. Berdasarkan pengetahuannya, Bung Hatta mengemukakan pikiran beliau tentang hal itu dan sekaligus beliau katakan pada Murase bahwa beliau menyesal sekali bahwa Jepang tertarik juga pada imperialisme. Sebagai contoh dikemukakannya tindakan Jepang terhadap Tiongkok. Kemudian Murase bertanya lagi: “Apa Bung Hatta sudah pernah menulis karangan anti-Jepang?” Bung Hatta menjawab bahwa beliau belum pernah menulis karangan anti-Jepang, yang pernah ditulisnya adalah menentang imperialisme Jepang. Murase menanyakan, apa beliau dipaksa atau dihasut oleh pemerintah Kolonial Belanda untuk menulis karangan itu. Bung Hatta hanya menjawab “Tidak”, dan mengatakan bahwa karangan itu ditulis atas keyakinannya sendiri, karena beliau berpendapat bahwa Jepang mengikuti saja tindakan imperialisme Barat dan oleh karenanya serupa saja. Yang saya kagumi dalam sikap Bung Hatta selama pendudukan Jepang itu tidak saja ketabahan dan keberaniannya, tetapi lebih daripada itu, cara beliau mengatakan kata-kata yang berani. Kata-kata beliau adalah kata-kata seorang pahlawan, tetapi nada kata-kata itu biasa dan wajar saja. Nada kata-kata pahlawan yang tidak merasa dia pahlawan. Sikap-sikap sebagai diuraikan di atas kiranya adalah hasil paham agama yang ditanamkan oleh Ayah Gaek beliau yang seperti dikatakan sendiri oleh Bung Hatta, melekat dalam hatinya untuk selama-lamanya dan merupakan pangkal kekuatan beliau, dan yang memberikan bentuk kepribadian yang memungkinkan beliau selalu mencerminkan apa yang sekarang kita namakan hati nurani rakyat. Hamid Algadri, Pribadi Manusia Hatta, Seri 8, Yayasan Hatta, Juli 2002
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.