Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Kuliah VI: (MAKE UP CLASS) GAYA BAHASA JURNALISTIK

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Kuliah VI: (MAKE UP CLASS) GAYA BAHASA JURNALISTIK"— Transcript presentasi:

1 Kuliah VI: (MAKE UP CLASS) GAYA BAHASA JURNALISTIK
Univ. Esa Unggul Jakarta, 24 Oktober, 2015. Dosen: Sopian, S. Sos., M.I.K Kuliah VI: (MAKE UP CLASS) GAYA BAHASA JURNALISTIK

2 GAYA BAHASA Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jatan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah. serta menimbulkan konotasi tertentu (Dale, 1971, dalam Tarigan, 1985) Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperliharkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik haru mengandung tiga unsur berikut: kejujuran, sopan-santun, dan menarik (Keraf, 2004:l l3).  Kejujuran  mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah yang benar dan baik dalam berbahasa. Sopan-santun  menghormati orang yang diajak bicara, khususnya pendengar atau pembaca. Rasa hormat dalam gaya bahasa imanifestasikan melalui kejelasan dan kesingkatan. Menarik  dapat diukur melalui beberapa komponen berikut: variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya khayal (imajinasi) (Keraf, 2OO4:114).

3 Pembagian Gaya Bahasa Perbandingan
Secara umum, gaya bahasa terdifl atas empat bagian besar: a) gaya bahasa perbandingan; b) gaya bahasa pertentangan; c) gaya bahasa pertautan, dan; d) gaya bahasa perulangan. Gaya bahasa ini mencoba membandingkan dua hal yang sama atau dua hal yang berbeda. Dengan gaya bahasa perbandingan kita akan mengetahui unsur-unsur apa saja yang dianggap sama, dan unsur-unsur apa pula yang dianggap berbeda atau bahkan bertentangan satu sama lain. Menurut Henry Guntur Tarigan, Guru Besar Linguistik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, gaya bahasa ini mencakup sepuluh jenis: (1) perumpamaan, (2) metafora, (3) personifikasi (4) depersonifikasi, (5) alegori, (6) antitesis, (7) pleonasme dan tautologi, (8) perifrasis, (9) anitisipasi (prolepsis), dan (10) koreksio (epanortosis).

4 a.Gaya Bahasa Perbandingan
l. Perumpamaan Membandingkan dua hal yang berbeda sehingga dianggap memiliki unsur-unsur persamaan di antara keduanya  gayabahasa perumpamaan. Dalam bahasa latin disebut simile yang bermakna seperti. Para jurnalis, hanya dapat menggunakan gaya bahasa perumpamaan ketika menulis tajuk rencana, arlikel, kolom, berbagai jenis cerita khas (feature). Contoh: Penjahat itu licin seperti belut.... Orang itu rakus seperti monyet.... 2. Metafora Metafora adalah pemakaian kata-kata bukan arti yang sebenanrya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan perbandingan (Poerwadarminta, 1976:648). Pada metafora, kata-kata penyebut yang secara eksplisit menunjukkan adanya perbandingan yakni bagai, bak, ibarat, seperti, laksana, tidak disebutkan seperti pada “perumpamaan”. Contoh: anak emas, buah bibir, buah tangan, mata keranjang, kelinci percobaan,

5 3. Personifikasi Secara etimologis, personifikasi berasal dari bahasa latin, persona, yang berarti: orang, pemain, pelaku, aktor; subjek, atau topeng dalam permainan drama dan sandiwara. Menurut Edgar Dale, dengan gaya bahasa personifikasi, kita memberikan ciri-ciri atau kualitas pribadi seseorang kepada gagasan atau benda-benda tidak bernyawa sehingg benda-benda tidak bernyawa itu seolah-olah menjadi hidup atau bemyawa seperti layaknya manusia (Dale, l97l:221). Personifikasi adalah gaya bahasa perbandingan yang mengandaikan benda-benda mati, termasuk gagasan atau konsep-konsep yang abstrak, berperilaku seperti manusia yang bisamenggerakkan seluruh tubuhnya, berkata-kata, bernyanyi, bersiul, berlari, menari, melihat, mencium. Contoh: nyiur melambai, mentari mencium tubuh gadis itu,.... 4. Depersonifikasi Gaya bahasa depersonifikasi merupakan kebalikan dari personifikasi. Deperrsonifikasi mengandaikan manusia atau segala hal yang hidup, bernyawa, sebagai benda mati. Contoh: Dia berdiri mematung, wajah gadis itu membeku, akulah mataharimu,...

6 5. Alegori Alegori berasal dari bahasa Yunani, allegorein, yang berarti bicara secara kias atau bicara dengan menggunakan kias. Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-larnbang, tempat atau wadah objek-objek atau gagasan-gagasan yang diperlambangkan. Biasanya mengandung sifat moral manusia. Contoh: Buaya yang tamak, klancil yang cerdik, monyet yang rakus, 6. Antitesis Antitesis berarti lawan yang tepat atau pertentangan yang sebenarnya (Poerwadarminta, L976:52). Antitesis adalah sejenis gaya bahasa yang mengadakan perbandingan antara dua antonim yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan. Contoh: Dia bersukacita kalau aku dipenjara; Kecantikannyalah yang membawanya ke lembah nista; Meski diludahi berkali-kali, dia tetap tersenyum. 7. Pleonasme dan Tautologi Pleonasme adalah pemakaian kata mubazir atau berlebihan yang sebenarnya tidak perlu (Poerwadarminta, 1976:761). Suatu acuan disebut pleonasme apabila kata yang berlebihan itu dihilangkan, artinya tetap utuh (Keraf, 1985:133).

7 Plenonasme bisa disebut juga merupakan pencgasan terhadap suatu kata atau konsep yang sudah tegas dan jelas. Contoh: Rektor baru akan tiba pukul sore.... Dia mendengar istrinya telah selingkuh dengan seseorang dengan telinganya sendiri.  Tautologi adalah penegasan terhadap suatu hal yang mengandung unsur perulangal tetapi dengan menggunakan kata-kata yang lain. Bahasa jurnalistik tidak menyukai pleonasme dan tautologi karena keduanya bertentangan dengan prinsip keringkasan dan klugasan. Contoh: Pencopet yang tewas diakar massa itu kini tak bisa gentayangan lagi di bus-bus umum; Darah merah itulah yang melumuri wajahnya; Para pengungsi menerima bantuan satu ton atau seribu kilogram beras.... 8. Perifrasis Perifrasis adalah sejenis gaya bahasa yang agak mirip dengan pleonasme. Keduanya menggunakan kata-kata lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Perbedaannya: pada gaya bahasa perifrasis, kata-kata yang berlebihan itu dapat diganti dengan sebuah kata saja (Keraf, 2OO4:134). Contoh: beristtrahat dengan tenang untuk selama-lamanya (meninggal dunia); mengakhiri masa lajangnya (menikah).

8 9. Antisipasi (Prolepsis)
Kata antisipasi berasal dari bahasa Latin, anticipatio, yang berarti mendahului atau penetapan yang mendahului tentang sesuatu yang masih akan dikerjakan atau akan terjadi (Shadily, 1980:284). Contoh: Tiga hari sebelumnya, gadis malang itu masih sempat singgah ke salon.... Masih enam bulan lagi Piala Dunia 2006 digelar, telapi jerman sudah bersolek habis-habisan. Hatinya berbunga-bunga, minggu depan ia akan disunting pengusaha.... 10. Koreksio (Epanortosis) Koreksio atau epanortosis adalah gaya bahasa yang berwujud semula ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memeriksa dan memperbaikinya (Tarigan, 1985:34-35). Laki-laki pemulung itu pun mencintai, eh meniduri, sang nenek separuh baya ini hingga subuh. Dalam karya jurnalistik tertentu seperti features, boleh saja sesekali gaya bahasa ini digunakan untuk menghindari kejenuhan atau kemonotonan.

9 B. GAYA BAHASA PERTENTANGAN
Gaya bahasa pertentangan yaitu membandingkan dua hal yang berlawanan atau bertolak belakang. 1. Hiperbola Adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang melebih-lebihkan jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya, dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya. Contoh: Sedikitnya 120 rumah rata dengan tanah disapu badai.... Jakarta nyaris tenggelam dilanda banjir.... Gunung kudaki dan laut kuseberangi demi cintaku padamu.... 2. Litotes Litotes adalah majas yang dalam pengungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif atau bentuk yang bertentangan. Litotes mengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan yang sebenarnya (Moeliono, 1984:3). Litotes, menurut seorang guru besar linguistik adalah sejenis gayabahasa yang mengandung pernyataan yang dikecil-kecilkan, dikurangi dari kenyataan yang sebenarnya, misalnya untuk merendahkan diri (Tarigan, 1985:b8). Contoh: Jika ada waktu, singgahlah di gubuk saya (padahal rumahnya mewah).

10 3. Ironi Ironi ialah majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud berolok-olok. Maksud ini dapat dicapai dengan mengemukakan tiga hal: (a) makna yang berlawanan dengan maakna yang sebenarnya, (b) ketidaksesuaian antara suasana yang diketengahkan dan kenyataan yang mendasarinya, dan (c) ketaksesuaian antara harapan dan kenyataan (Moeliono, 1984:3). lroni ringan merupakan suatu bentuk humor, sedangkan ironi berat atau ironi keras biasanya merupakan suatu bentuk sarkasme atau satire (Tarigan,1985:61). Dalam perspektif bahasa jurnalistik, ironi umumnya digunakan sebagai salah satu bentuk pemenuhan fungsi koreksi (social control) media massa sesuai dengan yang diamanatkan undang-undang. Ironi bisa menyentuh, menyentil, mencubit, tetapi bisa membuat muka para pejabat memerah. Mereka diingatkan untuk tetap berpihak dan mengabdi kepada rakyat. Contoh: Bandung adalah kota kembang yang penuh sampah... Bagus benar prestasinya, tiga kali naik ring, tiga kali terkapar... Meski sedang diadili dalam dalam perkara konrupsi, ia tetap mencalonkan dirt menjadi gubernur.

11 4. Oksimoron Oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama (Kerap, 1985) Contoh: Terjun payung adalah olah raga berisiko kematian, tetapi eksekutif muda itu sangat menyukainya; Perang bisa menciptakan perdamaian tetapi juga bisa menimbulkan kehancuran; Dengan televisi kita bisa menghibur diri, dengan televisi pula kita bisa bunuh diri. 5. Satire Satire adalah uraian yang harus ditafsirkan lain dari makna permukaannya. Satire adalah ungkapan yanng menertawakan atau menolak sesuatu. Bentuk ini tidak harus bersifat ironis. Satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia, tetapi tujuan utamanya adalah agar diadakan perbaikan secara etis dan estetis (Keraf, 1985) Satire dalam bentuk tulisan, antara lain tercermin dari tulisan yang judulnya semacam: Indonesia Surga Narkoba, Wakil Rakyat atau Wakil Konglomerat.

12 6. Inuendo Inuendo adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Gaya bahasa ini menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak langsung, dan sering tampaknya tidak menyakitkan hati kalau ditinjau sambil lalu saja (Keraf, 1985:144). Inuendo mengandung unsur eufemisme. Contoh: Pidatonya disambut dingin karena tidak menyinggung kenaikan gaji. Persib Bandung kalah 1-2 dari PSDS Deli Serdang karena salah stategi. Karena hobi makan di restoran, badannya seperti gajah. 7. Antifrasis Arrtiflrasis adalah gaya bahasa yang berupa penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya. Perlu diingat benar-benar bahwa antifrasis akan dapat diketahui dan dipahami dengan jelas bila pembaca atau penyimak dihadapkan pada kenyataan bahwa yang dikatakan itu adalah kebalikannya. Bila diketahui yang hadir adalah seorang yang kurus, lalu dikatakan si gendut telah hadir, maka gaya bahasa tersebut adalah antifrasis (Tarigan, 1985:75). Inilah pahlawan kita (padahal pengkhianat)...

13 8. Paradoks Paradoks adalah suatu pernyataan yang bagaimanapun diartikan selalu berakhir dengan pertentangan (Shadily, 1984:2552). Paradoks adalah semacam gayabahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengar fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian karena kebenarannya (Keraf, 1985:136; 2004:136) Contoh: Dia menderIta dalam keluarga bahagia; Mantan pejabat itu merasa bahasia setelah masuk penjara; Panen melimpah petani menangis 9. Klimaks Kata klimaks berasal dari bahasa Yunani yang berarti tangga. Klimaks adalah sejenis gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang semakin lama makin mengandung penekanan. Kebalikannya adalah antiklimaks (Shadily, 1984:1795). Contoh: Datang, berjuang, menang.... Balita, remaja, dewasa, manula.... Di dunia bahhagia di akhirat masuk surga.

14 10. Antiklimaks Kebalikan dari klimaks. Sebagai gaya bahasa, antiklimaks merupakan suatu acuan yang berisi gagasan-gagasan yang durutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. Antiklimaks merupakan istilah yang masih umum. Lebih spesifiknya yaitu: dekrementum, katabasis, dan batos. Dekrementum  semacam antiklimaks yang berwujud menambah gagasan yang kurang penting pada suatu gagasan yang penting. Contoh: Rektor mengingatkan gelar sarjana yang diraih akan sangat penting maknanya apabila sejak esok hari para wisudawan tak bertopang dagu di teras rumah. Katabasis  sejenis gaya bahasa antiklimaks yang mengurutkan sejumlah gagasan yang semakin kurang penting. Contoh: Kampanye gerakan hidup sehat itu diikuti para manula, dewasa, remaja, anak-anak, dan bahkan balita. Batos  sejenis gaya bahasa antiklimas yang mengandung penukikan tiba-tiba dari suatu gagasan yang sangat penting ke suatu gagasan yang sama sekali tidak penting. Contoh: Dia dikenal sebagai jenderal penembak jitu, hidup di bawah ketiak isteri pula; Dia guru agama teladan di sekolahnya, dan kemarin tertangkap basah mencabuli anak ingusan.

15 11. Sinisme Sinisme adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Sinisme adalah ironi yang lebih kasar sifatnya. Namun kadarng-kadang sukar ditarik batas yang tegas antara keduanya (Tariga, 1985:91). Prinsip jurnalistik tidaklah dibangun di atas sinisme tetapi di atas landasan realisme. Selain itu, bahasa jurnalistik tidak lepas dari fungsi koreksi (social control, to infleunce) yang melekat dalam dirinya. Contoh: Apa yang tidak bisa Anda beli? Jangankan mobil dan rumah mewah, istri orang lain pun Anda sikat. Bahkan negara ini besok menjadi milik Anda. 12. Sarkasme Bila dibandingkan dengan troni dan sinisme, sarkasme lebih kasar. Sarkasme adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung olok-olok atau sindiran pedas dan menyakiti hati (Poerwadarminta, 1976:874). Bahasa jurnalistik tunduk kepada kaidah etis. Jadi, bahasa jurnnalistik terlarang menggunakan kata-kata kasar, menyakiti hati. Contoh sarkasme pengutipan: “Kalau kau sudah bosan hidup, lawan aku...”; “Biangkerok, kamu memang pantang kucincang”.   Contoh sarkase pelaporan: Kejaksaan kini memeriksa lima koruptor yang terkutuk dan penuh laknat itu.

16 C. GAYA BAHASA PERTAUTAN
Gaya bahasa perbautan menunjukkan adanya hubungan pertautan atau pertalian di antara dua hal yang sedang dibicarakan. Metonomia Metonomia adalah gaya bahasa yang mempergunakan nama sesuatu barang bagi sesuatu yang lain berkaita erat dengannya. Dalam metonomia sesuatu barang disebutkan tetapi yang dimaksud barang yang lain (Dale, 1971, dalam Tarigan, 1985) Metonomia ialah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal, sebagai penggantinya. Kita dapat menyebut pencipta atau pembuatnya, jika yang kita maksudkan ciptaan atau buatannya ataupun kita menyebut bahannya jika yang kita maksudkan bahannya (Moe1iono, 1984:3). Contoh: Sudah. kalau tak ada yang lain, pakai Kijang saja; Kalau mau ke Bali, Merpati terbang lebih pagi. Garuda agak siang, sementara Pelita sore. 2. Sinekdoke Sinekdoke adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya, atau sebaliknya (Moe1iono, 1984:3). Sinekdoke adalah gaya bahasa yang mengatakan sebagian untuk pengganti keseluruhan (Dale, 197 I :236).

17 Contoh: Melawan Medan, Bandung belum pernah menang meskipun bertemu di Siliwangi; Jakarta marah atas keputusan Canberra menerima suaka politik 42 warga Papua; Para pengunjuk rasa adu mulut dengan polisi... 3. Alusi Alusi atau kilatan adalah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke sesuatu (peristiwa atau tokoh) berdasarkan peranggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh pengarang dan pembaca serta adanya kemampuan pembaca untuk menangkap pengacuan itu. Misalnya, apakah peristiwa Madiun akan terulang? Contoh: Westerling muncul lagi di poso dan beberapa kota di Maluku; Hanya satu cara unfuk mengangkat Persib: kobarkan kembati semangat Bandung Lautan Api; Kartini masa kini.... 4, Eufemisme Adalah ungkapan yang lebih halus pengganti ungkapan yang dirasakan kasar dan dianggap merugikan atau tidak menyenangkan. Misalnya: mati  meninggal, pengangguran  tunakarya,

18 5. Eponim Semacam gaya bahasa yang mengandung nama seseorang yang begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat tersebut. Contoh: Hercules untuk menyatakan kekuatan, Dewi Fortuna menyatakan keberuntungan, ... 6. Epitet Semacam gaya bahasa yang mengandung acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khas dari seseorang atau sesuatu hal. Keterangan itu merupakan suatu frasa deskriptif yang memerikan atau menggantikan nama sesuatu benda atau nama seseorang (Keraf). Contoh: Raja rimba untuk singa, putreri malam untuk bulan, maung Bandung untuk Persib,.... 7. Antonomasia Semacam gaya bahasa yang merupakan bentuk khusus dari sinekdoke yang berupa pemakaian sebuah epitet untuk menggantikan nama diri atau gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri. Antonomasi adalah gaya bahasa yang merupakan penggunaan gelar resmi atau jabatan sebagai pengganti€ nama diri (Tarigan, 1985: 132: Keraf, 2OO4:I42). Contoh: Tulisan “Gubernur DKI Jakarta Cahaya Basuki Purnama” dalam suatu kalimat  ditulisa dengan “gubernur” saja pada kalimat lain.

19 8. Erotesis atau Retoris Berupa pertanyaan yang bertujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan tidak menuntut suatu jawaban. Contoh: Haruskah para guru mogok mengajar? Padahal mereka ... 9. Paralelisme Gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Kesejajaran tetrsebut dapat pula berbentuk anak kalimat yang bergantung pada sebuah induk kalimat yang sama. Gaya bahasa ini lahir dari struktur kalimat yang berimbang (Keraf, 1985). Contoh: Dosen bicara, mahasiswa menyimak, saling menghargai dan menghormati; Suami bekerja mencari nafkah, isteri mengabdi di runah,....

20 10. Elipsis Gaya bahasa yang di dalamnya dilaksanakan penanggalan atau penghilangan kata-kata yang memenuhi bentuk katimat berdasarkan tatabahasa. Elipsis adalah gaya penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting dalam konstruksi sintaksis yang lengkap. Contoh: Sudahlah (Sudahlah jangan diungkit-ungkit lagi); Sekarang saatnya (untuk membalas, membuktikan sesuatu, atau sejenisnya). 11. Asindeton Asindeton adalah semacam gaya bahasa yang berupa acuan padat dan mampat ketika beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk tersebut biasanya dipisahkan saja oleh tanda koma (Tarigan, 1985; Keraf, 2OO4) Contoh: Harta, tahta, wanita, bukan itu yang dicari para pejuang kemerdekaan. Hanya tiga yang selalu diminta walikota: bersih, indah, nyaman. Pejabat datangm penjahat lengang, pedagang senang, artis berdendang.

21 D. GAYA BAHASA PERULANGAN
Perulangan atau repetisi adalah gaya bahasa yang mengandung perulangan bunyi, suku kata, kata, frasa, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Tarigan, l985 : 180). Gaya bahasa perulangan berfungsi untuk menekankan suatu gagasan atau peristiwa, sehingga mendapat perhatian dan dicatat dalam ingatan khalayak. l. Aliterasi Allterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya digunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk perhiasan atau untuk penekanan (Keraf' 1985:130). Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa yang memanfaatkan pemakaian kata-kata yang permulaannya sama bunyinya (Tarigan, 1985). Contoh: di dadaku ada kamu di dadamu ada aku di perutmu ada aku di perutmu ada kamu ....

22 2. Asonansi Asonansi adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan vokal yang sama. Biasanya dipakai dalam karya puisi ataupun dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau menyelamatkan keindahan (Tarigan, 1985:182; Keraf, 2004:130). Berbeda dengan aliterasi yang mungkin dianggap agak berat dalam arti agak susah dicerna maknanya. Asonansi justru terasa ringan, baik dalam pengucapan maupun dalam pemaknaan. Salah satu tujuan asonansi adalah untuk menyampaikan pesan dalam ungkapan yang berwarna, tidak tembak langsung. Contoh: Dari mana datangnya lintah Dari sawah turun ke hati Dari mana datangnya cinta Dari mata turun ke hati. Jangan pergi ke sawah pagi-pagi Kalau tidak ingin tubuh kena belalang. Jangan mencari kekasih yang pergi Kalau tak mau tubuh kering kerontang

23 3. Antanaklasis Antanaklasis adalah gaya bahasa yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda (Ducrot dan Todorov, 1981: Tarigan). Antanaklasis merupakan variasi kalimat untuk menghindari kejenuhan sekaligus untuk menunjukkan penekanan serta pemilahan-pemilihan atas suatu hal yang dibicarakan. Contoh: Buah penanya menjadi buah bibir; Cinta palsu akan berakhir dalam kehancuran, cinta tulus akan hidup dalam keabadian; Ujung rambutnya yang berjuntai, ujung dahinya yang lapang, ujung matanya yang indah, ujung bibirnya yang lancip, membuat putri gunung itu terpilih menjadi Gadis Pesona Kota Kembang 2006. 4 . Kiasmus Kiasmus (chiasmus) adalah semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri atas dua bagian, baik frasa maupun klausa, yang sifatnya berimbang, dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya (Keraf, 2004:132). Kiasmus adalah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus pula merupakan inversi hubungan antara dua kata dalam satu kalimat (Ducrot dan Todorov, 1981:277).

24 Kiasmus adalah jenis peribahasa yang mengajak kita memasuki dunia logika sekaligus mempertanyakan nilai-nilai yang dikandungnya. Kiasmus menggugat sesuatu, apakah sesuatu itu memang sudah benar posisinya, fungsinya, tujuan yang ingin dicapainya, atau memang sudah demikian seharusnya. Melalui kiasmus, kita diingatkan untuk senantiasa berpikir logis, berjiwa kritis, bersikap etis, dan berperilaku sosiologis. Contoh: Hidupmu melawan matahari, siang dijadan malam, dan malam dijadikan siang; Anda kaya, tetapi selalu merasa miskin; Banyak orang pintar bersikap seperti orarg bodoh, dan tidak sedikit orang bodoh yang merasa sok pintar. 5. Epizeukis Epizeukis adalah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung, yaitu kata yang ditekankan atau yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut ((Tarigan 1985). Epizeukis adalah jenis gaya bahasa yang sangat menyakini kekuatan diksi. Contoh: Katakan, ya katakan, dan katakan sekali lagi, kamu memang benar mencintaiku, sayang.... Hanya bapak, bapak, memang hanya bapak, satu-satunya orang yang bisa menolong kami keluar dari tempat neraka ini.

25 6. Tautotes Tautotes adalah gaya bahasa perulangan atau repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi (Keraf, 1985: 127). Tautotes adalah salah satu jenis gaya bahasa bersajak tiktak, saling lempar, rrremberi dan menerima, subjek jadi objek, objek jadi subjek, dan begitu seterusnya. Ada kesan bermain dengan kata-kata, padahal tidak, karena pada setiap engucapan subjeknya berbeda dari apa yang sudah disebutkan sebelumnya. Contoh: Indonesia geram dan marah pada Australia, Australia geram dan marah pada Indonesia, Indonesin dan Australia saling melempar kemarahan, Australia dan Indonesiia selalu bermusuhan. Gubernur memuji bupati, bupati memuji gubernur, gubernur dan bupati saling memuji. 7. Anafora Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat (Tarigan, 1985: 192). Anafora adalah jenis gaya bahasa yang lebih banyak memberi penekanan pada frasa (kelompok kata) yang diletakkan pada awal kalimat, untuk diulang sampai beberapa kali tetapi dengan objek yang berbeda.

26 Contoh: Kamu tahu kan, saya anak rakyat jelata? Kamu tahu kan, saya ini cuma anak buruh tani? Kembalilah ke kampus, kamu pasti bisa kuliah lagi. Kembalilah ke kampus, dosen dan teman-temanmu pasti senang. Kembalilah ke kampus, kamu harus segera menyusun skripsi. 8. Simploke Simploke adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut (Keraf, 1985:128). Simploke adalah jenis gaya bahasa yang lebih banyak memberi penekanan pada klausa dengan cara mengulangnya beberapa kali tetapi pada konteks yang berbeda. Pada simploke, klausa yang ditempatkan pada awal kalimat selalu berganti pada setiap kalimat. Apa tadi, kau bilang aku pe-es-ka, kupu-kupu malam, pelacur, lonte jalanan? Biar saja. Rektor katakan saya dosen sok pintar, saya tegaskan terserah. Rektor katakan saya dosen cari popularitas, saya tegaskan terserah.

27 9. Epanalepsis Epanalepsis adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama dari baris, klausa atau kalimat menjadi terakhir (Tarigan, 1985:201). Epanalepsis adalah jenis gayabahasa repetisi atau perulangan yang memberi tekanan kepada posisi dan fungsi subjek dalam sebuah kalimat. Pada epanalepsis, posisi dan fungsi subjek yang demikian penting, tidak berlaku dalam semua situasi. Artinya, walau ditempatkan pada awal kata, tidak lalu berarti kata atau frasa pada awal kata itu sebagai subjek. Bisa saja merupakan predikat, objek, atau keterangan. Contoh: Pilihlah saya sebagai rektor, jika universitas ini menghendaki perubahan cepat ke arah yang lebih baik, pilihlah! 10. Anadiplosis Yaitu sejenis gaya bahasa repetisi ketika kata atau frasa terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa pertama dari klausa atau kalimat berikutnya (Tarigan, 1985:203). Anadiplosis adalah jenis gaya bahasa repetisi atau perulangan yang dibangun dalam untaian kata bersajak atau berpantun. Contoh : Hany mereka yang berkuasa Hanya yang berkuasa yang mampu bicara Hanya yang bicara yang mampu segala


Download ppt "Kuliah VI: (MAKE UP CLASS) GAYA BAHASA JURNALISTIK"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google