Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

DAFTAR PUSTAKA Bertens, K, Filsafat Barat dalam Abad XX, Jakarta

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "DAFTAR PUSTAKA Bertens, K, Filsafat Barat dalam Abad XX, Jakarta"— Transcript presentasi:

1 DAFTAR PUSTAKA Bertens, K, 1981. Filsafat Barat dalam Abad XX, Jakarta
Don Martin Dale, 1960, The Nature and Types of Sociological Theory, Houghton Mifflin Company, Boston Hasbullah Bakrie, 1986 Sistematika Filsafat, Jakarta Harun Hadiwijono, 1985, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yayasan Kanisius, Yogyakarta Harry Hamersma, Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern, Gramedia, Jakarta Hassan Shadily, Ensiklopedia Umum, Jakarta Herman Soewardi dan Rusidi, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian (Catatan Kuliah 1989/1990) Hirschberger, J., 1989, The History of Philosophy, Translated by A. Fuerst, Milwaulee Juhaya S. Praja. Aliran-aliran Filsafat dari Rasionalisme Hingga Sekularisme, Alva Gracia, Jakarta Poedjawijaina, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, Bina Aksara Jakarta Rusidi. Teknik Penelitian Sosial. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, Univesitas Padjadjaran, 7 Februari - 7 Maret1983 Soedjono Dirdjosisworo, 1985, Pengantar Epistemologi dan Logika. CV. Remaja Karya, Bandung Prof. Dr. Conny R. Semiawan, dkk Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung M. M. Amin. Prospek pendidikan Filsafat di Indonesia. Sumbangan filsafat confucianisme menghadapi abad XXI/Lasya Tim dosen Filsafat Ilmu Fak. Filsafat UGM Filsafat Ilmu (sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan, Penerbit Liberty, Yogyakarta Noeng Muhadjir,H, Prof,Dr Filsafat ilmu (Positivisme, PostPositivisme dan Post Modernisme. Penerbit Rakesarasin, Yogyakarta Yuyun Wirasasmita Bahan Ajar Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung 1

2 FILSAFAT ILMU 2 Filsafat Ilmu; Duduk perkaranya Ilmu/Science
Apa landasan asumsinya Bagaimana logikanya Apa hasil-hasil empirik yang dicapainya Batas-batas kemampuannya Metodologi Penelitian; Upaya Pengembangan Ilmu Berlandaskan tradisi-tradisinya : - Deduktif - Induktif Hasil-hasil yang dicapainya (pengetahuan) - Deskriptif (kualitatif dan kuantitatif) - Hubungan (Proposisi rendah/tinggi, hukum-hukum) Kedua hal tersebut: Mengisi dan memperluas cakrawala kognitif para mahasiswa tentang apa yang disebut ilmu/science itu diharapkan timbulnya pengertian untuk berdisiplin dalam berkarya ilmiah, untuk meningkatkan motivasi mereka sebagai ilmuwan-ilmuwan untuk melaksanakan tugas mereka secara berkesungguhan. FILSAFAT ILMU Ontologi Epistemologi Aksiologi Kreativ itas Ilmu Ontologi : Eksistensi dari segala ilmu, etika dan estetika beserta dimana dan bagaimana eksistensi dan antar hubungannya diantara ilmu tersebut Epistemologi : Meaning/teori/konsepsi pokok yang berlaku bagi masing-masing sub bagian ilmu-ilmu alamiah, ilmu-ilmu sosial, etika dan estetika tersebut, dengan kecenderungan yang kini berlaku, ialah antar atau lintas disiplin dari berbagai ilmu atau humanitas itu. 2

3 „ONTOLOGI“ 3 The quest for knowledge Kemampuan ratio Rasa
Apa yang kita pelajari dari Ilmu: The quest for knowledge Kemampuan ratio Rasa The quest for knowledge, upaya manusia untuk mengetahui (memahami, mengerti dan menghayati) Melanjutkan tradisi dari; lihat yang kita pelajari is; Ilmu-ilmu barat  Pada Filsafat Yunani Kuno Menambahnya dengan akar ilmu dari kita yaitu landasan berpikir yang diperoleh dari Pancasila Apa yang kita akui (seperti Pancasila tersebut) sebagai dasar dan pandangan hidup bangsa, maka „quest for knowledge“ kita harus turunkan. Ada satu kekhususan dari kita dibandingkan ilmu-ilmu Barat yang akan membawa pada kebenaran yang lebih besar, yaitu upaya untuk menemukan dan mengerti ilmu Tuhan yang sangat luas dan dalam. Upaya quest for knowledge  Menggunakan segala kemampuan akal budinya Ilmu Barat: - Menyandarkan pada akal atau rationya saja - Kurang menempatkan budi/rasa „ONTOLOGI“ Melanjutkan tradisi-tradisi dari Barat Akar imu dari landasan berpikir kita (Pancasila) Khususnya Indonesia dengan dasarnya Pancasila menggunakan ratio dan rasa seimbang pada tempat dan tahapan yang benar. Jadi seperti halnya doktrin netralitas etik harus mampu menerapkannya pada tempatnya yang benar dengan takaran yang tepat. Ratio dan rasa mempunyai kemampuan dan keunggulannya untuk digunakan pada tempatnya masing-masing. Ilmu Timur: 3

4 Enam hal yang perlu diperhatikan (kesalahan-kesalahan) dalam “Ilmu Barat”
Postulat dasar ilmu Barat, ialah “space”, “matter”, “causality”, dan “obser-vation”, ternyata semuanya dibuktikan tidak benar (controverted) Dianutnya pendapat Kant bahwa yang orang katakan jagat raya, bukan jagat raya yang sebenarnya, tapi jagat raya sebagaimana diciptakan oleh pikiran manusia Deterministik Newton kehilangan dasar, maka orang mulai dengan “stochastic” Partikel-partikel sub-atomik terbuka untuk interpretasi spiritual Prinsip “uncertainty” sebagaimana ditemukan oleh Heisenberg, dan Kerusakan ekologi (dan atmosfir) yang menyeluruh, yang disebut-nya “planetary ecological crisis” Kesalahan-kesalahan pada postulat dasar: Tentang ‘space’ atau jagat raya. Pandangan yang sekarang berlaku adalah bahwa ‘space’ itu terbatas (‘finite’), tapi lepas; bentuknya lengkung (tidak linier), sehingga garis edar atau orbit benda-benda angkasa berbentuk elips, bukan karena tertarik oleh gaya gravitasi ke matahari, tapi memang bentuknya lengkung. Kemudian, kini berlaku empat dimensi “space-time”, bukan hanya tiga seperti pada Eucledian geometry. Tentang ‘matter’ atau materi. Baik Democritus maupun Newton memandang materi itu solid, tapi ternyata kosong, Mekanika kuantum membuktikannya. Kausalitas ternyata selalu simplisistik. Kini ditemukan bahwa partikel-partikel saling mempengaruhi tanpa dihayati bagaimana hubungan kausality diantara mereka Dengan ditemukannya prinsip “uncertainty” oleh Heisenberg, ternyata observasi terhadap elektron hanya dapat dilakukan kepada salah satu posisi atau kecepatannya. Selain itu observer tidak bisa mengobservasi obyeknya tanpa merusak obyeknya itu 4

5 5 Kemampuan ratio, terletak pada;
Membedakan/menggolongkan, menyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif Menyatakan hubungan-hubungan dan mendeduksi hubungan-hubungan Berdasarkan ketentuan-ketentuan/patokan-patokan yang sangat terperinci Pernyataannya secara tegas „ya“/“tidak“ Kemampuan rasa, terletak pada; Kreatifitas, yang merupakan kegaiban Pemula di segala bidang, nalar, ilmu, etika dan estetika Disebut intuisi Media kontak antara manusia dengan Ilahi Upaya quest for knowledge bagi kita selaku Pancasilais: Harus sama kuat memahami science/maupun humanitas Dalam mencapai kebenaran tidak cukup dengan verifikasi, seperti dalam ilmu Barat, akan tetapi verifikasi yang dibarengi dengan validasi. Landasannya yaitu firman-firman Allah. Manusia sebagai the knower (kemampuan untuk mengetahui) secara analitik, kemampuan untuk mengetahui itu dapat diuraikan sebagai berikut; kemampuan kognitif, kemampuan afektif, kemampuan konatif, kesadaran manusia. Kesadaran Manusia Decrates : Cogito ergo Sum Pandangannya dari : Freud, Marx, James, Al Ghazali dan Fazhur Rahman Freud  Irrational Idealism Lebih dasar daripada rasionalitas manusia adalah emosinya dan naluri kehidupannya. Marx  Kelaslah yang memberi bentuk kesadaran manusia James  Menentang pandangan bahwa kesadaran merupakan suatu „kesatuan“ James mencampurbaurkan kesadaran dan pengalaman knower and the known Bagian dari pengalaman itu dalam suatu konteks lain the known (obyek) 5

6 Secara analitik, kemampuan untuk mengetahui itu dapat diuraikan sebagai berikut:
Kemampuan kognitif, ialah kemampuan untuk mengetahui (dalam arti kata yang lebih dalam berupa mengerti, memahami, menghayati) dan mengingat apa yang diketahui itu. Landasan kognitif adalah rasio atau akal, yang sifat atau kemampuannya telah dijabarkan. Kognisi an sich bersifat netral, namun dalam kenyataannya kognisi “didikte” oleh “cognitive syndrome” Kemampuan afektif, ialah kemampuan untuk merasakan tentang yang diketahuinya itu, ialah rasa cinta (love) dan rasa indah (beauty). Afeksi sudah tidak netral lagi. Baik rasa cinta maupun rasa indah kedua-duanya merupakan kontinuum dengan ujung-ujungnya yang bersifat poler (cinta-benci, indah-buruk) Kemampuan konatif, ialah kemampuan untuk mencapai apa yang dirasakan itu. Konasi adalah will atau karsa (kemauan, keinginan, hasrat), ialah daya dorong untuk mencapai (atau menjauhi) segala apa yang didiktekan oleh rasa. Rasalah yang memutuskan apakah sesuatu itu dicintai atau dibenci, dinyatakan indah atau buruk dan menjadi sifat manusia untuk menginginkan/mendekati yang dicintainya dan yang dinyatakan indah, dan sebaliknya untuk membuang/menjauhi yang dibencinya dan yang dinyatakannya buruk. Adapun kekuatan manusia untuk bergerak mendekati/menjauhi disebut kemampuan konatif 6

7 Sifat manusia sebagai The Knower ialah kesadaran manusia, yang merupakan dasar yang lebih dalam bagi berfungsinya kemampuan yang telah dijabarkan sebelumnya. Pandangan-pandangan tentang kesadaran manusia dijabarkan sebagaimana berikut: Freud: OLeh Martindale (1960) digolongkan sebagai irrational idealism mengikuti Schopenhauer dan Nietzsche, yang berpandangan bahwa lebih dasar daripada rasionalitas manusia adalah emosinya dan naluri kehidupannya (atau will nya). Psikologi dari individu di dalam pandangannya itu terbagi menjadi dua bagian, ialah kesadaran dan ketidaksadaran, dimana yang disebut terakhir berisi faktor-faktor emosional yang lebih dalam. Marx: menyatakan bahwa kelaslah yang memberi bentuk kesadaran manusia. Individu akan menampakkan keperilakuan sebagaimana didiktekan oleh kelasnya, dan dalam pandangan Marx hanya ada dua kelas, yang satu memeras dan yang satu lagi diperas. Jelas bahwa pandangan Marx ini adalah pandangan materialistik, dimana materi menguasai spiritual. James: menentang pandangan bahwa kesadaran merupakan suatu kesatuan (equity). Pikiran timbul atau dibuat dari obyek-obyek material yang benar-benar ada, tapi tidak ada satu original being yang sama seperti obyek-obyek itu yang menimbulkan pikiran tersebut. Al Ghazali: menginterpretasikan Al Qur’an dan melihatnya bahwa kesadaran itu bertingkat-tingkat dari tingkatan terendah sampai ke tingkatan tertinggi. Yang terendah adalah kesadaran indrawi, yang sering menipu dan bertalian dengan nafsu amarah, tingkat kedua berupa kesadaran akali yang mengoreksi kesadaran indrawi, dan bertalian dengan nafsu. Fazlur Rahman: juga mengintepretasikan rasa atau kemampuan afektif yang bersifat bersih dari segala kotoran, gangguan dan godaan, yang merupakan media hubungan yang dicipta dengan Sang Pencipta, yang merupakan dasar bagi yang dicipta untuk mendengan petunjuk yang Mahacipta, maka dari itu kesadaran pun bersifat terbuka. 7

8 8 Knowing atau Nalar/Berpikir
Kesadaran adalah landasan untuk nalar atau berpikir. Apa yang dipikirkan oleh manusia? Ialah tentang segala sesuatu, baik yang dapat diindera maupun yang tidak diindera. Segala sesuatu yang dapat diindera oleh manusia disebut pengalaman. Sedangkan segala sesuatu yang tidak dapat diindera oleh manusia disebut dunia metafisika. Logika, matematika, dan statistika Ketiga-tiganya merupakan media untuk nalar dan sekaligus untuk mengkomunikasikannya. Ketiga-tiganya mempunyai patokan atau rules, menggunakan tanda-tanda atau sinyal yang diberi definisi yang ketat. Deduksi adalah rules bagi logika dan matematika, dan induksi adalah rules bagi statistika. Deduksi disebut pula inference. Berbagai peristilahan dalam logik Propositional calculus: suatu cabang logika yang paling dasar (elementer), dan dasar bagi yang lain. Dimaksudkan untuk memberikan presisi pada kalimat-kalimat, ialah kata penghubung dan sebagainya. Sistem logistik atau kalkulus, ialah bagian yang murni dari bahasa yang diformalkan, merupakan abstraksi dari setiap pengertian atau interpretasi. Jumlah rumus yang diformalkan dengan ketat. Patokan inference yang diinfer atau kongklusi. Menjadi teorema apabila ada bukti Catagorical proposition: a. Affirmative : all S is P b. Negative : No S is not P c. Universal : Some S is P d. Particular : Some S is not P Appositions, immediate inference: Contradictory, contrary, sub-contrary, subalterm Categorial syllogism (first order functional calculus) 8

9 Catatan Benar tidaknya suatu hipotesis tergantung dari peluang. Maka kebenaran itu kebetulan saja benar. Kebenaran empirik dijadikan premis: premis itu tidak selalu yang benar Knowledge Berhubungan dengan kepercayaan: reliabilitas dan soliditas dari dunia eksternal yang kita ketahui melalui sense perception, pertaliannya dengan ingatan dan pengenalan obyek-obyek yang sama. Pencarian/penemuan knowledge adalah fungsi dari sains, sedangkan fungsi filsafat adalah darification dari penemuan-penemuan itu Masalah-Masalah Tentang eksternal world: sejauh ini, atas pengaruh dari sains ilmiah, masalah ekstenal world hanya berkisar pada apa yang dapat diketahui daripada eksternal world itu dalam rangka pengujian hipotesis-hipoteksis Persepsi dan memory: merupakan warisan dari empirisis. Persepsi, diyakini bahwa ada eksternal world yang dihuni oleh obyek-obyek yang nyata baik alamiah maupun buatan, sehingga yang menjadi masalah adalah bagaimana obyek-obyek itu dapat dipersepsi. Memory (ingatan): juga memecahkan masalah terjadinya ingatan telah menjurus ke jalan buntu. Bagaimana kita percaya bahwa benar-benar itulah yang telah terjadi di masa lalu? Analisis Bahasa suatu masalah antara obyek material dengan kata yang bertalian dengan obyek material itu. Benarkah kita tahu tentang material Masalah komunikasi Mana yang sebenarnya terjadi: berkomunikasi atau bermis-komunikasi? Sulit untuk kita terima dengan tandas bahwa seorang itu mengerti tentang sesuatu yang dikomunikasikan 9

10 Nalar dan Berpikir Kesadaran adalah landasannya untuk nalar atau berpikir tentang segala sesuatu, baik yang dapat diindera maupun yang tidak dapat diindera. Segala sesuatu yang dapat diindera oleh manusia disebut pengalaman atau experience Segala sesuatu yang tidak dapat diindera oleh manusia disebut dunia metafisika Berpikir tentang experience disebut berpikir empirical Berpikir tentang dunia metafisika: berpikir transedental (Divine Revelation) 1). Persembahan Yunani Kuno Berpikir untuk menegakkan kebenaran. Landasan yang dipegang adalah bahwa kebenaran itu harus dicapai dengan cara berpikir yang baik, sehingga membuahkan suatu buah pikir yang salah atau benarnya harus berada di dalam proses berpikir itu sendiri. Hal itu berarti: - Tidak diperlukannya kekuasaan/kewenangan apapun untuk menyatakan benar atau salah suatu buah pikiran - Setiap orang mampu menetapkan (establishing) „kebenaran“ 2).Temuan yang diperoleh oleh para filsuf Yunani Kuno ialah : „Pembuktian Nasional“ atau rasional proof dalam logika, dan dalam matematika. Dunia nalar mengakui empat ciri cara berpikir filsafat Plato yaitu: - Telaahan ilmu sebagai suatu sistem - Ada satu kontras tentang sensible appearance dan intelligible reality (idea). Menurut Plato hanya idea yang bisa menjadi obyek pengetahuan - Kepuasan tertinggi pada ilmu hanyalah bila idea tersebut tercapai - Pandangan intelektual seyogyanya dicapai dengan metode khusus yang disebut “dialetic” 10

11 Reformasi Persepsi Teologis
Pandangan teologis tentang tafsir metaforis v.s tafsir harfiah yang menyebabkan keruncingan-keruncingan (Nasution dan Azra, 1985) Tiadanya metoda yang mantap untuk menimbulkan konvergensi persepsi teologis itu (Fazlur Rahman, 1985) Perlunya dijelmakan suatu ‘Struktur Kognitif’ baru, dengan mana kita dapat memandang Islam secara lebih tepat. Ini dicapai dengan memandang sejarah berlandaskan pada kognisi baru (Arkoun, 1994). 4 ASUMSI DASAR ILMU Bahwa dunia itu ada Kita bisa mengetahui dunias Kita mengetahui dunia melalui panca indera Phenomena-phenomena terkait secara kausal 11

12 12 Filsafat dalam masa patristic dan abad pertengahan
Dunia Arab merupakan salah satu dari dunia timur yang memperkembangkan filsafat Yunani Pemikirnya kaum  Mu’tazillah Membatasi diri pada hal-hal yang bersifat apologetic Islam, terutama yang memahas keesaan Allah,kehendak bebas, keburukan/kejahatan dan penciptaan, pada abad 9 Kemudian timbul filsafat Arab yang lebih difinitif dengan pengaruh-pengaruhnya Al Kindi  memberikan kombinasi mengupas masalah-masalah ketidakbukaan dunia Razi seorang Persia (konstruktif dari Al Kindi), berpendapat bahwa filsafat berkedudukan lebih tinggi dari agama. Ia mengetengahkan 5 prinsip yaitu: Pencipta, jiwa dari dunia, materi, waktu, dan ruang Al-Arabi (abad 10), seorang Turki, yang menyatakan superioritas filsafat achievement manusia. Ia berpandangan bahwa ketrampilan itu dapat dikuasai siapa saja dan merupakan istrumen terbaik untuk mewujudkan organisasi negara yang baik Ibnu Sina (Avicenna), seorang Persia dari abad 11 Ia merupakan seorang pemikir yang sistematis (shifa), yang menyatakan bahwa agama dan filsafat sama tingginya Al Ghazali (abad 11-12) Menghancurkan semua filsuf-filsuf dunia Arab ini, menunjukkan kontradiksi-kontradiksi di dalam filsafat itu, dan menegakkan keunggulan ayat-ayat suci dan dogma-dogma yang rasionalisir, kemudian mendapat tantangan dari Ibnu Rus’d (Avaroes) Avaroes menyatakan bahwa filsafat membawa manusia ke arah kebenaran yang murni dan komplit. Ia mengkritik pemikir-pemikir agama yang kekanak-kanakan dengan dogma-dogma yang menyesatkan Analisisnya yang luas dan mendalam tentang karya-karya Aristoteles menjadi mode bagi filsuf-filsuf sejak abad ke 13 yang berpengaruh terhadap timbulnya filsafat barat yang bebas. Di dunia Arab sendiri Al Ghazali mendapat kemenangan, sehingga berhentilah pemikiran-pemikiran yang dinamis. 12

13 13 Dunia Barat Abad 14 Merupakan periode criticism
Disini proses asimilasi telah selesai, dan filsafat mendapat kehidupannya yang mandiri Pada masa ini, determinisme absolut, probabilisme, empirisme dan rsionalisme serta averisme yang ekstrim diketengahkan, dipertahankan, serta dihadapi Filsafat Modern Abad 17 merupakan kelahiran filsafat modern di dunia Barat Bapak Filsafat Modern adalah Rene Decrates (orang Perancis) dan Francis Bacon (orang Inggris) Hasil pengaruh mempengaruhi antara filsafat dengan natural science adalah Copernicus (abad 15), Keples (abad 16), dan Galileo (abad 17), terutama Galileo mempengaruhi Ascartes, sedangkan Newton (abad ke 18) mempengaruhi Immanuel Kant Aliran-aliran filsafat Modern adalah Idealism, Rasionalism, Positivisme, Empirisisme, Materialisme dan Skepticisme Selanjutnya berkembang lagi menjadkan aliran-aliran absolute idealisme, neo-kantianisme dan prakmatisme. Logika, Matematik dan Statistika Ketiga-tiganya merupakan media untuk nalar dan sekaligus untuk mengkomunikasikannya. Ketiga-tiganya mempunyai patokan-patokan atau „rules“, menggunakan tanda-tanda atau simbol yang diberi definisi yang ketat. Deduksi adalah rules bagi logika dan matematika dan induksi adalah rules bagi statistika. Deduksi disebut juga inference. Berbagai peristilahan dalam logika: 1. Propositional Calculus : Suatu cabang logika yang paling dasar (elementer) 2. Sistem logistik atau kalkulus, ialah bagian yang paling murni dari bahasa yang diformalkan 3. Kalkulus fungsional dari orde pertama adalah propositional calculus dengan propositional function dan quantifier 4. Categorial proposition 5. Appasition, Immediate Inference 6. Catagorial Syllogism (first order functional calculus) 13

14 Aliran Materialisme 14 Beberapa hal tentang matematika:
1. Geometri Euclidian 2. Geometri non-euclidian 3. Metode aksiomatik formal 4. Teorema Goedel Beberapa tentang induksi (“statistika”) : 1. Pengertian : ‘A passage from individual to universals’ 2. Tempatnya dalam science: Hipotesis : (1) Discovery; (2) To reason inductively Aliran Materialisme 1. Dari ajaran pokoknya: Dunia sama sekali bergantung pada materi dan gerak, kenyataan pokok dan akhir dari segala sesuatu adalah materi, jiwa dan roh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri dan kemajuan ilmu pengetahuan cenderung menuju keduniawian 2. Gagasan-gagasan para filsuf, pelopornya dari Demokritus, Thomas Hobbes, Karl Marx, Francis Bacon, Feuerbach Gagasan tentang Materialisme sebagai berikut: Tidak ada yang lain dari alam ini kecuali atom-atom atau semua kejadian yang ajaib diterangkan dengan atom dan bergerak dalam keleluasaan termasuk jiwa juga terdiri dari atom-atom b.Lingkungan kesadaran pada hakekatnya termasuk golongan dunia badani atau pancaindera c.Demi untuk mencapai perubahan struktur ide-ide harus ditinggalkan dan diganti dengan dunia materi d.Karena kesulitan-kesulitan ekonomi sudah semakin kuat maka timbul pikiran untuk berpaling dari mimpi agama e.Disebabkan oleh dialek aliensi timbul jurang antara segi subyektif dan obyektif dalam banyak hal f.Setiap orang harus memperjuangkan milik pribadinya dalam hal alternatifnya untuk pekerjaan yang berupa spesialisasi antara yang bekerja dengan tangan dan yang bekerja dengan otak g.Akibat dari revolusi industri muncul perjuangan sosial yang hebat sehingga menimbulkan materialisme dialetik yang diikuti dengan materialisme historis yang berarti metode menguraikan sejarah yang diperkembangkan h.Hubungan antara manusia dan alam sangat tergantung, dengan demikian alam dihumanisir dan manusia dinaturalisir, dan manusia menguasai alam dengan perantaraan penemuan-penemuan ilmiah i.Perubahan sosial dan ekonomi adalah akibat kekuatan-kekuatan materialistis tetapi bersifat monistis 14

15 Aliran Idealisme Aliran Dualisme 15
3. Materialisme dapat digolongkan menjadi materialisme mekanik, materialisme dialetik, dan materialisme historis dengan materialisme yang sifatnya praktis. Aliran Idealisme Idealisme adalah paham atau sikap yang meletakkan nilai tinggi pada angan-angan (idea) dan cita-cita (ideals), sehingga berdasarkan prinsip kerohanian yang lebih tinggi, sebagai hasil perasaan dari dunia nyata 2.Gagasan-gagasan para filsufopornya dari : Plato, George Berkeley, Immanuel Kant, J. G. Fichte, dengan mempergunakan Tese, Antitesa dan Sintese 3.Dalam gagasan idealisme diatas disamping idealisme subyektif ditemukan juga idealisme obyektif, penggambaran obyek-obyek dalam diri kita kemudian diikuti idealisme mutlak bahwa manusia hanya mengenal gejala-gejala juga idealisme etis, bahwa roh disini maksudnya akal praktis yang berlaku dalam penilaian etika bahwa disamping keutamaan alam rohani dan akhirat (alam cita-cita) juga mengakui bahwa roh dan raga manusia sama-sama turut mengambil saham dalam proses kenyataan sejarah berdasarkan kehendak bebas yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia, kemudian diikuti pula gagasan idealisme realistis yang berpangkal dan mengakui realitas sepenuhnya. Metode berpikir dari idealisme ini adalah metode berpikir deduksi. Aliran Dualisme 1. Ajaran Pokok Paham yang mengajarkan atau suatu sistem filsafat yang mencoba menerangkan semua fenomena atas 2 substantif yang berlainan dan tidak dapat dilunakkan yaitu materi/benda, hal dan kejadian yang dapat ditangkap langsung dengan pancaindera. Kesemuanya itu digambarkan sebagai realitas yang bertolak belakang. Tetapi kedudukannya menciptakan kehidupan di alam ini, ada kerjasama diantara kedua hakekat itu dalam diri manusia 2. Gagasan-gagasan pada filsuf pelopornya, interpretasi dari ajaran pokok Dualisme sebagai berikut: a. Bahwa realitas dunia terdiri atas: - Dunia yang disaksikan dengan panca indera dilihat sebagai yang berwujud - Dunia yang tidak dapat disaksikan panca indera tetapi dapat dipikirkan atau dunia ide-ide, ini disebut yang tak berwujud b.Bentuk hadir pada benda baik yang berwujud maupun yang tak berwujud tersebut, bahwa keduanya terikat satu sama lain, dan tidak dapat ada sendiri-sendiri c.Cogito Ergo Sum yang berarti saya berpikir maka saya ada, adalah landasan berpikir tentang konsep diri. Selain itu diperlukan pembuktian bahwa Tuhan ada diantaranya, ada alam spiritual dan alam material dan semuanya tersebut adalah hasil pengaruh mempengaruhi antara filsafat dan science 15

16 d. Substansi yang berpikir dan berkeluasaan digunakan istilah sensation dan reflection, dimana terjadinya tiap-tiap pengetahuan, tetapi sensation dimulai dahulu e. Ada dualisme dalam manusia, tetapi dualisme yang merupakan kesatuan, bukanlah dualisme yang paralel, kesatuan jiwa dan badan itu demikian eratnya, sehingga tidak ada suatu pengetahuan masuk ke dalam akal, jika tidak melalui badan (indera) lebih dahulu atau setelah diolah oleh budi 3. Dari uraian tersebut yang menunjukkan cara berpikir dari Plato, Aristoteles, Decrates, John Locke dan Thomas Hobbes adalah sistem filsafat yang berkenaan dengan dua substansi fenomena walaupun keduanya bertolak belakang dalam pengertiannya tetapi keduanya merupakan kesatuan 4. Dengan demikian metode berpikir dari dualisme ini ialah metode berpikir antara metode induksi dan deduksi yaitu metode berpikir logika. Metode berpikir logika ini adalah suatu cara berpikir yang mengemukakan alasan-alasan. Jika fakta-fakta yang digunakan dalam cara berpikir itu sebelumnya sudah dinyatakan benar, logika memperlihatkan kebenaran sesuatu cara berpikir dan kurang atau tidak memperdulikan kondisi psikologi yang mungkin menjadi sebab cara berpikir itu. Dalam filsafat ilmu yang dibahas adalah usaha pengembangan ilmu. Metodologi ilmu sosial dan ilmu alam sama, yang berbeda adalah tekniknya. Falsafah - Sebagai pembenaran apa yang disebut ilmu - Landasan timbulnya ilmu - Khusus di Indonesia, ilmu tunduk pada dan diberi dorongan oleh falsafah itu (Pancasila), Pancasila sebagai validator kebenaran ilmu (validator empirik) Ilmu - Bertujuan mencapai generalisasi, artinya ilmu berlaku umum - Upaya manusia untuk mengungkapkan hal-hal yang sifatnya empirik Budi Luhur - Di atas akal, kita bisa menangkap hal-hal yang gaib - Di Negara Barat, ilmu sudah melepaskan diri dari budi luhur ini - Kemampuannya dalam hal-hal yang etis-normatif, sedangkan akal pada hal-hal yang empirikal nomologis - Pada ilmu alam memberi bimbingan pada terapannya, sedangkan pada ilmu sosial juga membimbing dalam pembentukan sebab akibatnya. 16

17 17 Metodologi - Rational proved (Berpikir deduktif)
- Empirical proved (didasari pemikiran deduktif itu menuju ke arah generalisasi) Inti kontroversi etika dengan ilmu terletak pada: - Nomologis untuk dunia empirik - Normatif untuk dunia etika Sebagai manusia kita mempunyai dua komponen itu sekaligus, misalnya menyusun dunia empirik atas dasar sebab-akibat dan kita bisa hidup saling menghargai dengan bangsa-bangsa lain sesuai dengan aturan permainan yang diturunkan oleh Tuhan. - Di Indonesia tidak hanya social contract, tetapi juga merupakan petunjuk Ilahi  mementingkan akal dan juga budi luhur melalui intuisi Etika - Di Barat merupakan social contract  mementingkan rasionalisme FALSAFAH (Theologi/Agama) Art Sain terapan Sain teoritis (Mencari bagaimana menggunakan sesuatu) (Mencari jawab mengapa ……?) (Mengajarkan mana yang harus/ jangan, baik/buruk, dsb)  etika, value system (Mencari keindahan tentang apa/siapa aku dan kamu) Penemuan ilmu bersifat nomologis (semau sendiri), tetapi juga harus dikontrol secara normatif (nilai, aama, etika) 17

18 PENGUASAAN FILSAFAT ILMU
KEDUDUKAN ILMU Ilmu merupakan belief system, artinya percaya ilmu itu benar. Mengapa ilmu tidak mencapai kebenaran mutlak? Ilmu itu berlandaskan pada beberapa asumsi dasar yang tidak dapat dibuktikan, antara lain misalnya menganggap bahwa: - Dunia ini ada - Segala fenomena yang ada saling berhubungan satu sama lain - Indera yang menangkap fenomena-fenomena yang terjadi diasumsikan memiliki keutuhan dan kemampuan yang tinggi Fenomena-fenomena yang ditangkap indera diabstraksikan menjadi konsep-konsep (pengertian-pengertian singkat yang menerangkan fenomena tersebut). Konsep ini nantinya harus berbentuk fakta (kenyataan yang mengandung 2 variabel yang menunjukkan hubungan sebab akibat). Variabel itu akan merupakan konsep, sehingga fakta ini akan terdiri dari konsep-konsep. PENGUASAAN FILSAFAT ILMU Penguasaan filsafat ilmu, yaitu teori pengetahuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan secara ilmiah, melalui kelima langkah pokok dan siklus empiris metode ilmiah, adalah kriteria untuk mengukur diri sendiri atau dalam mengevaluasi ilmuwan lain dalam ketangguhan integritas ilmunya, yaitu keutuhan wibawa akademik. Terlihat dalam gambar dibawah ini, bahwa sesungguhnya setiap ilmuwan, praktis dalam setiap saat sudah dibekali empat lajur persepsi ilmiah serta benang merah sistematika kejelian dalam menghadapi masalah dan logika pendekatannya seperti ditayangkan dalam skema di bawah gambar. 18

19 STRUKTUR PENGETAHUAN ILMIAH
PEMBAGIAN SISTEMATIS CIRI POKOK RAGAM PROPOSISI BENTUK PERNYATAAN OBYEK SEBENARNYA 3) RASIONALITAS 4) OBYEKTIVITAS 6) KOMUNALITAS 5) ERIFIABILITAS 2) KEUMUMAN 1) SISTEMATISASI 3) TEORI ILMIAH 2) KAIDAH ILMU 1) ASAS ILMIAH 3) EKSPOSISI POLA 4) REKONSTRUKSI HISTORIS 2) PRESKRIPSI 1) DESKRIPSI 2)OBYEK FORMAL-PUSAT PERHATIAN 1) OBYEK MATERIAL 3) JASAD HIDUP 4) GEJALA ROHANI 6) PROSES TANDA 5) PERISTIWA SOSIAL 2) BENDA FISIS 1) IDE ABSTRAK 19

20 POKOK SOAL DAN TITIK PUSAT MINAT
ILMU PENGETAHUAN POKOK SOAL TITIK PUSAT MINAT SASARAN ILMU POKOK SOAL DAN TITIK PUSAT MINAT DARI ILMU 20

21    DIMENSI ILMU 1. CABANG ILMU 2. PENGETAHUAN REFLEKTIF-ABSTRAK
3. ASPEK REALITAS 2. PENGETAHUAN REFLEKTIF-ABSTRAK C) DIMENSI MATEMATIS D) DIMENSI POLITIK F) DIMENSI SOSIOLOGIS E) DIMENSI PSIKOLOGIS B) DIMENSI LINGUISTIK A) DIMENSI EKONOMIK C) DIMENSI KEMANUSIAAN D) DIMENSI REKREASI F) DIMENSI LAINNYA E) DIMENSI SISTEM B) DIMENSI SEJARAH A) DIMENSI KEBUDAYAAN B) DIMENSI LOGIS A) DIMENSI FILSAFAT 21

22 22 Penetapan Masalah (1) Evidensi-1 Evidensi-2 Evidensi-3 Evidensi-n
Premis-1 Premis-2 Premis-3 Premis-n Ditolak ESEI ARGUMENTASI KERANGKA PEMIKIRAN LITERATUR ILMU PENGETAHUAN ARGUMENTASI DUKUNGAN DASAR TEORITIS Perumusan Hipotesis (3) Pengujian (4) Penarikan Kesimpulan (5) (2) Deduksi Koherensi T e o r i B a r u Premis Baru Diterima Sumbangan Pragmatis Sumbangan Korektif E M P I R I K S I K L U S Induksi-Korespondensi Gambar 1. Lima Langkah pokok dalam Tahap Metode Ilmiah (1) Penetapan Masalah, (2) Kerangka Pemikiran & Premis (3) Perumusan Hipotesis, (4) Pengujian Hipotesis dan (5) Penarikan Kesimpulan Dalam Siklus Empiris Metode Ilmiah 22

23 EMPAT LAJUR PERSEPSI ILMIAH
PEKA-TANGGAP LINGKUNGAN 1 Apa yang sedang berlangsung Apakah ada yang menyimpang Dari segi apa Dalam dimensi apa Apa yakin berupa masalah aktual dan masih relevan Apa kata literatur dan pakar Catat eksplisit evidensi ilmiah yang masih berlaku IDENTIFIKASI MASALAH 2 Rumuskan eksplisit masing-masing aspek masalah Jumlah dan jenis variabel atau faktor yang terlibat Hubungan fungsional antar faktor IMPLIKASI AKIBAT 3 Dimensi dan intensitas kerugian atau dampak negatif Potensi ancaman atau bahaya, misalnya kelemahan dasar hukum bagi salah satu unsur ipoleksosbud- hankamnas Lain-lain MANFAAT PENELITIAN 4 Berupa saran berdasarkan kesimpulan hasil penelitian Yang bernilai manfaat praktis Yang bernilai sumbangan ilmiah Informasi baru Modifikasi atau metode baru Teori baru Peluang penelitian baru S K E M A “BENANG MERAH” SISTEMATIKA KEJELIAN ILMUWAN DALAM MENGHADAPI MASALAH DAN LOGIKA PENDEKATANNYA 23

24 Filsafat dan etika dalam penelitian ilmiah tidak terpisahkan satu sama lain. Khususnya filsafat ilmu terfokus kepada pengkajian mengenai proses diperolehnya pengetahuan secara ilmiah, sehingga menjadi ilmu pengetahuan yang memenuhi validitas. Sedang etika mencurahkan perhatiannya dari segi normatif ketika peneliti berproses dalam kegiatan pelaksanaan penelitian. Dalam membahas filsafat dan etika penelitian, pemahaman tentang filsafat ilmu dan metode ilmu serta kaidah- kaidahnya tidak dapat dihindarkan. Demikian pula dengan latar belakang apa yang disebut dengan pengertian pengetahuan pra-ilmiah dan pengetahuan ilmiah beserta karakteristiknya. Kemudian apa langkah-langkah pokok metode ilmiah dan bagaimana urutannya, sehingga etika penelitian tersebut dapat dihayati fungsinya dalam mendampingi peneliti ketika berproses dalam kegiatan operasional penelitian. Fokus perhatian etika penelitian terarah kepada kejujuran apresiasi bahwa ilmu itu tidak dapat dinilai dengan halaman kosong, yang berarti bertitik tolak dari seperangkat evidensi ilmiah hasil penelitian para pakar ilmiah terdahulu dalam disiplin ilmu yang bersangkutan terkait dengan masalah yang serupa. Oleh karena itu secara jujur harus disebut nama tokohnya, tahun pernyataannya, dan secara esensial kesimpulan yang ditariknya. Dengan demikian, peneliti (sekarang) dalam penetapan masalahnya akan memperoleh konfirmasi apakah fenomena yang dijumpainya itu pasti masih merupakan masalah yang actual dan relevan Etika penelitian mengingatkan peneliti kepada ketaatan apa yang dituntut oleh filsafat ilmu dan metode ilmiah. Hal ini mencakup konsekuensi menganut sistematika tertentu beserta urutan penempatan unsur-unsurnya,sejalan dengan langkah-langkah pokok metode ilmiah. Konsekuensi langkah pokok kedua ialah menyusun kerangka pemikiran yang diakhiri dengan penyajian premis- premis. Hal ini merupakan kewajiban bahwa dalam rangka memberi jawaban terhadap masalah yang dihadapi harus bertitik tolak dari landasan teoritis yang kuat. Dan untuk itu peneliti berpaling kepada serangkaian teori yang tersedia, antara lain berupa evidensi ilmiah hasil penelitian para pakar ilmiah terdahulu, yang kebenarannya telah teruji dan sementara itu belum pernah ada yang membantahnya. Langkah pokok ketiga adalah penyusunan hipotesis. Hal ini memenuhi konsekuensi logika berpikir yang dianut oleh metode ilmiah. Dalam hal ini logika berpikir induktif, yaitu mengambil kesimpulan khusus (yang berupa hipotesis) dari yang bersifat umum yang bersumber kepada premis-premis yang telah disusun. Hipotesis yang dirumuskan memiliki kepastian, bahkan kebenaran tautologies (kebenaran yang berlebihan). Kepastian kebenaran tersebut memenuhi teori koherensi, yaitu kebenaran yang melekat pada premis sebagai sumber informasi, dan hipotesis yang disimpulkannya. 24

25 Langkah keempat adalah pengujian hipotesis
Langkah keempat adalah pengujian hipotesis. Secara konsisten data dianalisis apa adanya, sesuai dengan metode yang telah ditetapkan. Kemudian dikelompokkan mana yang mendukung hipotesis, dan mana yang tidak menunjang. Berdasarkan hal tersebut maka diambil kesimpulan hipotesis mana yang dapat diterima, dan mana yang ditolak seluruhnya atau sebagian. Untuk hipotesis yang ditolak mesti dicari apa penyebabnya dan mengapa ini terjadi. Jadi sama sekali tidak dibenarkan seandainya hipotesis meleset, maka menyesuaikan dengan data pendukungnya. Langkah pokok kelima adalah penarikan kesimpulan. Secara konsisten kesimpulan harus didasarkan atas hasil pengujian hipotesis dan hasil interpretasi yang dilakukan, artinya tidak mengikuti kehendak bagaimana seharusnya, melainkan apa adanya menurut data dan informasi yang diperoleh. Sebagai konsekuensi logis, pertama harus ditarik kesimpulan yang merupakan generalisasi seluruh penelitian, yang dimanfaatkan sebagai kesiimpulan umum. Setelah itu dibuat kesimpulan-kesimpulan khusus sebagai penjabaran kuantitatif dari kesimpulan umum yang bersifat kualitatif. Selanjutnya diakhiri dengan saran-saran atau rekomendasi konsisten dengan tujuan fungsional penelitian, yaitu mencapai nilai manfaat praktis berupa rekomendasi operasional yang dapat dilaksanakan, dan saran-saran kongkrit berupa penelitian sebagai tindak lanjut apa yang tidak sempat disentuh atau masalah baru yang berkembang selama penelitian. Teori baru sebagai implikasi nilai sumbangan hipotesis yang diterima, beserta hipotesis baru yang dikembangkan inheren penelitian yang disarankan, keduanya merupakan sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu. Dengan mengindahkan kaidah-kaidah yang dituntut oleh filsafat ilmu dan metode ilmiah, sebagaimana diuraikan tersebut, maka hasil penelitian yang dicapai selain berkat disiplin yang ketat dengan penuh kejujuran, maka validitas ilmiahnya terjamin, sehingga layak untuk dikomunikasikan kepada masyarakat ilmiah dan masyarakat konsumen yang berkepentingan, dalam rangka memenuhi fungsi sosialisasi ilmu. 25

26 ALUR STUDI LAPANGAN SISTEMATIK
STUDI LAPANGAN SISTEMATIK (DASAR ETNOGRAFI DAN WAWANCARA) Menuju pada Teori Etnografi Epistemologi Asumsi Dasar Pemilihan Isu Mutasi Studi Lapangan Penyamaan Pribadi dan Etnografi Rencana Penelitian Relasi Lapangan dan Pemeliharaannya Observasi Wawancara Sejarah Alamiah Wawancara Wawancara sebagai Percakapan Wawancara Etnografi Kuesioner Terjemahan atau penafsiran Teknologi Wawancara 26 Sumber : Werner, Schoepfle, 1987 : 29-30

27 STUDI LAPANGAN SISTEMATIK (ANALISIS ETNOGRAFI DAN MANAJEMEN DATA)
Manajemen dan Analisis Data Dasar Manajemen Data Dasar Analisis Struktural Dibalik Analisis Struktural Rencana dan Keputusan Pembuatan dan Model Keputusan Sistem Semantik Lainnya Analisis Teks Etnosains dan Statistik Pasca Studi Lapangan Rencana Laporan Etnografi Menulis Laporan Etnografi Epilog: Standar Minimal Etnografi Gambar Alur Studi Lapangan Sistematik Pengolahan dan Analisis Data Sumber : Werner, Schoepfle, 1987 : 31-32 27

28 ALUR STUDI LAPANGAN ILMIAH
2) Semua diuji utk memperoleh kredibilitas & lainnya (yaitu transferability, dependability, & confirmability) 1) Dilakukan dalam masalah, atau pilihan kebijakan yang ditentukan sebagai batas tuntutan Penataan Alamiah 28 Manusia sebagai instrumen Pengetahuan (Tacil) Metoda Kualitatif menggunakan dibentuk Terkait dengan Sampling Purposif Berhenti sampai kelebihan Analisa Data Induktif Timbulnya Desain Teori Membumi termasuk Hasil-hasil Disepakati menuju kepada Laporan Kasus yang keduanya Ditafsirkan secara idiografik Secara tentatif terpakai Sumber: Lincoln, Guba, 1985:188

29 OBYEK FILSAFAT ILMU Obyek Filsafat Ilmu setidaknya ada dua yang substantif, dan dua yang instrumentatif. Obyek Filsafat Ilmu yang substantif: - Kenyataan - Kebenaran Dua yang instrumentatif : Konfirmasi dan logika inferensi Kenyataan dan Fakta Kenyataan atau fakta itu adalah empirik yang dapat dihayati oleh manusia. Positivisme hanya mengakui penghayatan yang empirik sensual. Data empirik sensual tersebut harus obyektif, tidak boleh masuk subyektifitas peneliti. Arah pendekatan perkembangan phenomenolog ada dua, yang pertama menjurus pada koherensi rasional obyektif, yang kedua menjurus pada koherensi moral. Phenomena bukan sekedar data empirik sensual, tetapi data yang sudah dimaknai atau diinterpretasi Dalam pemikiran phenomenologi, orang mengamati terkait langsung dengan perhatiannya, dan juga terkait dengan konsep-konsep yang dimilikinya. Bagi realisme baru sesuatu sebagai nyata bila ada korespondensi dan koherensi yang empiris dengan skema rasional Postmodernisme mengangkat kembali makna reasionalitas yang lebih utuh, dan menampilkan kembali cita ilmu, yaitu mengejar rasionalitas dan kebebasan Bagi positivistik, yang nyata itu ada yang faktual ada; bagi reasionalistik, yang nyata itu yang ada dan cocok dengan akal, dan bagi realisme, yang nyata itu yang riil exist, dan terkonstruk dalam kebenaran obyektif, sedangka bagi pendekatan phenomenologik, kenyataan itu terkonstruk dalam moral 29

30 Kebenaran Bagi positivist benar substantif menjadi identik dengan benar faktual sesuatu dengan empiris sensual. Bagi realist benar substantif identik dengan benar riil obyektif. Sedangkan benar epistemologi berbeda terkait pada pendekatan yang digunakan dalam mencari kebenaran Secara tradisional dikenal dua teori kebenaran, yaitu teori kebenaran korespondensi (Plato, Aristoteles, Moore, russell, Ramsay dan Tarski), dan teori kebenaran koherensi (Leibniz, Spinoza, Hegel dan Bradley) Bagi positivisme, sesuatu itu benar bila ada korespondensi antara fakta yang satu dengan fakta yang lain Bagi phenomenologi, phenomena baru dapat dinyatakan benar setelah diuji korespondensinya dengan yang dipercayainya (belief), demikian Russell. Relisme metaphisik Popper mengakkui kebenaran bila yang faktual itu koheren dengan kebenaran obyektif universal. Pragmatisme mengakui kebenaran, bila faktual berfungsi. Realisme menyimpulkan sesuatu sebagai benar, bila didukung teori dan adanya fakta. Realisme baru menuntut adanya konstruk teori (yang disusun deduktif probabilistik) dan adanya empiris terkonstruk pula. Konfirmasi Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probabilistik Untuk membuat penjelasan, prediksi, asumsi ataupun pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, dduktif ataupun reflektif 30

31 F A K T A Logika Inferensi
Silogisme formil kategorik dari Aristoteles menggunakan korespondensi dalam jenis. Dikatakan silogisme formil, karena kebenaran dijamin oleh kebenaran dalam bentuk formal proposisinya. Dikatakan silogisme kategorik, karena sesuatu proposisi minor disimpulkan benar atau salah atas posisinya yang berada di dalam jenis atau diluarnya Phenomenologi antropologik menampilkan kebenaran koherensi spesifik. Phenomenologi Russel menampilkan kebenaran korespondensi yang berbeda; korespondensi antara yang dipercayainya (belief) dengan fakta. Konsekuensinya: kesimpulan phenomenologik menjaid kesimpulan kasus atau kesimpulan ideographik. F A K T A Fakta, Idee dan Teori William Whewell (dalam John Losee, 1993) mengetengahkan bahwa fakta merupakan secuil pengetahuan yang menjadi raw material bagi perumusan hukum atau teori Pola Discovery Diilhami oleh Herschel, Whewell mengetengahkan pola discovery sebagai berikut. Dari fakta-fakta didekomposisikan menjadi fakta yang elementer, selanjutnya dipeelagakan antarfakta menjadi hukum phenomena, dan dijadikan teori 31

32 Idee, Value dan Aksi Berpadunya ide dengan value dalam aksi merupajan kebenaran faktual yang dikejar pragmatisme. Value tersebut mungkin berada pada dataran sensual, rasional dan mungkin moral. Dalam tata pikir pragmatik, aksi merupakan fakta kostruktif sebgai wujud dari peran aktif manusia dalam membangun lingkungannya Fakta terkonstruk Dalam positivisme dikenal fakta elementer, fakta langsung, yang diperoleh lewat indera. Dalam perkembangan ilmu, para ahli mulai menyadari adanya inter-relasi bermakna antar fakta-fakta dan dikenalah konsep fakta terkonstruk. Ada dua fakta terkonstruk, pertama fakta terkonstruk karena temuan pola discovery, karena ada idee, dan ada teori. Kedua, fakta terkonstruk yang berupa moral terkonstruk. 32

33 FILSAFAT ILMU DAN ILMU PENGETAHUAN
Conny Semiawan mengemukakan tentang sisi-sisi penekanan yang berbeda dalam filsafat ilmu dibandingkan dengan filsafat umum, bahwa filsafat ilmu ialah: Perumusan world-views yang konsisten, atau didasarkan pada teori-teori ilmiah, karen aitu tugas filsuf ilmu adalah melakukan elaborasi dari implikasi world-views tersebut Suatu eksposisi dari pradisposisi para ilmuwan. Dalam pandangan ini, para ilmuwan menduga bahwa alam itu tidak berubah, tetapi terdapat suatu keteraturan sehingga gejala-gejala alam itu sebenarnya tidaklah begitu kompleks Suatu disiplin ilmu, yang didalamnya terdapat konsep dan teori tentang ilmu yang dianalisis dan diklasifikasikan. Beberapa konsep dapat dijelaskan artinya, tetapi beberapa yang lain tidak mudah dijelaskan; dalam kaitan ini tampaknya ada dua kemungkinan, yaitu yang pertama apa ilmuwan tersebut memahami konsep yang digunakan, dan yang kedua adalah apakah ilmuwan tersebut tidak mengetahui arti konsep, sehingga harus mencari kaitan konsep itu dengan konsep lainnya dan dengan operasional pengukurannya. Suatu patokan tahap kedua, karena itu terdapat perbedaan antara melaksanakan ilmu (doing science) dan berpikir (thinking), atau antara filsuf ilmu dengan ilmuwan. Kegiatan berpikir ilmiah meliputi runtutan berpikir yang logik (epistemologik), dari kajian sesuatu yang umum menghasilkan sesuatu yang khusus, yang disebut induktif Ilmu harus dioperasionalkan karena ilmu bukan hanya sarana berpikir belaka, melainkan ilmu harus mampu menjelaskan fakta, dan juga sebagai tahapan pertama harus memiliki struktur dan prosedur. Prosedur ilmu pengetahuan dapat dijelaskan sebagai berikut: 33

34 TAHAPAN DARI PENGETAHUAN-ILMU-FILSAFAT ILMU
ILMU PENGETAHUAN PENGETAHUAN Analisis Prosedur, logika eksplanasi EKSPLANASI DATA FAKTA, PENGALAMAN HIDUP 34


Download ppt "DAFTAR PUSTAKA Bertens, K, Filsafat Barat dalam Abad XX, Jakarta"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google