Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PPI Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PPI Pencegahan dan Pengendalian Infeksi"— Transcript presentasi:

1

2 PPI Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Oleh : Ns.Klaudius S.Kep

3 PPI Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Emerging Infectious Diseases (Penyakit infeksi yang baru muncul) Infection Prevention and Control Manual / Manual Pencegahan dan Pengendalian Infeksi PCM

4 Kebijakan 1. Semua rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya harus melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI). 2. Pelaksanaan PPI yang dimaksud sesuai dengan Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya dan pedoman PPI lainnya yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI.

5 3. Direktur rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya membentuk Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI) dan Pedoman Manajerial PPI di RS & Fas. Yan. Kes. Lainnya 4. Komite dan Tim PPI mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai dengan Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. 5. Untuk lancarnya kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, maka setiap rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya wajib memiliki IPCN (Infection Prevention and Control Nurse) purna waktu.

6

7 Konsep Dasar Infeksi Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berproliferasi didalam tubuh yang menyebabkan sakit (potter & Perry 2005). Sedangkan menurut Smeltzer & Brenda (2002), infeksi adalah beberapa penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan organisme patogenik dalam tubuh.

8 Penyebab infeksi Tipe mikroorganisme penyebab infeksi dibagi menjadi empat kategori, yaitu : 1) Bakteri Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan dapat hidup didalam tubuhnya. Bakteri bisa masuk antara lain melalui udara, tanah, air, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya. 2) Virus Virus terutama berisi asam nukleat (nukleat acid) karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk di produksi. 3) Parasit Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda. 4) Fungi Fungi terdiri dari ragi dan jamur

9 Tipe Infeksi 1) Kolonisasi Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang menetap/residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak bisa menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses menginvasi/menyerang bagian tubuh/host manusia yang system pertahanannya tidak efektif dan pathogen menyebabkan kerusakan jaringan. 2) Infeksi local Spesifik dan terbatas pada bagian tubuh dimana mikroorganisme tinggal. 3) Infeksi Sistemik Terjadi bila microorganisme menyebar kebagian tubuh yang lain dan menimbulkan kerusakan. 4) Bakterimia Terjadi ketika didalam darah ditemukan adanya bakteri. 5) Septikimia Multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik. 6) Infeksi akut Infeksi yang muncul dalam waktu singkat. 7) Infeksi kronik Infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam hitungan bulan/tahun).

10 Rantai Infeksi Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang saling mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host atau penjamu yang rentan. Agen infeksi Host/pejamu Reservoir Portal de entry Portal de exit Cara penularan (Perry & Potter 2005)

11 1) Agen Infeksi Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme dikulit bisa merupakan flora transient maupun resident. Mikroorganisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak dikulit. Organisme transient melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan objek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan kecuali dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan detergen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah mikroorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dalam host/pejamu. 2) Reservoir (sumber mikroorganisme) Adalah tempat dimana mikroorganisme pathogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berkembang sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, terutama dikulit, mukosa, cairan atau drainase. Adanya mikroorganisme pathogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang didalamnya terdapat mikroorganisme pathogen bisa menyebabkan orang lain bisa menjadi sakit (carier). Kuman dapat hidup dan berkembang biak dalam reservoir jika karakteristik reservoirnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut adalah air, suhu, ph, udara dan pencahayaan. 3) Portal of exit Mikroorganisme yang hidup didalam reservoir harus menemukan jalan keluar untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoirnya. Jika reservoirnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pencernaan, pernafasan, perkemihan, genetalia, kulit, membrane mukosa yang rusak serta darah.

12 4) Cara penularan Kuman dapat berpindah atau menular ke orang lain dengan berbagai cara seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya. Kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita, peralatan yang terkontaminasi, makanan yang diolah tidak tepat, melalui vector nyamuk atau lalat. 5) Portal masuk Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk kedalam tubuh melalui rute yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan pathogen masuk kedalam tubuh. 6) Daya tahan hospes (manusia) Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap pathogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terafi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.

13 Proses Infeksi Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkat infeksi, patogenisitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan. Berbagai komponen dari system imun memberikan jaringan kompleks mekanisme yang sangat baik yang jika utuh, berfungsi mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme asing dan sel-sel ganas. Pada beberapa keadaan, komponen-komponen baik respon spesifik maupun non spesifik bisa gagal dan hal tersebut bisa mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes. Orang-orang yang mendapat infeksi yang disebabkan oleh defisiensi dalam pertahanan dari segi hospesnya disebut hospes yang melemah. Sedangkan orang-orang dengan kerusakan mayor yang berhubungan dengan respon imun spesifik disebut hospes yang terimunosupres.Ciri-ciri umum yang berkaitan dengan hospes yang melemah adalah : infeksi berulang, infeksi kronik, ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan terhadap kanker tertentu. Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut : 1) Periode inkubasi Interval antara masuknya pathogen kedalam tubuh dan munculnya gejala pertama. 2) Tahap prodromal Interval dari awitan tanda dan gejala non spesifik (malaise, demam ringan, keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain. 3) Tahap sakit Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi. 4) Pemulihan Interval saat munculnya gejala akut infeksi.

14 Pertahanan terhadap infeksi
Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi. Flora normal tubuh yang tinggal didalam dan luar tubuh melindungi seseorang dari beberapa pathogen. Setiap system organ memiliki mekanisme pertahanan terhadap agen infeksius. Flora normal, system pertahanan tubuh dan inflamasi adalah pertahanan non spesifik yang melindungi terhadap mikroorganisme. 1) Flora normal Secara normal tubuh memiliki mikroorganisme yang ada pada lapisan permukaan dan didalam kulit, saliva, mukosa oral dan saluran gastrointestinal. Manusia secara normal mengekskresi setiap hari triliyunan mikroba melalui usus. Flora normal biasanya tidak menyebabkan sakit tetapi biasanya justru turut berperan dalam memelihara kesehatan. Flora ini bersaing dengan mikroorganisme penyebab penyakit untuk mendapatkan makanan. Flora normal juga mengekskresi substansi antibakteri dalam usus. Flora normal kulit menggunakan tindakan protektif dengan menghambat multiplikasi organisme yang menempel dikulit. Flora normal dalam jumlah banyak mempertahankan

15 keseimbangan yang sensitive dengan mikroorganisme lain untuk mencegah infeksi. Setiap faktor yang mengganggu keseimbangan ini mengakibatkan individu semakin beresiko mendapatkan penyakit infeksi. 2) Pertahanan system tubuh Sejumlah system organ tubuh memiliki pertahanan unik terhadap mikroorganisme. Kulit, saluran pernafasan dan saluran gastrointestinal sangat mudah dimasuki oleh mikroorganisme. Organisme pathogen dengan mudah menempel pada permukaan kulit, di inhalasi melalui pernafasan atau dicerna melalui makanan. Setiap system organ memiliki mekanisme pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan dengan struktur dan fungsinya. Berikut ini adalah mekanisme pertahanan normal terhadap infeksi : 3) Inflamasi Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskular dengan menghantarkan cairan, produk darah dan nutrien ke jaringan interstisial ke daerah cidera. Proses ini menetralisasi dan mengeliminasi patogen atau jaringan mati (nekrotik) dan memulai cara-cara perbaikan jaringan tubuh. Tanda inflamasi termasuk bengkak, kemerahan, panas, nyeri/nyeri tekan, dan hilangnya fungsi bagian tubuh yang terinflamasi. Bila inflamasi menjadi sistemik akan muncul tanda dan gejala demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah dan pembesaran kelenjar limfe. Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agen fisik, kimiawi atau mikroorganisme. Respon inflamasi termasuk hal berikut ini: a) Respon seluler dan vaskuler Arteriol yang menyuplai darah yang terinfeksi atau yang cidera berdilatasi, memungkinkan lebih banyak darah masuk dala

16 Respon Imun Saat mikroorganisme masuk dalam tubuh, pertama kali akan diserang oleh monosit. Sisa mikroorganisme tersebut yang akan memicu respon imun. Materi asing yang tertinggal (antigen) menyebabkan rentetan respon yang mengubah susunan biologis tubuh. Setelah antigen masuk dala tubuh, antigen tersebut bergerak ke darah atau limfe dan memulai imunitas seluler atau humural. 1) Imunitas selular Ada kelas limfosit, limfosit T (CD4T) dan limfosit B (sel B). Limfosit T memainkan peran utama dalam imunitas seluler. Ada reseptor antigen pada membran permukaan limfosit CD4T. Bila antigen bertemu dengan sel yang reseptor permukaannya sesuai dengan antigen, maka akan terjadi ikatan. Ikatan ini mengaktifkan limfosit CD4T untuk membagi diri dengan cepat untuk membentuk sel yang peka. Limfosit yang peka bergerak ke daerah inflamasi, berikatan dengan antigen dan melepaskan limfokin. Limfokin menarik & menstimulasi makrofag untuk menyerang antigen. 2) Imunitas humoral Stimulasi sel B akan memicu respon imun humoral, menyebabkan sintesa imunoglobulin/antibodi yang akan membunuh antigen. Sel B plasma dan sel B memori akan terbentuk apabila sel B berikatan dengan satu antigen. Sel B mensintesis antibodi dalam jumlah besar untuk mempertahankan imunitas, sedangkan sel B memori untuk mempersiapkan tubuh menghadapi invasi antigen. 3) Antibodi Merupakan protein bermolekul besar, terbagi menjadi imunoglobulin A, M, D, E, G. Imunoglobulin M dibentuk pada saat kontak awal dengan antigen, sedangkan Ig G menandakan infeksi yang terakhir. Pembentukan antibodi merupakan dasar melakukan imunisasi. 4) Komplemen Merupakan senyawa protein yang ditemukan dalam serum darah. Komplemen diaktifkan saat antigen dan antibodi terikat. Komplemen diaktifkan, maka akan terjadi serangkaian proses katalitik.

17 Tanda-tanda infeksi Tanda-tanda infeksi menurut Abrams, 1995; Rukmono, 1973; Mitchell & Cotran, 2003 antara lain : 1) Rubor rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut. 2) Kalor Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak daripada ke daerah normal.

18 3) Dolor Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang. 4) Tumor Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial. 5) Functio laesa Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002). Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang.

19 EXP INFEKSI DAERAH OPERASi

20 KEWASPADAAN STANDAR 1. Hand hygiene 2. Alat pelindung diri 3
KEWASPADAAN STANDAR 1. Hand hygiene 2. Alat pelindung diri 3. Perawatan peralatan pasien 4. Pengelolaan limbah 5. Pengendalian lingkungan 6. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen 7. Kesehatan karyawan 8. Penempatan pasien 9. Etika batuk 10.Praktek menyuntik yang aman 11.Praktek untuk lumbal punksi

21

22

23 Hand Hygiene : PENTING !! Kegagalan melakukan hand hygiene yang baik dan benar: – penyebab utama infeksi rumah sakit (health-care associated infections) – penyebab transmisi mikroorganisme multiresisten – kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce and Pittet, 2002)

24 Transmisi Mikroorganisme

25 Kontak perawat dengan pasen

26

27

28

29

30 HAND HANDRUBBING HYGIENE
HANDWASHING

31

32

33

34 PERTIMBANGAN PEMILIHAN APD
 Tipe paparan yang akan diantisipasi: Kontak langsung Splash/sprays semprotan Droplet tetesan Airborne lewat udara Darah dan cairan tubuh lain dalam volume besar yang dapat menembus baju  Kesesuaian jenis APD dengan jenis tugas yang dilakukan  Kesesuaian ukuran APD dengan tubuh

35

36

37

38

39

40

41

42

43 http://klauners.wordpress.com http://ukmakbidsukawati.blogspot.co.id/
BISA KUNJUNGI LINK PRIBADI NS.KLAUDIUS S.KEP WORDPRESS BLOG OIKOUMENE WEB PRIBADI INDEPENDEN AKADEMI INDONESIA SILAKAN FOLLOW

44 terima kasih


Download ppt "PPI Pencegahan dan Pengendalian Infeksi"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google