Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KOMUNIKASI NON VERBAL.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KOMUNIKASI NON VERBAL."— Transcript presentasi:

1 KOMUNIKASI NON VERBAL

2 Sangat sering, dan bahkan mayoritas relasi antar manusia dilakukan dengan sentuhan, gerakan, tekanan suara, bahkan ekspresi wajah untuk memperkuat komunikasi verbal yang dilakukannya. Dari mulai bertemu hingga berpisah, manusia mengobservasi satu sama lain dengan segala rasa, pendengaran serta intonasi, serta tampilan dan apa yang dikenakannya, seperti layaknya mempersepsi komunikasi verbal yang juga dilakukannya.

3 Komunikasi nonverbal sangat penting karena manusia menggunakan sistem penyampaian pesannya melalui ekspresi sikap dan juga emosinya. Untuk itu manusia sangat sering, secara sengaja maupun tidak, secara sadar maupun tidak, manusia menilai dan mengambil keputusan juga ditentukan dengan interpretasi dari nonverbal lawan komunikasinya. Emosi manusia dapat terekspresikan pada gerak tubuh, eskpresi wajah, dan juga mata, mengartikan kesedihan, ketakutan, kemarahan bahkan kegembiraan. Komunikasi nonverbal juga sangat penting dalam relasi antar manusia karena nonverbal ini berperan dalam menciptakan impresi. Bahkan terkadang seringkali pesan nonverbal hadir mendahului pesan verbal, dan juga mempengaruhi alur dari komunikasi yang terjadi. Pengalaman manusia membuktikan bahwa betapa sering manusia memberi penilaian pada seseorang berdasarkan warna kulit, ekspresi wajah, cara berpakaian dan lain-lain, bahkan bagaimana manusia memilih teman dan pasangannya berdasarkan impresi pertama.

4 Dalam berkomunikasi, pesan nonverbal lebih tua usianya (lebih dahulu) dari pada komunikasi verbal, karena kita lebih awal melakukannya, paling tidak sebelum usia 18 bulan, sehingga sebenarnya manusia lebih berpengalaman dalam mengirimkan pesan secara nonverbal. Albert Mehrabian mengatakan bahwa efektifitas komunikasi ditentukan oleh sekitar 7% faktor verbal (kata-kata), 38% suara (intonasi,vokal) dan 55% faktor non verbal (bahasa tubuh, ekspresi wajah, gerakan tangan, kaki, dan lain-lain). Ahli lain, Ray L. Birdwhistell mengatakan didalam percakapan langsung, faktor verbal menentukan kurang dari 35% dan lebih dari 65% komunikasi dilakukan secara non verbal, sedangkan Allan Pease menegaskan bahwa sebagian peneliti setuju bahwa faktor verbal terutama digunakan untuk memberikan informasi, sementara faktor non verbal mencerminkan sikap antar pribadi dan dalam beberapa kasus digunakan sebagai penggganti pesan verbal.

5 Komunikasi nonverbal itu bersifat multidimensi
Komunikasi nonverbal itu bersifat multidimensi. Ini dikarenakan pesan nonverbal seringkali berlangsung bersamaan dengan pesan verbal. Fungsi dari pesan nonverbal ini dapat mempengaruhi pesan verbal yang juga dilakukan dalam proses yang bersamaan dalam suatu proses komunikasi. Fungsi-fungsi tersebut diantaranya adalah untuk : Mengulang (repeating), perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal, misalnya kita menganggukan kepala ketika mengatakan ”ya”, atau menggelengkan kepala ketika mengatakan ”tidak”, atau juga mengangkat tangan sambil berkata berhenti. Melengkapi (complementing), atau juga memperteguh atau menekankan perilaku verbal. Misalnya ketika kita melambaikan tangan seraya mengucapkan ”Selamat Jalan”, ”Sampai jumpa lagi, ya”, atau menggunakan gerakan tangan, nada suara yang meninggi, atau suara yang lambat ketika berpidato di hadapan khalayak. Juga seperti memuji seseorang sambil menepuk-nepuk pundak orang tersebut, mengucapkan maaf dengan ekspresi wajah yang juga turut mendukung.

6 Menggantikan (substituting), perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, misalnya dengan menggoyangkan tangan dengan telapak tangan sebagai pengganti kata ”tidak”, ketika seorang pengamen mendatangi mobil atau menunjukan letak ruang dekan dengan jari tangan, tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada seorang mahasiswa baru yang bertanya, ”di mana ruang dekan, Pak?”, juga meletakkan jari telunjuk kearah bibir untuk meminta orang tidak ribut, atau melotot untuk menggambarkan marah. Mengatur (regulating), Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya seorang mahasiswa mengenakan jaket atau membereskan buku-buku, atau melihat jam tangannya menjelang atau ketika kuliah berakhir, sehingga dosen segera menutup kuliahnya atau mengangguk untuk membenarkan pernyataan orang lain dalam suatu diskusi, atau diam untuk memberikan pesan pada yang lain agar mendengarkan seseorang, atau juga pandangan mata seorang ibu langsung kepada mata anaknya yang mengartikan melarang anaknya melakukan tindakan tertentu.

7 Menyangkal (contradicting), Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal. Misalnya seorang suami mengatakan ”Bagus! Bagus!” ketika dimintai komentar oleh istrinya mengenai gaun yang baru dibelinya, seraya terus membaca surat kabar atau menonton televisi. Tetapi karena mata dan gerak tubuh tidak dapat menipu, meskipun kita berkata sesuatu, bila sebenarnya tidak demikian maksudnya, maka mata kita, atau ekspresi wajah kita akan mengatakan yang lain.

8 Klasifikasi non verbal sampai saat ini para ahli belum memiliki kesepakatan → hal ini disebabkan karena perspektif para ahli yang berbeda. Salah satu klasifikasi adalah yang dikemukakan oleh Edward T. Hall, yaitu : Visual, yaitu pesan nonverbal yang terlihat, terbagi dalam Kinesik, yaitu gestural (gerakan anggota tubuh seperti gerakan tangan, kepala, jari tangan dan-lain-lain), postural (yaitu posisi tubuh seperti dalam posisi tegap, terlentang, tengkurap dan lain-lain) dan facial (yaitu gerakan wajah, seperti pupil mata, hidung mulut, dahi dan lain-lain). Proksemik, ini berkait dengan jarak antar peserta komunikasi. Jarak proksemik ini dapat dibagai menjadi fixed-feature space (yaitu pandangan dan perilaku terhadap perubahan struktur ruang yang tidak dapat digerakan tanpa persetujuan kita. Kemudian semi fixed-feature space ( yaitu struktur yang sebagian bisa digerakan atas keinginan kita), dan yang terakhir adalah featured space (yaitu struktur ruang yang sepenuhnya bisa kita gerakan sesuai dengan keinginan kita, seperti dalam jarak intim 0-40 cm, jarak personal cm, jarak sosial cm, dan jarak public diatas 350 cm) Artifaktual, hal ini berkait dengan aksesori yang melekat pada diri seseorang, seperti pakaian, kosmetik, rumah, mobil, dan lain-lain.

9 Audial, yaitu pesan nonverbal yang terdengar
Audial, yaitu pesan nonverbal yang terdengar. Dalam hal ini berkait dengan paralinguistik. Terdapat tiga klasifikasi yang membagi paralinguistik kedalam bentuk vokal, yaitu Vocal qualifiers (seperti volume suara, tekanan suara, ritme suara, waktu/tempo, resonansi dan lain-lain). Vocal characterizers (seperti tertawa, menangis, menguap, mengeluh, membantah, berteriak, dan lain-lain) Vocal segregates (suara-suara yang dihasilkan oleh mulut tetapi tidak dalam bentuk kata formal, seperti ‘shhhh’ untuk membuat orang lain diam, ‘ooohh’ untuk mengatakan mengerti, ‘wahhh’ untuk mengatakan kekaguman, dan lain-lain).

10 Non Visual, Non Audial, yaitu pesan nonverbal yang tidak terlihat dan tidak terdengar. Pesan nonverbal ini terbagi atas Hapstics atau sentuhan. Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan, yang merupakan suatu rentang dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal. Kategori-kategori tersebut adalah Fungsional-profesional. Disini sentuhan bersifat “dingin” dan berorientasi bisnis, misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian. Sosial-sopan. Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan, aturan dan praktik sosial yang berlaku, misalnya jabat tangan. Persahabatan-kehangatan. Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang menandakan afeksi atau hubungan yang akrab, misalnya dua orang yang saling merangkul setelah mereka lama berpisah. Cinta-keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan keterikatan emosional atau ketertarikan, misalnya mencium pipi orangtua dengan lembut; orang yang sepenuhnya memeluk orang lain; orang eskimo yang saling menggosokan hidung. Rangsangan seksual. Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya, hanya saja motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis bermakna cinta atau keintiman.

11 Odoritik atau smell atau bau-bauan
Odoritik atau smell atau bau-bauan. Meskipun kita menerima pesan mayoritas dari pendengaran dan penglihatan, bau yang tercium juga dapat dimaknai dan dipersepsi. Victor Hugo mengatakan bahwa tidak ada yang mampu membangunkan kita dari kesadaran layaknya bau-bauan (nothing awakens a reminiscence like an odor). Meskipun setiap orang memiliki pengalaman mencium bau-bauan dengan menggunakan organ yang sama, budaya yang melingkupi manusia-lah yang membedakan reaksi terhadap bau-bauan tersebut.

12 Terima Kasih


Download ppt "KOMUNIKASI NON VERBAL."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google