Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

ANGGARAN BAHAN BAKU Pertemuan ke 4.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "ANGGARAN BAHAN BAKU Pertemuan ke 4."— Transcript presentasi:

1 ANGGARAN BAHAN BAKU Pertemuan ke 4

2 Pendahuluan Pada umumnya perusahaan menggunakan cara tradisional dalam mengelola persediaan. Yaitu dengan cara memiliki persediaan minimal untuk mendukung kelancaran proses produksi.

3 Disamping itu perusahaan juga memperhitungkan biaya persediaan yang paling ekonomis yang dikenal dengan istilah Ekonomi Order Quantity (EOQ)

4 Perusahaan manufaktur pada umumnya memperhitungkan tiga macam persediaan, yaitu :
Persedian bahan baku Persediaan barang dalam proses Persediaan barang jadi

5 Tingkat perputaran (trun over) ketiga jenis persediaan tersebut adalah sebagai berikut :
Perputaran bahan baku (Raw material turnover) yaitu bahan baku yang digunakan dibagi rata-rata persediaan bahan baku. Perputaran barang dalam proses (Work in process turnover) yaitu harga pokok produksi dibagi dengan rata-rata persediaan barang dalam proses ) Perputaran barang jadi (Finished goods turnover) yaitu harga pokok penjualan dibagi rata-rata persediaan barang jadi atau hasil penjualan dibagi rata-rata persediaan barang jadi

6 Dalam perusahaan dagang juga harus dihitung perputaran barang dagangan yaitu dengan model :
Harga pokok penjualan dibagi rata-rata persediaan barang dagangan Atau 2. Penjualan bersih dibagi rata-rata persediaan barang dagangan.

7 Besar kecilnya nilai persediaan bahan baku dipengaruhi oleh :
Estimasi dan perencanaan volume penjualan. Estimasi dan perencanaan volume produksi. Estimasi dan kebutuhan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi Biaya order pembelian. Biaya penyimpanan Harga bahan baku.

8 Dalam pengelolaan bahan baku dibutuhan dua unsur biaya variabel utama yaitu :
Biaya pesanan (procurement cost atau set up cost). Biaya penyimpanan (storage cost atau carrying cost) Yang termasuk biaya pesanan antara lain adalah : Biaya proses pemesanan bahan baku, Biaya pengiriman pesanan. Biaya penerimaan bahan baku yang dipesan. Biaya untuk memproses pembayaran bahan baku yang dibeli.

9 Yang termasuk biaya penyimpanan (penggudangan) adalah :
Biaya untuk mengolah bahan baku (biaya penimbangan dan menghitung). Biaya sewa gudang. Biaya pemeliharaan dan penyelamatan bahan baku. Biaya asuransi. Biaya pajak. Biaya modal.

10 Manajemen harus menghitung biaya yang paling ekonomis pada setiap jumlah barang yang dibeli (pesan) Tenik perhitungan ini lazim disebut Ekonomic Order Quantity (EOQ) Dimana : R : Requirement of raw material (jumlah bahan baku yang dibutuhkan) S : Set up cost (Biaya pesanan setiap kali pemesanan) P : Price (harga bahan baku persatuan ) I : Inventory (biaya penyimpanan persediaan yang umum- nya dinyatakan dalam persentase dari nilai rata-rata persediaan bisa juga dinyatakan dalam nilai uang (Rp)

11 Contoh : Seorang manajer ingin menghitung biaya yang paling ekonomis jika diketahui jumlah bahan baku yang dibutuhkan selama satu periode adalah unit dan biaya pemesanan untuk setiap kali pesan adalah Rp 15 dan harga bahan baku per unit Rp 1 dan biaya penyimpanan 40 % Dengan demikian diketahui angka 300 unit setiap pesanan, berarti dalam satu tahun dilakukan 4 kali pesanan

12 Perhitungan biaya persediaan yang paling ekonomis Keterangan :
Perhitungan biaya persediaan yang paling ekonomis Keterangan : *Rp 200 = ( 400 x Rp 1 )/2 **Rp 45 = 3 kali Rp 15 persekali pesan ***Rp 80 = 40 % x 200 nilai persediaan rata-rata Frekwensi Pemesanan 3 x 4 x 6 x Jumlah bahan baku yang 400 unit 300 unit 200 unit Nilai persediaan rata-rata *Rp 200 Rp 150 Rp 100 Biaya pesanan **Rp 45 Rp 60 Rp 90 Biaya penyimpanan ***Rp80 Rp 40 Jumlah biaya persediaan Rp 125 Rp 120 Rp 130

13 Jika biaya penyimpanan dinyatakan dalam rupiah per unit ( misalnya Rp
Jika biaya penyimpanan dinyatakan dalam rupiah per unit ( misalnya Rp. 0,1) maka EOQ dapat dihitung

14 Dalam pengelolaan persediaan bahan baku perusahaan harus mempunyai persediaan besi (safety stock) yaitu suatu jumlah persediaan bahan baku yang harus selalu ada didalam gudang untuk menjaga kemungkinan terlambatnya bahan baku dipesan. Disamping itu perusahaan juga harus memperhitungkan penggunaan bahan baku selama waktu menunggu datangnya bahan baku (lead time). Saling hubungan safety stock dengan lead time dapat dihitung titik pemesanan kembali (re- order point)

15 Contoh : Lead time 6 minggu dan kebutuhan bahan baku tiap minggu 50 unit dan safety stock ditentukan 40 % dari kebutuhan selama lead time, re-order point adalah sebagai berikut : Re-order point(ROP) = (6x50)+40%(6x50)=420 unit Safety stock juga dapat ditentukan berdasarkan kebutuhan bahan baku dalam beberapa minggu misalnya dalam 5 minggu, maka : Re-order Point(ROP) = (6x50)+(5x50)=550 unit

16 Yang berhak menentukan besarnya safety stock dan lead time adalah Manajer pabrik berdasarkan pengalaman dari waktu-ke waktu dan pengetrapan teori dalam praktek produksi. Pada hakikatnya praktek produksi menentukan teori produksi. Oleh sebap itu walau jenis produksi sama, prakteknya belum tentu sama, dan teori untuk memecahkan masalah juga tidak sama

17 Persediaan model jit (just in time)
Dalam kegiatan industri manufaktur, pengelolaan persediaan dapat dilakukan dengan dua model : Just in time (JIT) atau Tepat Pada Waktunya (TPW). Model tradisional

18 Model JIT adalah model yang menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis sejati ; mereka didik dibina, dan diperlakukan sebagai bagian dari perusahaan yang memasok bahan bakunya. Model tradisional adalah model yang menempatkan pemasoknya sebagai mitra bisnis sementara karena perhitungan untung rugi diterapkan pada mereka, sehingga perusahaan yang menggunakan model ini akan mengalami gonta ganti pemasok dalam hal ini dapat menggangu proses produksi

19 Pengertian JIT adalah persediaan dengan nilai nol atau mendekati nol, artinya perusahaan tidak menanggung biaya persediaan. Bahan baku akan tepat datang pada saat yang dibutuhkan dan model ini tentunya pemasok adalah pemasok yang setia dan profesional. Dengan model ini terjadi efisiensi biaya persediaan bahan baku.

20 JIT atau TPW adalah bertujuan mengubah budaya perusahaan Peningkatan kualitas diseluruh perusahaan (Company wide quality improvement = CQI), yaitu usaha organisasi terbaik dari atas kebawah. Setiap orang adalah pakar bagi perkerjaannya sendiri dengan berfikir kolektif dan kreatif

21 Berfikir kolektif artinya mengumpulkan informasi dari bawah kemudian mengolahnya secara ilmiah, hasilnya dijadian informasi relevan untuk mengambil keputusan Berfikir kreatif artinya informasi masa depan sebagai peluang dan risiko yang diolah secara ilmiah hasilnya berbagai alternatif informasi untuk pengambilan keputusan.

22 Perancangan bisnis harus dimulai dari rancangan produk sampai ke purna jual. Oleh sebab itu perancangan harus mengetahui dan memahami : Spesifikasi pelanggan. Spesifikasi penjualan. Spesifikasi proses produksi

23 Jika produk gagal, maka tim perancangan harus meninjau ulang proses perancangan dan harus menemukan penyebab kegagalan antara lain : Apakah materialnya yang salah. Metode kerja yang salah. Tenaga kerjanya yang salah Alat kerjanya yang salah Pelanggannya yang salah Pelayanan purna jual yang salah. Cara menjualnya yang salah Cara distribusi yang salah Cara promosi yang salah Kebijakan harga yang salah

24 Perbedaan sistem Just in time dengan sistem safety stock
Sistem (JIT) Sistem Safety Stock (Barat) Mengutamakan proses produiksi Melalui pengendalian terpadu Mengutamakan hasil akhir (output) Melalui pemeriksaan (inspeksi) Mengutamakan kerja tim Mengutamakan kerja individu Kontrak jangka panjang dengan pemasok, dan diperlakukan sebagai mitra bisnis sejati yang loyal (kerjasama) Kontrak jangka pendek dengan pemasok, dan diperlakukan sebagai pesaing Berusaha terus menerus menghilangkan penyimpangan Toleransi terhadap penyimpangan Kepusaan pelanggan melalui pelayanan purna jual Kepuasan pelanggan melalui harga dan kualitas produk

25 Anggaran bahan baku versus aktual
Anggaran bahan baku dibandingkan dengan aktual bahan baku baik dalam pembeliannya maupun dalam penggunaannya. Hasil perbandingan itu akan menghasilkan berbagai varian antara lain : Varian pembelian bahan. Varian kuantitas bahan. Varian bauran bahan. Vaarian hasil bahan.

26 Contoh Sebuah perusahaan pembuat semen memiliki data bahan baku sebagai berikut ; pabrik memiliki biaya standar untuk satuan per 100 ton produk jadi yaitu bahan baku A 55 ton, B 44 ton dan C 11 ton, Harga standar bahan baku per ton A Rp 43,B Rp. 35, C Rp.25. Pembelian bahan baku A Rp 44, B , dan C 500 Rp 24, sedangkan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah A ton B ton, dan C 440 ton; penyimpanan bahan baku dicatat padasaat pembelian bahan baku. Kenyataannya yang terjadi saat ini di pabrik dalam (periode akuntansi satu tahun) adalah bahwa output rill yang dihasilkan adalah ton seman jadi siap dijual dipasar.Diminta menghitung varian bahan baku.

27 Kuantitas standar (unit)
Kalkulasi Biaya Standar Material (Jenis) Kuantitas standar (unit) Harga standar (Rp) Total biaya (Rp) Biaya Per unit (Ro) A 55 43 2.365 B 44 35 1.540 C 11 25 275 Jumlah 110 4.180 Biaya per unit total berdasarkan input 110 unit (4.180/110) 38,00 Biaya per unit total berdasarkan output 100 unit (4.180/100) 41,80

28 Perhitungan penyimpangan harga bahan baku
Material Janis Beli Unit Harga Standar (Rp) Harga Aktual (Rp) Varian Harga (Rp) Total Varian A B C 2.000 1.200 500 43 35 25 44 37 24 1 2 +1 -2.000 -2.400 +500 Jumlah penyimpangan harga pembelian bahan baku Keterangan : (-) artinya tidak menguntungankan (unfavorable) (+) artinya menguntungkn (favorable) - 3,900

29 Berdasarkan Standar Output
Perhitungan penyimpanan bauran bahan baku (Material Mix Variance) Perhitungan penyimpangan hasil bauran bahan baku (Material Yiel Variance) Berdasarkan output = (3.410/110)x 100 = unit Aktual output = unit Penyimpangan (menguntungkan) = unit Nilai penyimpangan = 134 x Rp 41,80 = Rp ,20 (+) menguntungkan Material (Jenis) Digunakan Quantitas Standar Quantitas Berdasarkan Standar Output Varian Quantitas Harga Standar Total Varian (Rp) A B C 1.870 1.100 440 55/110 x = 1.705 44/110 x = 1.364 11/110 x = 165 +264 -99 43 35 25 -7.095 +9.240 -2.475 Jumlah 3.410 Jumlah varian bauran bahan baku -330

30 Digunakan berdasarkan
Perhitungan penyimpangan kuantitas bahan baku (MATERIAL QUANTITY VARIANCE) Aktual output sebesar unit seharusnya menggunakan bahan baku sebayak ,4 unit. Standar kuantitas bahan baku untuk A=55/110x =1778,70unit; B=44/110x3,557,4=1422,96; C=11/110x3,557,4=355,74 . Perhitunggan Penyimpangan Bahan Baku Material Yield Varian + Material Mix Variance +5601,20+(-330)=Rp ,20 (menguntungkan atau favorable) Catatan : (-) tidak menguntungkan (+) menguntungkan Material (jenis) Digunakan quantitas Standar Quantitas Digunakan berdasarkan Aktual Output Varian Quantitas Total (Rp) A 1.870 55/110x3.557,4=1.778,70 -91,30 -9.325,9 B 1.100 44/110x3.557,4=1.422,98 +322,96 ,6 C 440 11/110x3.557,4= 355,74 -84,26 -2.106,5 Jumlah 3.410 3.557,40 +5.271,2

31 Perhitungan Penyimpangan Bahan Baku
Catatan : (-) tidak menguntungkan (+) menguntungkan Keterangan (Rp) Penyimpangan harga pembelian bahan baku (tm) Penyimpangan hasil bahan baku (m) Penyimpangan bauran bahan baku (tm) 3.900,00 5.271,20 330,00 Jumlah penyimpanan bahan baku (m) 1.041,20

32 SEKIAN & TERIMAKASIH Selanjutnya Anggaran Tenaga Kerja


Download ppt "ANGGARAN BAHAN BAKU Pertemuan ke 4."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google