Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

POST CONCUSSION SYNDROME

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "POST CONCUSSION SYNDROME"— Transcript presentasi:

1 POST CONCUSSION SYNDROME
RACHMAYASTI RACHMAT

2 Insiden cedera 480.000 kasus pertahun (200 kasus/100.000 orang),
concussion, fraktur tengkorak, perdarahan intrakranial, laserasi otak, hematoma dan cedera serius lainnya. 75-85% adalah concussion dan sekuele cedera kepala ringan cedera ringan -> gejala yang terus berlanjut -> gangguan produktivitas.

3 riwayat trauma kepala yang disertai dengan hilangnya kesadaran
DEFINISI riwayat trauma kepala yang disertai dengan hilangnya kesadaran onset :maks terjadi setelah 4 minggu + tiga atau lebih dari : nyeri kepala pusing, malaise, fatigue, intoleransi terhadap kebisingan, iritabilitas, depresi, kecemasan, labilitas dalam emosi, gangguan konsentrasi, gangguan memori, insomnia, dan ketakutan akan adanya kerusakan otak.

4 Sindroma postconcussion : kumpulan gejala nyeri kepala,
timbul :24 jam dari cedera, dan sekitar 6% terjadi beberapa hari atau minggu kemudian. gejala utama sindroma postconcussion Sindroma postconcussion : kumpulan gejala nyeri kepala, pusing (dizziness), iritabilitas, mudah lelah, ansietas, gangguan memori, menurutnya konsentrasi dan insomnia, yang merupakan sekuele setelah cedera kepala ringan tertutup.

5 Istilah lain : post traumatic instability, post traumatic headache,
traumatic neurasthenia, traumatic psychasthenia, post traumatic syndrome.

6 when Onset -> bervariasi How long dapat timbul pada hari hari pertama cedera Then ? Menetap -> bulan -> tahun

7 ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Shear strain Regangan akson Gangg. konduksi Hilang fungsi Disfungsi mielin & neurilemma Perdarahan kapiler ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

8

9

10 Gejala Klinis Anamnesa : CKR + sedikit atau tanpa gangguan kesadaran.
Keluhan : tdd nyeri kepala, iritabilitas dan dizziness, biasanya dipresipitasi dengan postur tegak Vertigo tidak lazim didapat, bila ada diduga akibat kerusakan pada telinga bagian dalam, N. VIII atau batang otak.

11 Gejala Klinis Kadang-> reaksi konversi,
anamnesa CKR ±gangguan kesadaran. nyeri kepala, iritabilitas dan dizziness, biasanya dipresipitasi dengan postur tegak Vertigo : jika telinga bag. dalam, N. VIII atau batang otak rusak Kadang-> reaksi konversi, Gejala Klinis Gejala lain : fotofobia dan rentan terhadap suara (jarang

12 Pada kasus psikoneurotik, pemeriksaan neurologik -> normal dan tidak sejalan dengan gejala pengobatan.

13 Terapi blm jelas : krn mekanisme dari sindroma ini belum sepenuhnya diketahui
alkaloid ergot (Ergonovine) : profilaksis. Bila perlu dapat diberikan Phenothiazine. Amitriptilin dan Propranolol -> mengendalikan kecemasan

14 Evoked Response Audiometry
RACHMAYASTI RACHMAT

15 Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA).
Evoked Response Audiometry (ERA) atau Auditory Brainstem Response (ABR)

16 untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi N VIII.
BERA untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi N VIII. Prinsip : menilai perubahan potensial listrik di otak setelah pemberian rangsang sensoris berupa bunyi. mulai telinga dalam S/D inti-inti tertentu di batang otak merekam potensial listrik yang dikeluarkan sel koklea

17 mudah, tidak bersifat invasive dan bersifat objektif.
elektroda permukaan yang diletakkan pada kulit kepala atau dahi prosesus mastoid atau lobules telinga

18 Prinsip pemeriksaan BERA
(gelombang I) (gelombang V) (gelombang IV) (gelombang III) (gelombang II)

19

20 Prinsip pemeriksaan BERA
menilai perubahan potensial listrik di otak setelah pemberian rangsang sensoris berupa bunyi. Rangsang bunyi yang diberikan melalui headphone akan menempuh perjalanan melalui saraf ke VIII di koklea (gelombang I), nucleus koklearis (gelombang II), nucleus olvarius superior (gelombang IV), kolikulus inferior (gelombang V) kemudian menuju ke korteks auditorius di lobus temporal otak gelombang III dari nukleus koklearis

21 Manfaat bayi, anak dengan gangguan sifat dan tingkah laku, intelegensia, rendah, cacat ganda, kesadaran menurun Pada orang dewasa : dapat untuk memeriksa orang yang pura-pura tuli (malingering) atau ada kecurigaan tuli saraf retrokoklea.

22 belakang kedua telinga (prosesus mastoideus)
tiga buah elektroda vertex atau dahi belakang kedua telinga (prosesus mastoideus) lobules auricular preamplifier Cara

23 Pembagian berdasarkan waktu -> mulai saat pemberian rangsang suara sampai menimbulkan reaksi dalam bentuk gelombang Early response timbul kurang dari 10 milidetik, merupakan reaksi dari batang otak, Middle response antara mili detik merupakan reaksi dari thalamus dan korteks auditorius primer, Late Response antara mili detik, merupakan reaksi dan area auditorius primer dan sekitarnya

24 Penilaian BERA : Masa laten absolute gelombang I, III, V Beada masing-masing masa laten absolute (interwave latency I-V, I-III, III-V) Beda masa laten absolute telinga kanan dan kiri (interaural latency) Beda masa laten pada penurunan intensitas bunyi (latensy intensity function) Rasio amplitudo gelombang V/I, yaitu rasio antara nilai puncak gelombang I, yang akan meningkat dengan menurunnya intensitas.

25 THANKYOU

26 PCS Maks 1 thn JK > 1 THN DSB PTSD


Download ppt "POST CONCUSSION SYNDROME"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google