Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

TOKOH: THORSTEIN BUNDE VEBLEN ( )

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "TOKOH: THORSTEIN BUNDE VEBLEN ( )"— Transcript presentasi:

1 TOKOH: THORSTEIN BUNDE VEBLEN (1857-1929)
ALIRAN INSTITUSIONAL TOKOH: THORSTEIN BUNDE VEBLEN ( )

2 LATAR BELAKANG MUNCULNYA
Veblen mengkritik teori-teori yang digunakan oleh kaum klasik dan neo-klasik karena mengabaikan aspek-aspek non-ekonomi seperti kelembagaan dan lingkungan Bagi Veblen, masyarakat merupakan suatu fenomena evolusi, segala sesuatunya terus-menerus mengalami perubahan. Dan pola perilaku masyarakat disesuaikan dengan kondisi sosial sekarang. Keadaan dan lingkungan ini oleh veblen disebut “Institusi” Institusi = nilai-nilai, norma-norma, kebiasaan serta budaya LATAR BELAKANG MUNCULNYA

3 Thorstein Bunde Veblen (1857-1929)
Gelar yang diberikan pada Veblen banyak diantaranya: Beberapa buku yang ditulis Veblen antara lain: The Theory of Leisure Class (1899) The Theory of Business Enterprise (1904) The Instict of Workmanship and the State of the Industrial Art (1914) The Engineer and The Price System (1921) Absentee ownership and Business Enterprise in Recent Times The Case of Amerika (1923) 1 Maverick : Orang yang selalu berpijak pada pemikiran sendiri tanpa peduli dgn pemikiran umum yg dianggap lumrah 2 Iconoclast : Orang yang suka menyerang dan menjatuhkan ide-ide atau gagasan orang-orang atau institusi tradisional yang diterima umum 3 Radikal : Orang yang sering bahkan terus-menerus mempermasalahkan inti kebenaran dari tata susunan masyarakat

4 Dalam The Theory of the Leisure Class, Veblen menjelaskan tentang dorongan dan pola konsumsi masyarakat. Dia menjelaskan bahwa dulu perilaku orang terikat dgn masyarakat sekeliling . Sedangkan sekarang orang hanya mementingkan diri sendiri saja, dan tidak terlalu tertarik dgn kepentingan masyarakat banyak. Yang diperhatikan oleh masyarakat sekarang hanya uang. Dengan harta melimpah orang berlomba-lomba membeli barang yang digunakan untuk pamer. Hal ini oleh Veblen disebut Conspicuous Consumption yaitu konsumsi barang dan jasa yang bersifat ostentatious (pamer, melagak) untuk membuat oarang kagum. 1 2 3 4 MOTIVASI KONSUMEN

5 Bagi Veblen gambaran yg disebutkan diatas terbalik dgn tesis kaum klasik dan neo-klasik.
Kedua kaum tsb mengatakan bahwa orang akan selalu memilih alternatif konsumsi terbaik untuk memperoleh kepuasan sebesar-besarnya. Perilaku tsb juga bertentangan dgn anggapan klasik bahwa setiap keputusan konsumen didasarkan pada rasio bukan emosi. Menurut pandangan veblen, orang yg membeli sesuatu barang yang melebihi proporsi yg wajar, jelas tidak rasional. Namun lebih bersifat emosional. MOTIVASI KOSUMEN

6 Company Logo

7 PERILAKU PENGUSAHA Dahulu para pengusaha pada umumnya menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh keuntungan melalui kerja keras. Sedangkan sekarang para pengusaha menciptakan barang-barang yang disukai konsumen melalui trik-trik bisnis Veblen melihat dimasa sekarang semakin banyak dijumpai jenis pengusaha pemangsa (predator) Veblen juga melihat di masyarakat tumbuh dengan pesat golongan absentee ownership Veblen menilai bahwa pengusaha absentee ownership memperoleh keuntungan besar dengan cara kongkalikong dgn penguasa akan melahirkan golongan leisure class

8 TOKOH-TOKOH INSTITUSIONAL LAINNYA
Wesley Clair Mitchel ( ) . Salah satu karyanya adalah Business Cycles and Their Causes (1913). Dia menjelaskan masalah fluktuasi ekonomi dgn berbagai macam data statistik Gunnar Karl Mrydal ( ). Dia menulis buku diantaranya: Value in Social Theory (1958). Dia percaya bahwa pemikiran institusional sangat diperlukan dlm melaksanakan pembangunan di negara-negara berkembang Joseph A. Schumpeter ( ). Dia berpendapat bahwa sumber utama kemakmuran bukan terletak dlm domain ekonomi itu sendiri, melainkan berada diluarnya yaitu dalam lingkungan dan institusi masyarakat. Douglas North Dia berpendapat bahwa peran institusi baik politik maupun institusi ekonomi juga penting dalam pengerak ekonomi. Institusi disini adalah peraturan perundang-undangan serta norma-norma perilaku yg membentuk interaksi antara manusia

9 diharapkan dapat mendukung
LEMBAGA diharapkan dapat mendukung terjadinya transaksi (exchange) ekonomi secara EFISIEN, LANCAR, TERJAMIN, TERATUR, STABIL Meningkatkan rutinitas, keteraturan Insentif dan disinsentif kepada individu Membentuk/ mempengaruhi pola interaksi setiap individu

10 Ilmu Ekonomi Kelembagaan memusatkan diri pada pemahaman mengenai institusi (lembaga) yang dapat mempengaruhi perilaku ekonomi, sehingga dapat menurunkan biaya transaksi

11 BENTUK KELEMBAGAAN NORMA-KONVENSI ATURAN MAIN (HUKUM)
PENGATUR HUBUNGAN KEPEMILIKAN

12 kelembagaan reformasi administrasi (administrative reform)
PROBLEM KELEMBAGAAN kelembagaan reformasi administrasi (administrative reform) sistem hukum (legal system reform) politik (political reform) Company Logo

13 Indikator Kemudahan Melakukan Bisnis di Beberapa Negara
1. Problem ADMINISTRASI Indikator Kemudahan Melakukan Bisnis di Beberapa Negara Negara Jumlah Prosedur Jumlah Hari Biaya (% income/kapita) Banglades 8 35 91,0 Kamboja 11 94 480,1 China 12 41 14,5 Hongkong 5 3,4 India 89 49,5 Indonesia 151 130,7 Korea Selatan 22 17,7 Laos 9 198 18,5 Malaysia 30 25,1 Filipina 50 19,5 Singapura 7 1,2 Sri Langka Taiwan 48 6,3 Thailand 33 6,7 Vietnam 56 28,6

14 2. Problem LEGALI Reformasi terhadap sistem legal juga tidak berjalan, sehingga pencurian hak cipta, penjiplakan, dan pembajakan merupakan hal yang biasa dalam keseharian kegiatan ekonomi. Implikasinya, insentif ekonomi untuk melakukan investasi menjadi hilang. Studi yang dilakukan oleh PERC (Political and Economic Risk Counsultancy) pada 2010 menyebutkan Indonesia memiliki catatan terburuk dalam melindungi hak kekayaan intelektual di Asia (peringkat paling buncit dari 12 negara Asia yang disurvei). Company Logo

15 Kendala untuk berinvestasi di Indonesia masih dominasi dengan buruknya pelayanan dari pemerintah ke Investor baik adanya korupsi, inefisensi birokrasi, dan penyediaan infrastruktur oleh pemerintah. Sumber: Global Competitiveness index 2011 dan 2012

16 3. Problem POLITIK political rent-seekers
kursi DPR RI butuh dana Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar paling efektif justru membagikan uang pada saat-saat terakhir menjelang coblosan. "Type masyarakat kita ingat yang terakhir beri," Company Logo

17 PERUNTUKAN KAMPANYE alat peraga kampanye konsumsi dan transportasi
berkeliling sosialisasi publikasi atau iklan media, dan kegiatan-kegiatan serta uang saksi. Company Logo

18 PENDAPATAN DPR Berikut Rincian Gaji DPR RI : Gaji pokok : Rp Tunjangan listrik : Rp Tunjangan Aspirasi : Rp Tunjangan kehormatan : Rp Tunjangan Komunikasi : Rp Tunjangan Pengawasan : Rp TOTAL : Rp /bulan Masing-masing anggota DPR mendapatkan gaji yang sama. Sedangkan penerimaan non bulanan atau nonrutin. Dimulai dari penerimaan gaji ke-13 setiap bulan Juni. Gaji ke-13 : Rp Company Logo

19 PERINGKAT DAYA SAING INFRASTRUKTUR INDONESIA TERHADAP NEGARA ASIA LAINNYA
Infrastruktur merupakan Tantangan yang harus segera diatasi... Indonesia China Vietnam Thailand Filipina Malaysia Singapore 2009 2010 2011 INFRASTRUKTUR 84 82 69 123 47 113 23 2 Jalan 94 83 54 37 100 18 Kereta Api 60 56 52 21 71 63 101 7 Pelabuhan 95 96 103 111 15 1 Bandara 68 80 72 32 115 20 Angk. Udara 34 16 28 17 Ketenagalistrikan 97 98 49 109 50 104 38 4 Telephone 79 55 70 40 Tel. Seluler - 5 92 Sumber: World Economic Forum Secara umum, Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dan Vietnam untuk daerah Asia Tenggara. Dari kondisi infrastruktur yang ada, sektor jalan, pelabuhan, dan listrik masih memiliki daya saing yang rendah.


Download ppt "TOKOH: THORSTEIN BUNDE VEBLEN ( )"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google