Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia"— Transcript presentasi:

1 Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
SUPRAPTI,M.Pd

2 . Definini Kontekstual Pendekatan Kontekstual Batasan dan Prinsip
Tokoh Konstruktivisme Ciri-ciri Konstruktivisme Perkembangan Konstruktivisme

3 Definisi Kontekstual . Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yaitu: Guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari- hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilannya dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

4 Pendekatan Kontekstual
. Pendekatan konstektual (Contextual/CTL): yaitu konsep belajar guru menghadirkan situasi dunia nyata di dalam kelas dan mendorong siswa untuk mempraktikan pengetahuan yang dimi- likinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjang. Dalam konteks tersebut, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dalam status mereka dan bagaimana mencapainya.

5 Lanjut . Kontekstual merupakan strategi pembelajaran. Kontekstual dikebangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.

6 . Ciri-ciri pembelajaran kontekstual
1)  Pembelajaran bermakna; pemahaman, dan penalaran pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa dalam mempelajari isi materi pelajaran. 2) Penerapan pengetahuan; adalah kemampuan siswa untuk memahami apa yang dipelajari dan diterapkan dalam tataran kehidupan da fungsi dimasa sekarang atau dimasa yang akan datang. 3)  Berfikir tingkat tinggi; siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berfikir kreatif dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan suatu masalah.

7 Lanjut . 4) Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar; isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, provinsi, nasional, perkembangan iptek serta dunia kerja. 5) Responsif terhadap budaya; guru harus memahami dan menghargai nilai, ke- percayaan, dan kebiasaan siswa, teman, pendidik, masyarakat, dan tempat mendidik 6) Penilaian autentik; penggunaan berbagai strategi penalarannya yang akan meref- leksikan hasil belajar sesungguhnya.

8 . Implikasi dalam Pembelajaran
Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peranan guru. Sehubungan dengan itu maka pendekatan pengajaran kontekstual harus menekankan pada hal-hal berikut:

9 . 1) Belajar berbasis masalah (problem based learning)
2) Pengajaran autentik (authentic intruction) 3) Belajar berbasis inquiri (inquiry-based learning) 4) Belajar berbasis proyek/tugas (project based learning) 5) Belajar berbasis kerja (work based learning ) 6) Belajar berbasis jasa-layanan (service learning) 7) Belajar kooperatif (cooperative learning)

10 . Batasan dan Prinsip Kontekstual
Prinsip kontektual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata peserta didik dan mendorong peserts didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual tujuh komponen untuk pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian sebenarnya.

11 . Batasan dan Prinsip Kontekstual
Konstruktivisme (Constructivisme) adalah siswa membangun pengetahuan sendiri pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya. Pembel;ajaran dirancang dalam bentuk siswa bekerja, praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan gagasan, dan sebagainya.

12 Nurhadi (2002:10) . Tujuh komponen penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran, yaitu: (1) Konstruktivisme (2) Menemukan (3) Bertanya (4) Masyarakat belajar (5) Pemodelan (6) Refleksi (7) Penilaian yang sebenarnya

13 . Tokoh Konstruktivisme Lahir pada 1896 di Belarus, Rusia
Vygotsky banyak terlibat dalalm mengkaji perkembangan kognitif di Institute of Psychology di Moscow. Merupakan ahli psikologi Rusia yang terkenal. Meninggal pada 1934.

14 TEORI KONSTRUKTIVISME VYGOTSKY: SOSIAL
. Pandangan Konstruktivisme Sosial 1. Pelajar mempunyai keunikan kerana berbeda latar belakangnya Latar belakang, pengalaman, interaksi dan budaya masyarakat amat mempengaruhi pembelajaran individu Pelajar bertanggungjawab terhadap pembinaan pengetahuan sendiri Pengalaman berjaya dan keyakinan diri mempengaruhi motivasi untuk belajar Guru sebagai fasilitator Pembelajaran berlaku dalam situasi sosial dan aktif Kolaborasi antara guru, pelajar dan bahan pengajaran penting dalam pembelajaran Pembelajaran berasaskan konteks penting dalam memudahkan pelajar. LEV VYGOTSKY ( )

15 1. Konstruktivisme . Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan contekstual (CTL), yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas, dan tidak serta merta. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta- fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

16 Lanjut . Esensi dari teori konstruktivisme: yaitu ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswalah yang menjadi pusat kegiatan, bukan guru.

17 2. Menemukan . Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis contekstual (CTL). Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Kata kunci dari strategi inkuiri adalah siswa menemukan sendiri.

18 3.  Bertanya . Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis contekstual (CTL). Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Untuk siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan per- hatian pada aspek yang belum diketahui.

19 Lanjut . Penerapan bertanya pada aktivitas belajar di kelas, antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati dalam suatu ekspremen. Kegiatan-kegiatan itu akan menumbuhkan dorongan untuk bertanya.

20 4. Masyarakat Belajar . Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antara kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu, semua adalah anggota masyarakat belajar. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.

21 Masyarakat Belajar . Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang memiliki pengetahuan, pengalaman, keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari. Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman.

22 5.  Pemodelan . Dalam pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh. Siswa ‘contoh’ tersebut dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi yang harus dicapainya. Model juga dapat didatangkan dari luar.

23 6.  Refleksi . Refleksi yaitu cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari dan yang sudah dilakukan pada masa yang lalu. Siswa mengedapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima yang bermakna, berproses yang dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian dipelajari sedikit demi sedikit. Guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan baru. Dengan demikian, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna.

24 7.  Penilaian sebenarnya . Assesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru, meng- identifikasikan bahwa siswa mengalami hambatan dalam belajar, maka guru segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari hambatan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka assesmen tidak dilakukan di akhir periode caturwulan atau semester pembelajaran, tetapi dilakukan bersama secara terintegrasi dari kegiatan pembelajaran.

25 Penilaian sebenarnya . Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan men- dorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.

26 . Ciri-ciri Konstruktivisme
1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar. 2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa. 3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai. 4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekankan pada hasil.

27 . Ciri-ciri Konstruktivisme
5. Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan. 6. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar. 7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa. 8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa. 9. Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip teori kognitif.

28 . Ciri-ciri Konstruktivisme
10. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran, seperti: prediksi, inferensi, kreasi, dan analisis. 11. Menekankan pentingnya “bagaimana siswa belajar”. 12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru. 13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.

29 . Ciri-ciri Konstruktivisme
14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata. 15. Menekankan pentingnya konteks dalam belajar. 16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar. 17. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata.

30 . Perkembangan Konstruktivisme
Piaget Ada tiga dalil pokok dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembagan mental. Ruseffendi (1988: 133) mengemukakan; 1. Perkembangan intelektual terjadi tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama. Piaget

31 Lanjut . 2. Tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual dan 3. Gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang sesuatu.

32 . Perkembangan Konstruktivisme
Vigotsky  Konstruktivisme sosial yang dikembangkan adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62).  Dalam penjelasan lain Tanjung (1998: 7) mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar. LEV VYGOTSKY ( )

33 . Latihan Yuk! Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Saksikan: Video Kls 4

34 Daftar Rujukan

35


Download ppt "Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google