Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehLiana Budiaman Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi
Tahun : 2008 Pertemuan 19 KELOMPOK DAN ORGANISASI SOSIAL MATERI: Pengertian Kelompok Sosial Tipe-Tipe Kelompok Sosial Kelompok-Kelompok Yang Tidak Teratur Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
2
Learning Outcome Mahasiswa dapat membandingkan perbedaan-perbedaan karakter kelompok sosial dengan kelompok-kelompok lainnya Bina Nusantara
3
Pengertian Kelompok Sosial
Manusia adalah mahluk sosial. Sosialitas manusia, secara asasi merupakan sesuatu yang tidak dapat ditolak. Manusia hanya dapat berkembangan sebagai manusia seutuhnya hanya bila ia berada dalam kelompok. Karl Marx (Perdue, 1986:312) menyatakan bahwa sociability manusia lebih dari sekedar pengertian bahwa manusia membutuhkan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhannya. Marx melihat manusia sebagai human social animal yang dapat berkembang sebagai peribadi dalam kelompok masyarakat. Dan bahkan kita dapat menggarisbawahi kenyataan ini, bahwa tidak seorangpun manusia berada diluar kelompok sosial Bina Nusantara
4
Seorang individu akan lahir dalam keluarga
Seorang individu akan lahir dalam keluarga. Keluarga dalam hal ini merupakan salah satu bentuk dari kelompok sosial. Mungkin saja ada kenyataan bahwa ada individu yang lahir, namun dibuang oleh ibunya yang melahirkan. Peristiwa seperti ini tidak membuktikan bahwa manusia tidak selalu lahir dalam konteks sosial, tetapi mengafirmasi kenyataan bahwa individu yang akan berkembang di luar konteks keluarga tidak akan pernah berkembang sebagaimana mestinya manusia. Bahkan dalam kenyataan bayi atau individu yang dibuang itu pasti akan menemukan kelurganya yang baru yang bersedia memeliharanya. Kenyataan bahwa setiap perisitiwa pembuangan seorang individu akan selalu mendapat reaksi negatif dari masyarakat luas, membuktikan sosialitas manusia itu sendiri. Pertanyaan kita sekarang adalah apakah yang dimaksudkan dengan kelompok sosial itu ? Bina Nusantara
5
2. Ciri-Ciri Kelompok Sosial (Soekanto, 2006:101)
Kelompok sosial (Macionis, 1989:174) pada umumnya didefenisikan sebagai dua atau lebih orang yang memiliki suatu identitas bersama dan yang berinteraksi secara regular. Apapun bentuknya, kelompok Sosial terdiri dari orang-orang yang memiliki kesadaran keanggotaan yang sama yang didasarkan pada pengalaman, loyalitas, dan kepentingan yang sama. Singkatnya mereka sadar tentang individualitas mereka, sebagai anggota dari Kelompok Sosial yang secara spesifik disadari sebagai “kita”. 2. Ciri-Ciri Kelompok Sosial (Soekanto, 2006:101) 2.1. Adanya kesadaran pada tiap anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan. 2.2. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lain. 2.3. Adanya suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain. Memiliki musuh bersama dapat juga menjadi faktor pemersatu kelompok 2.4. berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku 2.5. bersistem dan berproses Bina Nusantara
6
3. Tipe-Tipe Kelompok Sosial
Charles Horton Cooley menggambarkan distingsi antara dua jenis Kelompok Sosial yakni kelompok sosial primer dan sekunder 3.1. Kelompok Sosial Primer Kelompok Sosial primer memiliki hubungan yang bersifat personal dan akrab antara anggotanya. Dalam kelompok ini orang melakukan aktivitas dan memiliki waktu secara bersama, sehingga mereka dapat saling mengenal antara satu sama lain secara personal dan akrab. Mereka saling memperhatikan kesejahteraan satu sama lainnya. Selain karena relasi yang akrab antara anggota, kelompok sosial primer merupakan tempat dimana seorang individu berjumpa dengan pengalaman-pengalaman sosial yang pertama. Dalam kelompok sosial primer ini seorang individu mengalami hidup untuk pertama kalinya. Kekuatan dan hubungan utama ini memberikan individu-individu rasa aman dan damai. Anggota-anggota dalam kelompok utama ini menyediakan pendapatan pribadi bagi yang lainnya, termasuk keuangan dan dukungan emosional Bina Nusantara
7
3.2. Kelompok Sosial Sekunder
Kelompok Sosial Sekunder didefenisikan sebagai Kelompok Sosial yang bersifat impersonal dan besar. Kelompok Sosial Sekunder didasarkan atas minat, kepentingan atau aktivitas-aktivitas khsusus Organisasi-organisasi politik biasanya disebut Kelompok Sosial Sekunder. Dalam Kelompok Sosial Sekunder ini setiap anggota tidak saling mengenal secara lebih baik dan hubungan diantara mereka sangat longgar. Kelompok Sosial Sekunder sering dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan khusus. Kelompok Sosial Sekunder biasanya selalu bersifat formal dan tidak emosional dan memiliki orientasi cita-cita (goal oreintation) bukan personal Bina Nusantara
8
3.3. In-Group dan Out-Group
Kelompok sosial merupakan tempat di mana individu mengidentifikasikan dirinya sebagai kami atau kamu, kita atau mereka. “In-Group adalah kelompok sosial dimana seorang individu mengidentifikasikan dirinya sebagai “kita” atau “kami”. Sedangkan Out-Group adalah kelompok sosial di luar in group, atau di luar kita, di luar kami. Kelompok di luar itu adalah mereka. Misalnya kami adalah mahasiswa Marketing Komunikasi, sedangkan mereka adalah mahasiswa teknik komputer, kami adalah mahasiswa Bina Nusantara, mereka adalah mahasiswa Atma Jaya. Anggota-Anggota suatu kelompok sosial tertentu sedikit banyak akan mempunyai kecenderungan untuk menganggap bahwa segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan-kebiasaan dengan kelompoknya sendiri sebagai sesuatu yang terbaik apabila dibandingkan dengan kebiasaan-kebiasaan kelompok-kelompok lainnya. Kecenderungan ini biasa disebut dengan etnosentrisme. Etnosentrisme adalah suatu sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri. Etnosentrisme disosialisasikan atau diajarkan kepada setiap anggota kelompok sosial, sadar maupun tidak sadar, serentak dengan nilai-nilai kebudayaan lain. Bina Nusantara
9
3.4.Kelompok Formal dan Kelompok Informal
Kelompok formal adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara anggota-anggotanya. Contoh dari organisasi formal adalah organisasi. Menurut Max Weber salah satu bentuk dari organisasi formal itu adalah birokrasi. Ciri-ciri dari birokrasi adalah; Tugas-tugas organisasi didistribusikan dalam beberapa tugas jabatan. Atau dapat dikatakan adanya pembagian kerja berdasarkan spesialisasi. Posisi-posisi dalam organisasi terdiri hierarki struktur wewenang. Hierarki berwujud sebagai piramida di mana setiap jabatan bertanggung jawab terhadap bawahan mengenai keputusan dan pelaksanaan. Suatu sistem peraturan menguasai keputusan-keputusan dan pelaksanan. Unsur staf yang merupakan pejabat bertugas memelihara organisasi dan khususnya keteraturan komunikasi. Para pejabat berharap bahwa hubungan dengan bawahan dan pihak lain bersifat orientasi impersonal. Penyelenggaraan kepegawaian didasarkan pada karier. Bina Nusantara
10
4. Kelompok-Kelompok Sosial Yang Tidak Teratur
Kelompok informal tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu dan pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali dan itu menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan-kepentingan dan pengalaman yang sama. 4. Kelompok-Kelompok Sosial Yang Tidak Teratur Kelompok-kelompok yang tidak teratur nampak dalam kerumunan masa. Kerumunan merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat sementara, kerumunan tidak terorganisasi. Kerumunan dapat saja memiliki pemimpin, namun tidak mempunyai sistem pembagian kerja mapun sistem pelapisan sosial. Interaksinya bersifat spontan dan tidak terduga. Individu-individu yang merupakan kerumunan, berkumpul secara kebetulan di suatu tempat, dan juga pada waktu yang bersamaan. Bina Nusantara
11
5. Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
Warga pedesaan mempunyai hubungan erat dan mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok berdasar kekeluargaan. Warga pedesaan umumnya mengandalkan hidupnya dari pertanian. Sistem gotong royong, pembagian kerja tidak berdasarkan keahlian. Cara bertani sangat tradisional dan tidak efisien karena belum mengenal mekanisasi dalam pertanian. Mereka bertani semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup, bukan untuk bisnis. Golongan orang tua dalam masyarakat pedesaan memegang peranan penting Bina Nusantara
12
Kehidupan keagamaan berkurang dibanding kehidupan agama di desa.
5.2. Masyarakat Perkotaan Kehidupan keagamaan berkurang dibanding kehidupan agama di desa. Orang kota lebih individual, dan kurang bergantung pada orang lain. Pembagian kerja lebih tegas dan ada batas-batasnya. Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan lebih banyak. Interaksi-interaksi berjalan berdasarkan kepentingan dan lebih rasional. Jalan kehidupan yang cepat di kota mengakibatkan pentingnya faktor waktu. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota karena kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar. Bina Nusantara
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.