Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehYulia Kurniawan Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
Batang Hanya ada satu struktur dasar bagi semua tumbuhan berpembuluh.
Jaringan pada batang dapat dibagi menjadi : Jaringan dermal Jaringan dasar Jaringan pembuluh. Perbedaan struktur primer batang pada spesies yang berlainan didasari oleh perbedaan dalam jumlah jaringan dasar dan jaringan pembuluh. Pada Coniferae dan dikotil, jaringan pembuluh pada ruas batang umumnya tampak seperti silinder berongga yang dibatasi di sebelah luar oleh korteks dan di sebelah dalam oleh empulur Sistem jaringan pembuluh pada batang primer berupa sejumlah berkas yang jelas terpisah satu dari yang lain dinamakan jaringan pembuluh. Ikatan pembulouh juga dinamakan fasikel dan terletak dalam lingkaran. Parenkim di antara dua ikatan pembuluh yang berdampingan disebut parenkim interfasikel atau jari-jari empulur.
2
Batang Susunan jaringan pada batang Epidermis
Epidermis biasanya terdiri dati satu lapisan sel yang memiliki mulut daun (stomata) dan rambut (trikomata). Sel epidermis adalah sel hidup dan mampu berrmitosis. Hal itu penting dalam upaya memperluas permukaan apabila terjadi tekanan dari dalam akibat pertumbuhan sekunder. Respons sel epidermis terhadap tekanan itu adalah dengan melebar tangensial dan membelah antiklinal.
3
Batang Korteks dan empulur
Korteks adalah kawasan di antara epidermis dan sel silinder pembuluh paling luar. Konteks batang biasanya terdiri dan parenkim yang dapat berisi kloroplas. Di tepi luar sering terdapat kolenkim atau sklerenkim. Batas antara konteks dan daerah jaringan pembuluh sering tak jelas karena tidak ada endodermis. Pada batang muda jarak (Ricinus communis), misalnya, lapisan sel korteks terdalam dapat berisi pati dan disebut seludang pati Tak ada ruang antarsel di antarsel endodermis. Meskipun dan segi morfologi tak terlihat endodermis, telah dibuktikan bahwa lapisan korteks terdalam memiliki sifat kimiawi dan fisiologi yang serupa dengan endodermis. Jadi, ada batas fisiologis antara korteks dan daerah silinder janingan pembuluh.
4
Batang Empulur biasanya terdiri dan parenkim yang dapat mengandung kloroplas. Bagian tengah empulur dapat rusak di waktu pertumbuhan. Sering hal itu terjadi hanya di daerah ruas, sementara di daerah buku, empulurnya utuh, disebut diafragma buku. Dalam erupulur terdapat ruang antarsel yang mencolok besarnya. Sel-sel di bagian tepi empulur berukuran lebih kecil, tersusun kompak, dan berdaya hidup lebih lama. Oleh karena empulur juga disebut medula, maka daerah tepi dengan sel berukuran kecil dan kompak dinamakan seludang perimedula. Baik korteks maupun empulur dapat mengandung berbagai idioblas, yaitu sel berisi kristal, benda ergastik lain, dan sklereid maupun latisifer.
5
Batang Gambar 16.1 A, bagan sayatan melintang batang dikotil muda. B bagan sayatan melintang batang monokolil. (dan Troll, 1948, dalam Fahn, 1989)
6
Batang Sistem jarinan pembuluh primer terdiri dan sejumlah berkas pembuluh yang berbeda-beda ukurannya. Posisi xilem dan floem dalam berkas atau juga disebut ikatan pembuluh, beragam. Pada penampang melintang dapat dibedakan macam ikatan pembuluh : A. Ikatan pembuluh kolateral: floem bertempat di sebelah luar xilem. Macam ikatan pembuluh ini paling sering ditemukan; B. Ikatan pembuluh bikolateral: seperti kolateral, namun terdapat floem di sebelah dalam xilem sehingga ada floem eksternal dan floem internal. Ikatan pembuluh seperti ini ditemukan pada beberapa familia seperti Cucurbitaceae dan Solanaceae; c
7
Batang C. Ikatan pembuluh konsentris, amfikribral: floem mengelilingi xilem (amfikribral). Ikatan pembuluh amfikribral sering terdapat pada paku dan juga terdapat sebagai ikatan pembuluh kecil pada bunga, buah, dan biji Angiospermae. D. Ikatan pembuluh konsentris, amfivasal: xilem mengelilingi floem, ditemukan pada beberapa dikotil, seperti pada ikatan pembuluh medula pada Begonia dan pada monokotil seperti Liliaceac. E. Ikatan pembuluh radial. Pada akar, letak berkas xilem bergantian dan berdampingan dengan berkas floem. Susunan seperti itu disebut susunan radial.
8
Batang
9
Penampang melintang batang Tilia
Penampang melintang batang Tilia. A, sebelum pertumbuhan sekunder dimulai: berkas pembuluh sangat merapat sehingga floem primer tergambar seperti silinder. B, pertumbuhan sekunder telah berlangsung lama dan menghasilkan xilem dan floem sekunder. Pada floem sekunder tampak Jari-jari empulur yang berdilatasi. C, satu sektor dan penampang melintang batang Tilla yang memperlihatkan susunan selnya. (A, B dan Esau, 1965; C dan Bracegirdle & Miles, 1971)
10
Daun Seperti pada akar dan batang, daun terdiri dan sistem jaringan dermal, yakni epidermis, jaringan pembuluh, dan jaringan dasar yang disebut mesofil. Karena daun biasanya tidak mengalami penebalan sekunder, epidermis bertahan sebagai sistem dermal. Namun, pada sisik tunas yang bertahan lama, ada kemungkinan dibentuk periderm. Epidermis Sifat terpenting daun adalah susunan selnya yang kompak dan adanya kutikula dan stomata. Stomata bisa ditemukan di kedua sisi daun (daun amfistomatik); atau hanya di satu sisi, yakni di sebelah atas atau adaksial (daun epistomatik); atau lebih sering di sebelah bawah atau sisi abaksial (daun hipostomatik). Pada daun lebar yang terdapat di kelompok dikotil, letak stomata tersebar. Pada monokotil dan Gymnospermae, stomata sering tersusun dalam deretan memanjang yang sejajar dengan sumbu daun. Sel pénutup pada stomata dapat berada di tempat yang sama tingginya, lebih tinggi, atau lebih rendah dan epidermis.
11
Daun Mesofil Bagian utama helai daun adalah mesofil yang banyak mengandung kloroplas dan ruang antarsel. Mesofil dapat bersifat homogen atau terbagi menjadi jaringan tiang (palisade) dan jaringan spons (bunga karang). Jaringan tiang lebih kompak daripada jaringan spons yang memiliki ruang antarsel yang luas. Jaringan tiang terdiri dan sejumlah sel yang memanjang tegak lurus terhadap permukaan helai daun. Meskipun jaringan tiang nampak lebih rapat, sisi panjang selnya saling terpisah sehingga udara dalam ruang antarsel tetap mencapai sisi panjang; kloroplas pada sitoplasma melekat di tepi dinding sel itu. Hal tersebut mengakibatkan proses fotosintesis dapat berlangsung efisien.
12
Daun
13
Daun Bagan dan sekelompok sel pada tulang daun minor (kecit) sehelai daun dikotil yang menggambarkan gerakan zat terlarut di saat pengisian unsur tapis. Garis penuh: rute simplastis; garis terputus: rute apoptastis, panah menunjukkan arah gerakan. Sel disamping unsur tapis diperlihatkan sebagal set transfer dengan penonjolan dinding ke arah dalam. Jka dinding tidak bertonjolan ke dalam, sel bisa berupa sel penengah. (dikonstruksi dari data datam Pate & Gunning, 1972, datam Esau, 1976)
14
Daun
15
Daun
16
Daun Daun Gymnospermae
Kebanyakan Gymnospermae tetap berwarna hijau di musim yang kurang rnenguntungkan pertumbuhan dan daunnya biasanya bersifat xeromorf. Salah satu kekhasan daun Gymnospermac adalah jaringan transfusinya (gambar 19.4). Jaringan ini mengiringi berkas pembuluh dan terdiri dan trakeid, parenkim dan sel albumin. Jaringan transfusi berbeda-beda jumlahnya dan susunannya, bergantung pada spesies.
17
Bunga Bunga terdiri dan sejumlah bagian steril dan bagian reproduktif atau fertil yang melekat pada sumbu, yakni dasar bunga atau reseptakulum. Bagian sumbu yang merupakan ruas batang yang diakhiri oleh bunga dinamakan tangkai bunga atau pedisel Bagian steril dan bunga terdiri alas sejumlah helai daun kelopak atau sepal dan sejumlah helai daun mahkota atau petal. Keseluruhan sepal dalam bunga disebut kaliks, dan keseluruhan petal disebut korola. Kaliks dan korola bersama-sama disebut perhiasan bunga atau periant. Jika periant tidak terbagi menjadi kaliks dan korola, maka setiap helainya disebut tepal
18
Bunga Bagian reproduktif adalah benang sari atau stamen (mikrosporofil) dan daun buah atau karpel (megasporofil). Keseluruhan stamen disebut andresium dan keseluruhan karpel disebut ginesium. Pada umumnya bunga terdiri dan keempat bagian bunga dan tempatnya berturut-turut dan tepi luar bunga ke bagian tengah: kaliks, korola, andresium, dan inesium.
19
Bunga Benang sari Kebanyakan Angiospermae memiliki kepala sari yang tetrasporangiat, dengan dua ruang sari (lokulus) dalam setiap cuping kepala sari sehingga jumlah keseluruhannya empat. Pada sejumiah tumbuhan yang anteranya matang, namun sebelum antera memecah (membuka dengan sendiri) batas antara pasangan lokulus di setiap cuping rusak sehingga antera tetrasporangiat hanya menunjukkan dua lokulus. Filamen berstruktur sederhana. Padanya terdapat sebuah berkas pengangkut yang bisa bersifat amfikribral di sepanjang filamen dan berakhir di konektivum. Pada bunga Rhoeo discolor banyak ditemukan rambut filamen.
20
Bunga Benang sari Dinding antera terdiri dan beberapa lapisan sel yang merupakan turunan sel parietal primer, kecuali epidermis yang dalam perkembangannya hanya membelah dalam bidang aritiklinal. Dua lapisan yang penting adalah endotesium, tepat di bawah epidermis, dan tapetum, yang berbatasan dengan lokulus antera. Sel di antara kedua lapisan itu sering memipih karena tertekan, lalu rusak. Endotesium membentuk penebalan tak rata, terutama di dinding radial dan tangensial dalam. Pengerutan diferensial yang terjadi padanya ketika antera mengering saat matang, memudahkan terjadinya retakan atau celah pada antera untuk membebaskan serbuk sari.
21
Bunga Serbuk sari Hasil mikrosporogenesis adalah mikrospora atau butir serbuk sari. Butir tersebut berupa tubuh yang bersimetri radial atau bilateral dan pada dindingnya terdapat baian yang kurang kuat yang disebut aperatur, ada yang bulat (pori) dan ada yang memanjang (kolpi). Waktu serbuk sari berkecambah, tabung polen akan muncul melalui apertur, meskipun ada pula serbuk sari yang tanpa apertur.
22
Bunga Asal dan perkembangan mikrosporangium pada benang sari Vinca rosea. A-C, penampang melintang kepala sari dalam sayatan yang borturut-turut menunjukkan keadaan lebih tua. A, kepala sari muda dengan lapisan hipodermal yang jelas. B, stadium Iebih tua menunjukkan asal sporangium dengan adanya pembelahan perikilnal pada empat kelompok sel hipodermal yang terpisah. C, stadium yang memperlihatkan asal dari sebagian tapetum dad sel parietal primer. D, sayatan melintang kepala sari Liliurn, menunjukkan dua pasang mikrosporangium yang hampir matang. Setiap mikrosporangium berisi mikrospora yang masih tergabung dalam tetrad. E, sayatan melintang melalul sebagian kepala sari Liliurn. menunjukkai struktur stomium. (A-D dan Foster & Gifford, 1974; E dan Esau, 1953, dalam Fahn, 1989)
23
Bunga
24
Buah
25
Buah 21.1 Klasifikasi buah Kiasifikasi buah secara morfologi biasanya didasarkan pada nama jenis bunga dan jenis ginesium yang mengembangkannya dengan memperhatikan hubungan antara karpel dan bagian bunga lainnya. Buah dibedakan Buah tunggal, yakni hasil satu ginesium yang terdiri dan satu atau beberapa karpel (seperti pada buah polongan, tomat); Buah berganda (buah agregat), yakni buah yang dibentuk oleh gnesium apokarp dan setiap karpel tetap dapat dikenali pada waktu buah dewasa (Arbei, Fragraria); Buah majemuk, yakni buah yang berasal dan perbungaan, jadi berupa kumpulan ginesium dan sejumlah kuntum bunga (nanas). Setiap jenis buah tersebut masih bisa disertai jaringan tambahan. Jambu, misalnya, memiliki jaringan tumbuhan dan sebab itu bisa disebut buah tunggal dengan tarnbahan; demikian pula buah arbei, yaitu buah berganda (agregat) dengan tambahan, dan buah nanas, yaitu buah majemuk dengan tambahan.
26
Buah
27
Buah
28
Buah
29
Biji
30
Sel
31
Sel
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.