Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Psikologi Kepribadian

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Psikologi Kepribadian"— Transcript presentasi:

1 Psikologi Kepribadian
ERICH FROMM Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

2 Psikologi Kepribadian
Sejarah Hidup Fromm Lahir di Frankfurt, Jerman dari keluarga Yahudi ortodox, Ayah seorang businessman. Seperti Jung, Erich berasal dari keluarga religius (Yahudi ortodok) → Fromm menyebut dirinya “an atheistic mystic”. Keluarga tidak bahagia (penuh dengan “tekanan”). Ayahnya moody, pencemas, pemurung dan ibunya depresif. Fromm sudah melihat perilaku yang abnormal sejak kecil. Usia 12 tahun shock karena teman orang tuanya, seorang artis wanita yang cantik, memilih untuk menghabiskan waktunya dengan ayahnya yang seorang duda tua. Ketika ayahnya meninggal, wanita tersebut bunuh diri dan minta dikubur dalam satu lubang. Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

3 Psikologi Kepribadian
Sejarah Hidup Fromm Usia 14 tahun: Perang Dunia I di tahun Ia mengalami shock oleh suasana kegilaan kolektif dan histeria massa bangsa Jerman yang hanyut dalam gelombang perang, nafsu membunuh, nasionalisme dan kebencian terhadap musuh yang semuanya irasional. Keluarga, bunuh diri, dan perang merupakan pengalaman pribadi yang mencengangkan yang dialami oleh Fromm yang menurutnya perlu diketahui penyebab irasionalnya. Fromm menyangka bahwa kepribadian seseorang sangat besar dipengaruhi oleh kekuatan sosial, ekonomi, politik, sejarah dan masyarakat yang sakit akan menghasilkan orang-orang yang sakit pula. Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

4 5 Jenis Kebutuhan Hubungan / Relatedness Individu masing2 terpisah, sendirian & tak berdaya  berhubungan dgn orang lain / interaksi dgn manusia  cara pemuasan kebutuhan Cara memuaskan kebutuhan ada 2 : Konstruktif (sehat) dan Destruktif (tidak sehat) Konstruktif : manusia terlibat & menjadi suatu bagian dari kelompok yang lebih besar, bersatu dengan dunia, taat pada Tuhan ada rasa saling memiliki tidak sendirian Destruktif : berusaha u/ berhubungan dgn orang lain  menguasainya, memaksa orang lain u/ tunduk padanya.

5 Psikologi Kepribadian
Cara sehat u/ pemuasan kebutuhan melalui CINTA  bukan dgn makna erotis tapi cinta ortu pada anak, cinta pada diri sendiri, solidaritas dgn orang lain & mencintai sesama. Dapat dipenuhi melalui productive love: Brotherly love  cinta yang ditujukan kepada jenis kelamin yang sama Erotic love  dengan jenis kelamin yang berbeda Motherly love  cinta kepada anak Kegagalan dlm pemuasan kebutuhan : tingkah laku IRASIONAL (narcistic)  satu2nya kenyataan, pikiran & perasaan adalah kebutuhannya sendiri. Fokus adalah pada diri sendiri, tdk mampu berhubungan dgn dunia luar/org lain, tidak mampu mengalami secara obyektif segala sstu diluar diri & memandang sesuatu scr subyektif Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

6 Psikologi Kepribadian
two specific kinds of relatedness to the world: acquiring and assimilating things ("assimilation"), and reacting to people ("socialization"). Sistem ini pengganti insting pada binatang. Orientasi ini menggambarkan bagaimana manusia telah berkembang terkait dengan bagaimana dia merespon konflik dalam hidupnya Tiap manusia tidak pernah melakukan salah satu orientasi saja secara murni. Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

7 2. Transendensi/Transcendence
Dunia begitu kuat, menakutkanmembuat tdk berdaya manusia ingin mengatasi rasa takut & ketidakpastian Orang butuh peningkatan diri, tidak mau jadi makhluk pasif, bertujuan dan bebas, manusia harus kreatif dan produktif. Cara ideal untuk sehat meningkatkan kemampuan untuk mencipta, karena kemampuan dan daya khayalnya teraktualisasi. Kebutuhan transendensi akan dilakukan dengan dua cara: sehat dan tidak sehat. (produktif/kreatif dan distruktif) yang merupakan kodrat manusia. Kreatifitas merupakan potensi utama yang menyebabkan kesehatan psikologis seseorang, distruktif berakibat pada perusakan dan penderitaan yang mengarah pada ketidaksehatan mental.

8 3. Berakar / Rootedness membangun ikatan dgn org lain
Supaya manusia merasa berdaya dan berarti maka akar ikatan dengan alam harus dibangun Hakekat dari kondisi manusia adalah kesepian dan tidak berarti menimbulkan rasa putus asa, tanpa akar manusia tak berarti dan tak berdaya Cara membangun yang ideal  membangun perasaan persaudaraan dengan sesama manusia, keterlibatan cinta, perhatian dan partisipasinya dalam masyarakat. Persaudaraan dengan orang lain menimbulkan rasa berakar dan memuaskan kebutuhan untuk berinteraksi dengan dunia luar Cara yang tidak sehat untuk berakar yaitu dengan memelihara ikatan sumbang masa kanak-kanak dengan ibu. Orang yang demikian tidak sanggup meninggalkan rumah dan selalu berpegang dengan ikatan keibuan. Ikatan sumbang dalam arti luas adalah sifat nasionalisme  bentuk incest & penyakit jiwa, menempatkan negara diatas kepentingan kemanusiaan. Cinta yang berfokus terhadap negaranya sendiri akan mengeluarkan cinta terhadap orang lain dan ini merupakan ciri orang yang tidak sehat secara psikologis, karena tidak sanggup mengembangkan potensi kemanusiaan secara menyeluruh.

9 4. Perasaan Identitas Cara yang sehat untuk memuaskan kebutuhan ini ialah individualitas, yakni proses dimana seseorang mencapai suatu perasaan tertentu tentang identitas diri. Individualitas yang berkembang baik mengalami dan mengontrol kehidupan mereka sendiri dan tidak dibentuk oleh orang lain Cara yang tidak sehat dalam membentuk perasaan identitas adalah menyesuaikan diri dengan sifat suatu bangsa, ras dan agama atau pekerjaan. Identitas ditentukan oleh kelompok bukan oleh dirinya sendiri. Dengan mengembangkan norma dan nilai kelompok maka nilai diri akan terkobankan sehingga nilai keunikan diri menjadi kabur takbermakna conforming Individu seperti ini kemungkinan akan menjadi orang tidak dapat mencapai nilai kemanusiaan secara penuh karena dibelenggu oleh kelompok, bukan ditentukan oleh dirinya sendiri.

10 5. Kerangka Orientasi Dasar yg ideal u/ kerangka orientasi adalah pikiran sarana yg digunakan seseorang u/ mengembangkan suatu gambaran realistis & objektif tentang dunia. Termasuk didalamnya : Kapasitas u/ melihat dunia termasuk diri secara objektif  u/ menggambarkan dunia dgn tepat & tidak mengubahnya dgn lensa2 subjektif dr kebutuhan2 & ketakutan2nya sendiri. Fromm mementingkan persepsi objektif tentang kenyataan. Semakin objektif persepsi qta hub dgn kenyataan semakin baik, semakin matang & tangkas dlm menanggulangi dunia luar. Fromm menyamakan pikiran dgn cinta  keduanya tdk dpt berfungsi sepenuhnya jika terbatas pd salah 1 objek. Cara yg kurang ideal dalam membangun kerangka orientasi adl dgn  IRASIONALITAS  menyangkut pandangan subjektif ttg dunia, peristiwa2 & pengalaman2 dilihat tidak menurut apa adanya tetapi menurut apa yang diinginkan orang terhadapnya.

11 Fromm's Psychological Needs
Psikologi Kepribadian Fromm's Psychological Needs Relatedness but also Identity Need to be connected, caring and cared for But also Need to develop one's uniqueness Transcendence Rootedness Need to rise above our animal nature (creatively or destructively), but also Need for a sense of belonging to community, family etc. Excitation Frame-of-orientation Stimulating and changing environment A consistent view of the world and an object of devotion Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

12 Psikologi Kepribadian
Komponen-Komponen Negatif Komponen-komponen Positif Keterhubungan Ketundukan/Dominasi Cinta Transendensi Destruktivitas Kreativitas Keberakaran Fiksasi Keutuhan Rasa Identitas Penyesuaian Diri dengan Kelompok Individualitas Kerangka Orientasi Tujuan-tujuan Irasional Tujuan-tujuan Rasional Kebutuhan Manusia Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

13 TEORI KEPRIBADIAN ERICH FROMM
Psikologi Kepribadian TEORI KEPRIBADIAN ERICH FROMM Escape From Freedom Manusia tidak dapat dipisahkan dari alam dan orang lain Semakin bebas manusia semakin ia merasa kesepian, tidak berarti dan terasing Manusia menemukan rasa aman jika bersatu & bekerjasama dengan orang lain Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

14 Do we try to run from freedom?
Psikologi Kepribadian Do we try to run from freedom? YA kita sering melakukannya. Kita ingin orang lain bertanggung jawab atas perbuatan kita → tidak disalahkan jika ada hal yang salah. Jika situasi menakutkan → kita ingin ada orang yang menjaga kita dan kita bersedia melepaskan kebebasan kita agar selamat. Ketika kita ketakutan, kita mungkin berusaha untuk mengendalikan situasi, sehingga hal itu memberi hasil sesuai keinginan kita Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

15 Mekanisme Melarikan Diri dari Kebebasan (Escape from Freedom)
Psikologi Kepribadian Mekanisme Melarikan Diri dari Kebebasan (Escape from Freedom) Ada dua cara untuk memperoleh makna dari kebersamaan dalam kehidupan Mencapai kebebasan positif: Berusaha menyatu dengan orang lain, tanpa mengorbankan kebebasan dan integritas pribadi Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

16 Psikologi Kepribadian
Memperoleh rasa aman dengan meninggalkan kebebasan dan menyerahkan bulat-bulat individualitas dan integritas diri kepada sesuatu (orang atau lembaga) yang dapat memberi rasa aman. Cara memperoleh rasa aman dengan berlindung dibawah kekuatan lain  mekanisme pelarian. Tiga mekanisme pelarian yang terpenting yaitu : Authoritarianism, Destructiveness, dan Automation conformity Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

17 Mekanisme psikis untuk mendapatkan kembali rasa aman
Psikologi Kepribadian Mekanisme psikis untuk mendapatkan kembali rasa aman Authoritarianism (masochistic vs sadistic) “kecenderungan sso u/ menyerahkan independensi diri individualnya dan mencampuradukkan dirinya dgn sso atau sesuatu diluar dirinya, demi memperoleh kekuasaan yg td dimiliki individu tsb”. Masochistic : percaya bahwa dirinya inferior dan tidak adekuat. Perasaan yang kuat akan kebutuhan untuk tergantung kepada orang lain atau lembaga lain. Sadistic: (a) membuat orla sangat tergantung padanya (b) sangat mengatur & mendikte orla (c) keinginan melihat orla menderita lbh neurotik Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

18 Psikologi Kepribadian
Destructiveness / Destruktivitas berakar dari perasaan kesepian, isolasi, dan tak berdaya. Mencari kekuatan tidak melalui hubungan dengan pihak luar tetapi berusaha membalas/merusak dan menghancurkan penyebab ketidakamanannya (antisocial, cruel, and misguided (sesat) , tapi dirasionalisasi sebagai “a sense of duty, a god given order, or the love of country”. Misal: membenci suatu kelompok, ektrim agama, bahkan patriotisme Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

19 Psikologi Kepribadian
Automation conformity / Konformitas menghilangkan perbedaan antara dirinya dengan orla (seperti bunglon) Pribadi yg conforming berusaha melarikan diri dari perasaan kesendirian & keterkucilan dgn menyerahkan individualitas mereka untuk menjadi apapun yg org lain inginkan bagi mereka Jarang mengungkapkan pendapat sendiri, lbh banyak bergantung kpd standar perilaku yg diharapkan org lain & sering terlihat kaku dan otomatis Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

20 Psikologi Kepribadian
Fromm mengatakan ketiga cara tersebut adalah tidak sehat. Satu-satunya cara yang sehat adalah dengan merangkul kebebasan tersebut dan mengekspresikan diri kita yang sesungguhnya dan bukannya apa yang menurut kita dapat memberi kekuatan pada kita  KEBEBASAN POSITIF “bisa menjadi bebas tanpa harus merasa sendirian, kritis tapi tidak dipenuhi keraguan, independen tapi tetap menjadi bagian integral dari umat manusia” Individuation (the ability to be yourself and embrace the power associated with true freedom) : Kekuatan sejati datang dari individualitas dan kebebasan serta melakukan apa yang ingin kita lakukan dan bukannya apa yang semestinya kita lakukan   Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

21 Personality Development in Childhood
Psikologi Kepribadian Personality Development in Childhood As children grow they move from dependence (less freedom) to autonomy (more freedom) Moving toward more freedom is frightening at times, and these tensions influence the parent-child relationship. Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

22 The parent-child relationship
Psikologi Kepribadian The parent-child relationship The ideal parent-child relationship is love, a balanced relationship, which helps the child feel secure while assuming progressively more responsibility. Sometimes the child and the parent stay too interwoven (terikat), in a state of symbiotic-relatedness Sometimes the child distances too much too fast, pushes back in a state of withdrawal-destructiveness Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

23 Psikologi Kepribadian
Dua jenis keluarga tidak produktif: Symbiotic families. Hubungan antar individu yang “cannot live without each other”. Beberapa anggota keluarga "swallowed up" oleh anggota keluarga yang lain, sehingga mereka tidak dapat mengembangkan kepribadian mereka secara sepenuhnya. Contoh: Kepribadian anak semata-mata cerminan dari keinginan orang tua. Anak mendominasi atau memanipulasi orang tua yang keberadaannya adalah untuk melayani anak Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

24 Psikologi Kepribadian
2. Withdrawing families (cool indifference, if not cold hatefulness) Muncul sejak beberapa ratus tahun yang lalu ketika kaum borjuis menunjukkan diri. Jenis pertama: The "cold" version, dijumpai di Eropa Utara & sebagian Asia, dan di wilayah-wilayah yang menganggap pedagang sebagai kaum yang hebat. Orang tua sangat menuntut anak-anaknya (diharapkan meningkatkan standar kehidupan) Hukuman keras merupakan hal yang biasa dilakukan dengan alasan "for your own good." Budaya lain mungkin menggunakan rasa bersalah dan menghilangkan kasih sayang sebagai hukuman. Kedua-duanya menyebabkan anak lebih terpacu untuk meraih keberhasilan dalam apa yang menurut budaya mereka dianggap sukses Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

25 Psikologi Kepribadian
Jenis kedua: The modern family, ditemukan di hampir seluruh penjuru dunia, terutama USA. Perubahan sikap tentang pengasuhan anak membuat banyak orang merasa takut akan efek penggunaan rasa bersalah dan hukuman fisik kepada anak-anak. Gagasan terbaru adalah untuk membesarkan anak sebagai individu yang sederajat dengan orang tua. Seorang bapak harus menjadi sahabat terbaik anak laki-laki; dan seorang ibu harus menjadi belahan jiwa anak perempuannya. Tetapi, dalam proses mengendalikan emosi mereka, orang tua menjadi dengan terlalu tenang, acuh tak acuh/tak memihak. Mereka bukan lagi orang tua melainkan teman hidup anak-anak mereka. Anak-Anak tidak mendapat bimbingan riil dari orang dewasa, sehingga mereka kemudian menganut nilai-nilai kawan sebaya dan media →Keluarga televisi! Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

26 What do human beings need?
Psikologi Kepribadian What do human beings need? Menurut Fromm, semua kebutuhan psikologis muncul dari keinginan kita untuk menjadi simultan: Be free, live authentic lives, but also escape loneliness and be secure Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

27 Psikologi Kepribadian
Fromm mengembangkan konsep existensial dilemma: yaitu konflik bahwa antara keterbatasan dan kelebihan manusia. Di satu sisi manusia ingin bebas, ingin dapat menguasai alam dan lingkungannya, tapi di sisi lain kebebasan menyebabkan manusia terasing dari lingkungannya. Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

28 Psikologi Kepribadian
Ada 4 kebutuhan lain yang berhubungan dengan pemahaman dan aktivitas, yaitu: 1.  Need for a frame of orientation 2. Need for a frame of devotion 3. Need for excitation–stimulation 4. Need for effectiveness Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

29 Psikologi Kepribadian
Frame of Orientation & an object of devotion (kesetiaan/ketaatan): kebutuhan untuk memiliki cara pandang yang relatif stabil terhadap dunia dan memiliki tujuan hidup yang mutlak atau Tuhan Excitation & stimulation: kebutuhan untuk melatih sistem syaraf, untuk memanfaatkan kemampuan otak. Manusia butuh bukan hanya stimulasi sederhana (ex makanan) akan tetapi stimulasi terus menerus dari lingkungan yang sifatnya mengaktifkan jiwa Effectivity : kebutuhan untuk menyadari eksistensi diri melawan perasaan tidak mampu dan melatih kompetensi/kemampuan. Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

30 Psikologi Kepribadian
Kepribadian berkembang atas dasar aturan-aturan sosial dimana dia hidup. Karakter berkembang dan dibentuk oleh social arrangements (pengaturan sosial) dimana individu hidup. Kepribadian individu “sakit” jika ia berada dalam lingkungan masyarakat yang “sakit” Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

31 Psikologi Kepribadian
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut manusia membentuk 2 tipe karakter yaitu: 1.  Nonproduktif 2.  Produktif Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

32 Psikologi Kepribadian
TEORI KARAKTER SOSIAL Manusia mengembangkan karakter sosial untuk dapat mengatasi tuntutan-tuntutan masyarakat. Penyesuaian manusia terhadap masyarakat biasanya merupakan kompromi antara inner needs dengan tuntutan dari luar. Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

33 Psikologi Kepribadian
Fromm membagi karakter sosial menjadi 2 bagian besar: Nonproductive (the negative, life denying orientation) Productiveness (the positive, life affirming orientation) Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

34 Psikologi Kepribadian
Nonproductive (the negative, life denying orientation), terbagi menjadi: Receptive (menerima segala sesuatu secara pasif, percaya bahwa segala sesuatu yang dibutuhkannya berasal dari luar dirinya orla, otoritas, sistem)  sangat dependen (Freud: oral incorporative, Horney: compliant personality) Hoarding (mengumpulkan, mengatur, mempertahankan, menyimpan hak milik): mendapat rasa aman dari hal-hal yang dimilikinya atau disimpannya sendiri (Freud: retentive type, Horney: detached type) Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

35 Psikologi Kepribadian
Eksploitative: mengambil apapun yang mereka mau dari orla dengan cara memaksa atau menipu tapi pemberian sukarela dianggap tidak bernilai  (Freud: oral aggressive, Horney: aggressive type) Marketing (kesuksesan dan kegagalan ditentukan seberapa baik mereka “menjual dirinya sendiri”. Melihat diri sebagai komoditas) Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

36 Psikologi Kepribadian
Productive type (the positive, life affirming orientation) Tipe produktif: menggunakan seluruh kapasitas / merealisasikan seluruh potensi yang dimiliki terbagi menjadi: Accepting (yakin dengan kemampuan sendiri, independen, aktif, berpikir positif, menerima keberadaan diri dan orang lain apa adanya) Preserving memelihara (memanfaatkan segala sesuatu untuk terus menerus dapat memberi keuntungan bagi diri sendiri dan orang lain) Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

37 Psikologi Kepribadian
Taking (bekerja sama dengan orang lain berdasarkan tujuan bersama, kejujuran, dan sikap rasional) Exchanging (memperoleh keuntungan tanpa merugikan orang lain, memberi kepuasan dan layanan dari produk yang dijual) Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

38 Tipe karakter sosial pokok
Psikologi Kepribadian Tipe karakter sosial pokok Hoarding-produktif : pemilik tanah yang memegang nilai tradisional dalam pengerjaan pertanian, tanggung jawab, dan mempertahankan tradisi Eksploitatif-produktif : wirausaha yang menyesuaikan diri dengan masyarakat industri baru, nilai pendidikan, teknologi, dan mobilitas sosial Reseptif-tidak produktif : petani yang tidak punya tanah, tunduk kepada kekuasan, penerima nasib yang tidak berkekuatan Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

39 The Social Unconscious
Psikologi Kepribadian The Social Unconscious Orientation Society Family Escape from Freedom Receptive Peasant society Symbiotic (passive) Authoritarian (Masochistic) Exploitative Aristocratic society Symbiotic (active) Authoritarian (Sadistic) Hoarding Bourgeois society Withdrawing (puritanical) Perfectionist to destructive Marketing Modern Society Withdrawing (infantile) Automaton conformists Productive Humanistic communitarian socialism Love and reasoning Freedom & Responsibility acknowledged and accepted. Fromm says that the first four orientations (which others may call neurotic) are living in the having mode. They focus on consuming, obtaining, possessing, etc. They are defined by what they have, Fromm claims that “I have it” tends to become it has me, and we become driven by our possessions! The productive orientation, or the other hand, lives in the being mode. What you are is defined by your actions in this world. You live without a mask, experiencing life, relating to people, being yourself. He says that most people, being so used to the having mode, used the word have to describe their problems: “Doctor, I have a problem: I have insomnia. Although I have a beautiful home, wonderful children, and a happy marriage, I have many worries.” He is looking to the therapist to remove the bad things, and let him keep the good ones, a little like asking a surgeon to take out your gall bladder. What you should be anything is more like “ I am troubled. I am happily married, yet I cannot sleep…” By saying you have a problem, you are avoiding facing the fact that you are the problem--IE you avoid, once again, taking responsibility for your life. Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

40 Psikologi Kepribadian
Gangguan-gangguan Kepribadian Nekrophilus & Biophilus Nekrophilus : kematian adalah potensi sekunder yang muncul jika daya hidup dikecewakan. Orang yang tertarik dengan kematian, kesakitan, kerusakan dan kehancuran. Menyelesaikan masalah dengan kekerasanMembenci kemanusiaan, rasis, destruktif, terror, sangat gembira jk bs menghancurkan kehidupan. Mencintai yang mati & biasanya mengacu pd penyimpangan seksual dgn mayat Biophilus : Hidup adalah potensialitas primer. Mencintai kehidupan dan sangat mempedulikan kesejahteraan orang lain. Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

41 Psikologi Kepribadian
Narsisisme Sadistik (Malignant Narcissism) Manusia yg sehat memanifestasikan bentuk narsisime yg lebih lembut yaitu ketertarikan pd tubuhnya sendiri Dalam bentuk sadis narsisime menghalangi persepsi mengenai realitas sehingga segala sesuatu yg melekat pd pribadi narsisistik dinilai sangat tinggi dan segala sesuatu yg melekat pada orang lain dinilai sangat rendah Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

42 The Evil Character Type
Psikologi Kepribadian The Evil Character Type Lover of death and decay (kebusukan/kerusakan), destroying for the sake of destruction, preferring the mechanical over the human, trying to reduce humans to mechanisms, to dehumanize: the necrophilous character type. The opposite of necrophilous is biophilous, or lover of life, the healthy personality. Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

43 On the Continuum from Love of Life to Love of Death
Psikologi Kepribadian On the Continuum from Love of Life to Love of Death The productive character is also biophilous. The receptive, hoarding, exploiting, marketing characters have components of "love of death" (or necrophilia) in them. How much? It depends how strong the orientation is. The necrophilous character is evil and death-loving. Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti

44 Psikologi Kepribadian
Humanistic Communitarian Sosialism Setiap orang memiliki kesempatan sama untuk menjadi manusia seutuhnya. Manusia saling berhubungan dalam persaudaraan dan solidaritas sehingga tidak ada kesepian, keterisolasian & keputusasaan Pertemuan ke-11/Yulianti Dwi Astuti


Download ppt "Psikologi Kepribadian"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google