Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Kuliah IX: MENULIS BAHASA RADIO

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Kuliah IX: MENULIS BAHASA RADIO"— Transcript presentasi:

1 Kuliah IX: MENULIS BAHASA RADIO
Univ. Esa Unggul, Jakarta, 2 Desember 2015 Dosen: Sopian, S. Sos., M.I.K Kuliah IX: MENULIS BAHASA RADIO

2 MENULIS BAHASA RADIO Menulis untuk radio, dalam beberapa hal berbeda dengan menulis untuk surat kabar atau majalah. Sebagaimana surat kabar dan majalah, radio juga memiliki karakteristik terserdiri yang membedakannya dari media massa yang lain. Namun penulisan berita stuat kabar dan penulisan berita radio, terikat dengan kaidah bahasa jumalistik. Bahasa jutnallstik berlaku umum, sedangkan bahasa junalistik suratkabar atau bahasa jurnalistik radio berlaku khusus. Menulis untuk radio adalah menulis untuk telinga. Tulislah kalimat-kalimat yang dapat didengar secara baik oleh telinga. Gunakanlah kalimat dengan ragam lisan. Artinya, apa yang diucapkan harus bahasa lisan yang ditulis. Seorang penulis berita radio, redaktur radio, hendaknya sadar bahwa mata dapat menangkap satu kalimat utuh seketika, namun telinga hanya dapat menyimak kata demi kata yang terangkum dalam satu kalimat.

3 KARAKTERISTIK RADIO SIARAN
Untuk radio siaran terdapat gaya tersendiri, yakni disebut gaya radio (radio style). Gaya radio timbul karena dua hal: sifat radio siaran, dan sifat pendengar radio (Effendy, 1978 : 84-85). 1. Sifat Radio Siaran Auditif. Pesa hanya bisa didengar sehingga bersifat sepintas. Mengandung gangguan. Gangguan bisa merupakan faktor semantik dan gangguan mekanis atau gangguan saluran (noise channel). Akrab. Radio siaran sifatnya akrab, intim. Seorang penyiar radio seolah-olah menyajikan informasi untuk anda dan disampaikan secara pribadi. 2. Sifat Pendengar Radio Heterogen. Pendengar adalah massa, sejumlah orang yang sifatnya heterogen: berbeda jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan taraf kebudayaan, pria dan wanita, tua dan muda juga anak-anak. Pendengar juga berbeda dalam pengalaman dan keinginan, tabiat dan kebiasaan, yang kesemuanya itu menjadi dasar pula bagi gaya bahasa radio sebagai penyalur pesan kepada pendengar.

4 Pribadi. Sesuatu uraian disampaikan kepada pendengar yang berada di rumahnya secara pribadi. Pembicara radio seolah-olah bertamu dan memberikan uraian kepada seseorang dalam suatu rumah tangga. Dalam situasi seperti itu tidak mungkin si pembicara dalam memberikan uraiannya berbicara dengan semangat dan berapi-api seperti pidato kepada massa yang berkumpul di lapangan. Ia harus berbicara seperti bicaranya seorang teman yang datang bertamu. Aktif. Pendengar radio bukan orang yang pasif seperti diduga sebelumnya. Mereka aktif sehingga dapat berpikir mengenai benar-tidaknya, penting-tidaknya, informasi yang diterimanya. Selektif. Pendengar dapat memilih program siaran yang disukainya.

5 BAHASA JURNALISTIK RADIO
Mengacu pada sifat-sifat radio siaran yang auditif, mengandung gangguan, dan akrab, maka penulisan bahasa radio siaran (radio writing) harus memenuhi lima syarat: kata-kata yang sederhana, angka-angka yang dibulatkan, kalimat-kalimat yang ringkas, susunan kalimat yang rapi, susunan kalimat yang bergaya percakapan. Berdasarkan sifat pendengar radio yang heterogen, pribadi, aktif, dan selektif, maka penulisan bahasa radio siaran harus terdiri atas: kata-kata yang umum dan lazim dipakai, kata-kata yang tidak melanggar kesopanan, kata-kata yang mengesankan, pengulangan kata-kata yang penting, susunan kalimat yang logis (Effendy, 1983:81)

6 Dari kesepuluh ciri bahasa jurnalistik radio di atas dapat dijelaskan:
Kata-kata sederhana. Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak umum yang sangat heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik demografis, geografis, dan yang lainnya. Angka-angka dibulatkan. Penyajian angka yang sangat perinci seperti dalam bahasa laporan perbankan atau sensus penduduk, hanya akan menyiksa sekaligus mengundang protes keras khalayak pendengar. Gunakanlah pembulatan agar mudah disebutkan sekaligus mudah untuk diingat. Contoh: ,25 rupiah sukar dibaca dan didengar. Angka itu harus dibulatkan dan disingkat menjadi 751 juta rupiah. Kalimat-kalimat ringkas. Kalimat ringkas penting karena dibatasi waktu dan daya tangkap telinga sangat terbatas.

7 Susunan kalimat rapi. Rapi berarti sistematis, runtut, beraturan, tidak meloncat-loncat. Rapi juga berarti tertib, menggunakan kata-kata yang tepat, kata-kata yang terpilih, kata-kata yang mampu menyentuh hati khalayak pendengar. Susunan kalimat bergaya percakapan. Hindari penggunaan kalimat yang kaku, formal. Sesuai dengan sifatnya, bahasa radio harus akrab, tidak mengesankan jarak pskologis antara penyiar dan pendengar. Jadi, bayangkanlah percakapan dua orang yang sedang duduk berhadapan di kafe, atau duduk bersebelahan. Kata umum dan lazim dipakai. Gunakan kata yang biasa digunakan secara umum dan mudah dipahami. Kata tidak melanggar kesopanan. Dalam etika berbahasa jurnalistik, radio tidak boleh menyiarkan kata-kata yang tidak sopan, kata-kata vulgar, kata-kata berisi sumpah serapah, kata-kata hujatan dan makian yang sangat jauh dari norma sosial budaya agama, atau dengan sengaja menggunakan pilihan kata pornografi dan selera rendah lainnya

8 Kata-kata yang mengesankan
Kata-kata yang mengesankan. Kata-kata yang enak didengar, meresap di hati, gampang diingat, kata-kata yang membangkitkan motivasi, kata-kata yang membangunkan inspirasi, sangat dianjurkan untuk terus diperdengarkan. Pengulangan kata-kata penting. Karena sifatnya selintas, maka bahasa radio diperbolehkan melakukan pengulangan terhadap kata-keta penting. Susunan kalimat logis. Apa pun pesan informasi yang ditulis dan disiarkan untuk khalayak pendengar haruslah sesuai dengan pertimbangan akal sehat.

9 ASAS PENULISAN BERITA RADIO
Lima asas dalam menulis naskah radio: 1) diucapkan (it's spoken), 2) sekarang dan bersifat langsung (it's immediate), 3) antarorang (it's person to person), 4) terdengar hanya satu kali (it's heard only once), dan 5) hanya merupakan bunyi (it’s sound) (Oramahi, 2OO3: : Diucapkan (it's spoken). Berita radio adalah sesuatu yang diucapkan untuk didengar. Naskah berita yang belum disiarkan belum dikatakan berita radio. Menjadi berita radio apabila sudah diucapkan atau dibaca penyiar untuk disiarkan kepada pendengar. Contoh bukan berita radio: Pelaksanaan program pelestarian lingkungan, yang akan diluncurkan pada semester pertama tahun ini, akan memberi penekanan pada penyelesaian masalah-masalah pencemaran, perpindahan penduduk dari desa ke kota, rusaknya sumber daya alam, dan perubahan ekologi. Contoh berita radio: Pemerintah menetapkan akan menangani secara sungguh-sungguh masalah pencemaran. Proyek tersebut akan dimulai pada semester pertama tahun ini. Prioritas akan ditujukan pada masalah pencemaran, perpindahan penduduk dari desa ke kota, dan semakin menipisnya sumber daya alam.

10 2) Langsung (it's immediate)
2) Langsung (it's immediate). Radio adalah media sekarang, bukan media kemarin atau media esok. Sesuatu yang disiarkan melalui radio harus sampai di telinga pendengar dan memberi kesan bahwa hal itu terjadi sekarang. 3) Antarorang (it's person to person). Radio adalah media aku dan kau(person to person). Kendati pendengar radio tak terbatas, komunikasi yang dibangun adalah oleh penyiar dengan hanya satu orang pendengar. Kecuali dalam phone in program, ketika terjadi hubungan interaktif antara penyiar dan pendengar. 4) Terdengar hanya sekali (it's heard only once). Sifatnya yang sepintas membuat pesan tidak bisa diulang. Berbeda dengan surat kabar yang pesannya bisa dibaca berkali-kali. Clarity atau kejelasan merupakan hal utama. 5) Hanya bunyi (it's sound only). Pentas imajinasi pendengar dapat dengan mudah dirangsang bunyi dan suara.

11 KIAT MENULIS UNTUK RADIO
Kingson, Cowgill, dan Levy dalam Broadcasting, Television and Radio (1955), mengemukakan kiat sukses menulis untuk naskah siaran berita/naskah radio, antara lain: 1) kejelasaan (clarity), 2) kelincahan (vividness). Kejelasan (Clarity). Pesan yang hendak disiarkan melalui radio harus memenuhi unsur kejelasan; sumbernya, perincian peristiwanya, akurasinya, susunan kalimatnya dan pilihan katanya. Sumbernya, menunjuk kepada narasumber. Perincian peristiwa berkaitan dengan penyampaian kronologi peristiwa yang disiarkan sehingga terdengar logis dan sistematis. Akurasinya menyangkut aspek data dan detail informasi yang disiarkan. Susunan kalimat dan pilihan katanya menunjuk kepada pola penyajian pesan dalam bahasa jurnalistik radio yang khas, ringkas, akrab, personal, dan benar-benar enak didengar. 2) Kelincahan (Vividness). Kata-kata yang disampaikan harus terdengar lancar dengan penggunaan kalimat yang pendek, mengolah kata, dan fasih dalam mengucapkannya,

12 Sedangkan hal lain yang juga harus diperhatikan:
3) Bahasa tutur (spoken language). Gunakan bahasa percakapan, informal, atau kata-kata dan kalimat yang biasa dikemukakan dalam kalimat percakapan sehari-hari. 3) KISS (Keep it short and simple). Gunakan kalimat yang ringkas dan sederhana agar lebih jelas dan mudah dimengerti/dipahami. 4) Global. Hindari sebisa mungkin detail yang tidak perlu, sederhanakan fakta. Pendengar hanya perlu inti berita dan waktu penyiar pun terbatas. Misalnya informasi tentang sebuah sidang pengadilan, tidak perlu mengungkap secara detail pasal-pasal dan ayat KUHP yang dinilai telah dilanggar terdakwa, tetapi cukup dengan mengemukakan dinilai melakukan tindak pidana pencurian. 5) lmaiinatif. Naskah harus mampu mengembangkan imaninasi pendengar hanya dengan kekuatan kata-kata, suara, dan dukungan musik. Ingat, radio adalah the theatre of mind. Hadirkan gambaran bau, atmosfer, suasana dengan kekuatan imajinasi kata-kata.

13 6) Bercerita. Gunakan kalimat tidak langsung atau hindari penggunaan kalimat langsung. Naskah harus bercerita, yakni menceritakan orang bercerita apa, di mana, bagaimana, mengapa. Contoh: "Saya siap menjadi presiden," katanya - diubah menjadi: “Dia menyatakan siap menjadi presiden.” “Saya tidak mau berkomentar, takut orang salah persepsi," tegasnya  kalimat diubah menjadi: “Ia tidak mau berkomentar karena takut menimbulkan salah persepsi”.


Download ppt "Kuliah IX: MENULIS BAHASA RADIO"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google