Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PERKENALAN Nama : Moh. Nur Ihsan, Tempat/Tgl lahir: Nganjuk, 12 Juni 1953 Pekerjaan : Dosen UB Malang Pangkat/Gol : Guru.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PERKENALAN Nama : Moh. Nur Ihsan, Tempat/Tgl lahir: Nganjuk, 12 Juni 1953 Pekerjaan : Dosen UB Malang Pangkat/Gol : Guru."— Transcript presentasi:

1 PERKENALAN Nama : Moh. Nur Ihsan, Tempat/Tgl lahir: Nganjuk, 12 Juni 1953 Pekerjaan : Dosen UB Malang Pangkat/Gol : Guru Besar Keahlian : Ilmu dan Teknologi Reproduksi Alamat : Jl. Saturnus 5 Malang Telp. Hp : , Alamat Kantor : Departemen Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang

2 TUGAS POKOK INSEMINATOR
Menerima laporan dari pemilik ternak mengenai sapi berahi dan memenuhi panggilan tersebut dengan baik dan tepat waktu Menangani alat dan bahan Inseminasi buatan sebaik-baiknya Melakukan identifikasi akseptor Inseminasi Buatan (IB) dan mengisi kartu peserta Inseminasi Buatan (IB) Melaksanakan Inseminasi pada ternak Membuat laporan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) dan menyampaikan kepada pimpinan SPT IB

3 Pro estrus : 3 hari Estrus : 12-24 jam Metestrus : 3-5 hari
SIKLUS BERAHI Pro estrus : 3 hari Estrus : jam Metestrus : 3-5 hari Diestrus : hari

4 TANDA - TANDA BERAHI PADA SAPI
Ternak gelisah Sering berteriak Suka menaiki dan dinaiki sesamanya

5 TANDA - TANDA BERAHI PADA SAPI
Vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (4 A dalam bahasa Jawa: arep, abang, abuh, anget). Dari vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna Nafsu makan berkurang

6 Vulva bengkak Vulva merah

7 WAKTU MELAKUKAN IB Pertama kali terlihat tanda-tanda berahi
 Harus diinseminasi pada Terlambat  Pagi Hari yang sama Hari berikutnya Sore Hari berikutnya (pagi dan paling lambat siang hari) Sesudah jam 15:00 besoknya

8 Waktu IB

9 PENYEBAB RENDAHNYA KEBUNTINGAN
Fertilitas dan kualitas spermatozoa beku yang jelek / rendah Inseminator kurang / tidak terampil Petani / peternak tidak / kurang terampil mendeteksi berahi Pelaporan yang terlambat dan / atau pelayanan Inseminator yang lamban

10 REPEAT BREEDING adalah sapi betina yang mempunyai siklus dan periode berahi yang normal yang sudah dikawinkan 2 kali atau lebih dengan pejantan fertil atau diinseminasi dengan semen pejantan fertil tetapi tetap belum bunting

11 Peternak dan Operator IB Kualitas Semen Hewan Betina
FAKTOR PENYEBAB Peternak dan Operator IB Kualitas Semen Hewan Betina

12 FAKTOR Peternak dan Operator IB
Kemampuan dari peternak dalam hal deteksi estrus Deteksi estrus yang tepat dapat membantu operator IB dalam menentukan waktu yang tepat Operator harus berpengalaman dalam penanganan semen Penempatan semen kedalam saluran reproduksi sapi betina yang tepat

13 Kualitas Semen Konsentrasi 25 juta PTM 40% Spermatozoa tidak mengalami abnormalitas Semen perlu dievaluasi secara periodik selam 6 bulan Semen baik kualitasnya akan meningkatkan keberhasilan IB

14 FAKTOR HEWAN BETINA Repeat Kegagalan pembuahan Kematian embrio dini
breeding Kegagalan pembuahan Kelainan Anatomi Saluran Reproduksi Kelainan Ovulasi Sel Telur Yang Abnormal Sperma Yang Abnormal Kesalahan Pengelolaan Reproduksi Gangguan hormonal Kematian embrio dini Faktor Genetik Faktor Laktasi Faktor Infeksi Faktor Kekebalan Faktor Lingkungan Faktor Ketidakseimbangan Hormon Faktor Pakan Umur Induk Jumlah Embrio atau Fetus Dalam Uterus

15 Kelainan Anatomi Saluran Reproduksi
Tersumbatnya tuba falopii Adanya adhesi antara ovarium dengan bursa ovarium Lingkungan dalam uterus yang kurang baik Fungsi yang menurun dari saluran reproduksi

16 Tuba falopii yang buntu dapat berbentuk
Adhesio dinding tuba Adhesio antara ovarium dengan bursa ovarii Salpingitis baik akut maupun kronis Hidrosalping Kista pada saluran tuba Hipoplasia tuba falopii yang bersifat genetik Populasi m.o yang terlalu banyak di dalam uterus, serviks atau vagina

17 Kelainan Ovulasi Kelainan ovulasi dapat menyebabkan kegagalan pembuahan sehingga akan menghasilkan sel telur yang belum cukup dewasa sehingga tidak mampu dibuahi : Adanya gangguan hormon Ovulasi yang tertunda (delayed ovulation) Ovulasi ganda adalah ovulasi dengan dua atau lebih sel telur

18 Sel Telur Yang Abnormal
Beberapa tipe morfologi dan abnormalitas fungsi telah teramati dalam sel telur yang tidak subur seperti: sel telur raksasa, sel telur berbentuk lonjong (oval), sel telur berbentuk seperti kacang dan zona pellucida yang ruptur

19 Sel Telur Yang Abnormal
Beberapa bentuk abnormal dari sel telur : Degenerasi sel telur Zona pelusida yang sobek atau robek Sel telur yang muda Sel telur yang bentuknya gepeng, oval (lonjong) Mini egg cell dan giant egg cell

20 Sel Telur Yang Abnormal
Adanya abnormalitas pada sel telur akan menyebabkan kegagalan pada proses fertilisasi sehingga sapi yang telah di IB tidak bunting

21 Sperma Yang Abnormal Sperma abnormal menyebabkan kehilangan kemampuan untuk membuahi sel telur di dalam tuba falopii Kasus kegagalan pembuahan karena sperma abnormal mencapai 24-39% pada sapi induk yang kawin berulang Pada sapi dara yang menderita kawin berulang 12-13%.

22 Kesalahan Pengelolaan Reproduksi
Kurang telitinya dalam deteksi berahi Kualitas sperma yang tidak baik dan teknik inseminasi yang tidak tepat Sapi betina mengalami metritis, endometritis, cervitis dan vaginitis Manajemen pakan dan sanitasi kandang yang tidak baik Kesalahan dalam memperlakukan sperma Pemelihara atau pemilik ternak kurang paham dalam bidang kesehatan reproduksi

23 Gangguan hormonal Kadar estrogen yang rendah: silent heat (berahi tenang) dan subestrus (berahi pendek) disebabkan oleh rendahnya kadar hormon estrogen Kadar hormon gonadotropin yang rendah: kasus delayed ovulasi (ovulasi tertunda), anovulasi (kegagalan ovulasi) dan sista folikuler disebabkan oleh rendahnyanya kadar hormon gonadotropin (FSH dan LH).

24 Kematian Embrio Dini Faktor Genetik: inbreeding
Faktor Laktasi: kurang efektifnya mekanisme pertahanan dari uterus, stres selama laktasi dan regenerasi endometrium yang belum sempurna Faktor Infeksi: penyakit kelamin dapat diikuti dengan kematian embrio dini atau abortus Faktor Kekebalan: mekanisme imunosupresi tidak berjalan dengan baik, maka antibodi yang terbentuk akan mengganggu perkembangan embrio

25 Kematian Embrio Dini Faktor Lingkungan: Kematian embrio dini meningkat pada hewan induk dimana suhu tubuhnya meningkat Faktor Ketidakseimbangan Hormon: Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan terjadinya kematian embrio dini Faktor Pakan: Kekurangan pakan mempunyai pengaruh terhadap proses ovulasi, pembuahan dan perkembangan embrio dalam uterus

26 Kematian Embrio Dini Umur Induk: Kematian embrio dini banyak terjadi pada hewan yang telah berumur tua Jumlah Embrio atau Fetus Dalam Uterus: Karena placenta berkembang dimana berisi beberapa embrio didalam ruang uterus maka suplai darah vaskuler akan menurun sehingga dapat menyebabkan kematian embrio

27 Palpasi servik dan vagina,
DIAGNOSA Pemeriksaan klinis pada alat kelamin betina (pemeriksaan eksplorasi rektal, dengan alat endoskop, Palpasi servik dan vagina, Pemeriksaan pada biopsi cairan uterus dan vagina, Pemeriksaan hormon, Pemeriksaan sitologi dan laparotomi

28 Metritis Pencegahan Kebersihan kandang Kebersihan IB dan masa lahir

29 PYOMETRA Klik untuk menuju slide berikutnya 29

30 Sistik ovari

31 Retensio secundinarum

32 TERAPI Adanya kuman pada saluran alat kelamin maka dilakukan pengobatan dengan memberikan larutan antibiotika yang sesuai Diistirahatkan sampai sembuh Dilakukan perkawinan dengan inseminasi buatan


Download ppt "PERKENALAN Nama : Moh. Nur Ihsan, Tempat/Tgl lahir: Nganjuk, 12 Juni 1953 Pekerjaan : Dosen UB Malang Pangkat/Gol : Guru."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google