Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehAdi Kurnia Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
BAB VII TINJAUAN AKHIR: MUNDURNYA SEKTOR PENANGKAPAN IKAN
By: Sigit Putra R. Aisyah Syafiera Dwi Widianto Galih Fajar Padmasana
2
MENYISIR PANTAI UTARA USAHA DAN PEREKONOMIAN NELAYAN DI JAWA MADURA 1850-1940
PENGARANG : MASYHURI PENERBIT : YAYASAN PUSTAKA NUSATAMA TAHUN : 1996 TEBAL BUKU : 393 HALAMAN
3
Sektor Penangkapan Ikan Di Pulau Jawa Madura
Before 19th century Sektor perikanan mengalami ledakan pertumbuhan In the 19th century Mengalami de-industrialisasi
4
Proses De-Industrialisasi Sektor Penangkapan Ikan di Pulau Jawa dan Madura Pada abad ke-19
1. Bergeser ke Dekat Pantai 2. Lokalisasi Sektor Penangkapan Ikan 3. Kurangnya Penumpukan Modal 4. Keterbatasan Skala Usaha 5. Kontinuitas Sektor Penangkapan Ikan
5
Bergeser ke Dekat Pantai
Berlaku sistem sewa Pachter sebagai penanam modal. Nelayan memperoleh keuntungan. Pendapatan pada sektor perikanan mengalami peningkatan. >1880s Perubahan struktural pada usaha penangkapan ikan. Sistem sewa tanah dihapuskan. Pachter kehilangan peran. Terjadi isu “overfishing” di perairan dekat pantai. Pendapatan pada sektor penangkapan ikan mengalami penurunan.
6
Lokalisasi Sektor Penangkapan Ikan
Dihapuskannya sistem sewa tanah yang berdampak: Peran pachter digantikan oleh pelepas uang, secara tidak langsung membuat sektor ini tidak lagi menarik bagi nelayan. Terbatasnya modal bagi sektor penangkapn ikan. Kurang lancarnya pemasaran ikan. Terjadinya liberalisasi ekonomi Indonesia Berbagai sektor usaha lain terbuka luas.
7
Runtuhnya industri pengasinan ikan Impor ikan asin meningkat tajam
Memperburuk keadaan para nelayan lokal.
8
Kurangnya Penumpukan Modal
Selama periode sejak akhir perempat pertama abad ke-19 sampai akhir paruh pertama abad ke-20, pendapatan nelayan terus mengalami penurunan. Sehingga penumpukan modal dengan sendirinya tidak terjadi, dan nelayan tidak mempunyai modal yang cukup untuk mengembangkan usahanya.
9
Pendapatan Pekerja di Jawa Pada Tahun 1870-an
Jenis Pekerjaan Upah Nelayan ± 29,5 sen/hari Pertanian ± 19,33 sen/hari Pabrik Gula ± 30 sen/hari Pendapatan Pekerja di Jawa Pada Tahun 1900-an Jenis Pekerjaan Upah Nelayan ± 15,43 sen/hari Pertanian ± 22,56 sen/hari Pabrik Gula ± 40 sen/hari
10
Keterbatasan Skala Usaha
Teknologi sektor penangkapan ikan yang ada di Jawa dan Madura umumnya masih berskala kecil dengan teknologi yang masih sederhana. ≥ 1970-an Jaring trawl dan purse seine mulai digunakan dan kemudian meluas di kalangan nelayan Indonesia.
11
Sebelum dihapusnya sistem sewa tanah
Pengolahan ikan dilakukan dalam perusahaan-perusahaan pengolahan ikan yang dimiliki oleh pachter, dan terdapat satu kesatuan struktur organisasi produksi dengan para pachter, sebagai pusatnya. Setelah dihapusnya sistem sewa tanah Pengolahan ikan beralih menjadi industri rumah tangga, dengan tenaga kerja bertumpu pada anggota keluarga. Spesialisasi pekerjaan, atau pembagian pekerjaan makin terpola.
12
Sampai tahun 1960-an, usaha perikanan rakyat di Jawa dan Madura sering disebut-sebut sebagai usaha perikanan rakyat yang bercorak subsisten. Baru menjelang akhir 1970-an, disebutkan bahwa usaha penangkapan ikan rakyat di Jawa secara perlahan-lahan mengalami pertumbuhan kembali ke arah bentuk ekonomi yang semi subsisten atau semi komersial.
13
Kontinuitas Sektor Penangkapan Ikan
Kecenderungan pertumbuhan yang membalik sektor penangkapan ikan berakibat sektor ini masih tetap bertumpu pada corak usaha yang telah mapan. Bagi nelayan, sektor penangkapan ikan tetap merupakan sektor usaha yang labil, tidak sebagaimana sektor pertanian. Dalam sektor penangkapan ikan terdapat dua faktor yang sangat berpengaruh, yaitu : faktor alam dan faktor keberuntungan. Terciptanya pola hubungan hutang-piutang di kalangan masyaakat nelayan.
14
Tingkat Pelapisan Sosial
1. Juragan Darat 2. Juragan Laut 3. Kelompok Pandega
15
THANKS
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.