Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KOGNITIVISME Oleh: Dr. Djono, M.Pd..

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KOGNITIVISME Oleh: Dr. Djono, M.Pd.."— Transcript presentasi:

1 KOGNITIVISME Oleh: Dr. Djono, M.Pd.

2 Kognitivisme Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori pendidikan kognitivisme adalah dasarnya rasional. Teori ini memiliki asumsi filosofis yaitu the way in which we learn (Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan pemikiran) inilah yang disebut dengan filosofi Rationalisme. Menurut aliran ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam lingkungan.

3 Teori Kognitivisme berusaha menjelaskan dalam belajar bagaimanah orang-orang berpikir. Oleh karena itu dalam aliran kognitivisme lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Menurut teori ini bahwa belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks. Jadi menurut teori kognitivisme pendidikan dihasilkan dari proses berpikir Tokoh aliran Kognitivisme antara lain: Piaget, Bruner, dan Ausebel.

4 Tahun 60-an Pendekatan kognitif Empiris vs Rasionalis Kemampuan berbahasa anak berasal dan diperoleh karena akibat kematangan kognitif anak. Bahasa distrukturkan atau dikendalikan oleh nalar manusia.

5 Urutan-urutan perkembangan kognisi seorang anak akan menentukan urutan-urutan perkembangan bahasa dirinya. Anak belajar karena kemampuannya menafsirkan peristiwa yang terjadi dalam lingkungannya. Titik awal teori kognitif adalah anggapan terhadap kapasitas kognitif anak dalam menemukan struktur dalam bahasa yang didengar di sekelilingnya.

6 Pemahaman, produksi, komprehensi bahasa pada anak dipandang sebagai sebagai hasil dari proses kognitif anak yang secara terus menerus berkembang. Stimulus merupakan masukan bagi anak yang berproses dalam otak.

7 Konsep sentral teori kognitif adalah kemampuan berbahasa anak berasal dari kematangan kognitifnya.
Proses belajar bahasa secara kognitif merupakan proses berpikir yang kompleks karena manyangkut lapisan bahasa yang terdalam. Lapisan bahasa tersebut: ingatan, persepsi, pikiran, makna, dan emosi yang saling berpengaruh pada struktur jiwa manusia.

8 Pendekatan Kognitif: Dalam belajar bahasa, bagaimana kita berpikir Belajar terjadi dalam kegiatan mental internal dalam diri kita Belajar bahasa merupakan proses berpikir yang kompleks.

9 TEORI BELAJAR KOGNITIVISME
p b m Studi tentang Hasil belajar: Perkemb. struktur kognitif Life skills Adult role behaviors Self-regulated learning Proses/perub. kognitif Belajar: interaksi/adaptasi dg lingkungan Belajar: Asimilasi – Akomodasi – Ekuilibrium Pembelajaran: Konstruktivisme Diskoveri-inkuiri, PBL Kontekstual/STS/Salingtemas Perkembangan kognitif

10 Laughlin: Dalam belajar bahasa seorang anak perlu proses pengendalian dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bahasa lebih menekankan pada pemahaman, proses mental atau pengaturan dalam pemerolehan. Dalam belajar bahasa anak dipandang sebagai orang yang berperan aktif.

11 Bruner: Proses belajar bahasa lebih ditentukan bagaimana cara anak mengatur materi bahasa. Proses belajar bahasa: Enaktif: aktivitas untuk memahami lingkungan. Ikonik: melihat dunia melalui gambar dan visualisasi verbal. Simbolik: memahami gagasan-gagasan abstrak.

12 Teori Gestalt: Koffka, Kohler, Wetheimer
Hukum pragnanz: organisasi psikologis selalu cenderung untuk bergerak ke keadaan penuh arti. Hukum kesamaan: hal-hal yang sama cenderung akan membentuk Gestal (kesatuan) Hukum keterdekatan: hal-hal yang saling berdekatan cnderung membentuk kesatuan Hukum ketertutupan: hal-hal yang tertutup cenderung membentuk kesatuan Hukum kontinyuitas: hal-hal yang kontinyu atau berkesinambungan akan cenderung membentuk kesatuan

13 Ausubel (Meaningful instruction – pembelajaran bermakna)
Bahan pelajaran akan lebih mudah dipahami jika bahan itu dirasakan bermakna bagi siswa Kebermaknaan: sesuai dengan struktur kognitif, sesuai struktur keilmuan, memuat keterkaitan Seluruh bahan (ihtisar/resume/rangkuman/ringkasan/bahan/peta) Peta konsep adalah bagan / struktur tentang keterkaitan seluruh konsep secara terpadu / terorganisir (herarkhis, distributive/menyebar)

14 Jean Piaget (Teori Perkembangan Kognitif)
merupakan teori konflik sosiokognitif yang berkembang menjadi aliran konstrukstivistik kemauan belajar anak banyak ditentukan oleh karsa individu keaktifan siswa merupakan faktor dominan keberhasilan belajar kemandirian merupakan jaminan ketercapaian hasil belajar yang optimal penataan lingkungan bukan penentu terjadinya belajar, tetapi mempermudah belajar

15 Lanjutan Piaget bisa berakibat kontraproduktif, budaya individualistik dan sokratik (self-generated knowledge – individualistic pursuit of truth), unggulan budaya barat teori psikogenesis: pengetahuan berasal dari individu, posisi siswa terpisah dengan interaksi sosial, penciptaan makna / pengetahuan akibat kematangan biologis, primer (individu) – sekunder (sosial). Mengutamakan interaksi dalam kelompok sebaya, bukan yang lebih dewasa

16 Lanjutan Klasifikasi perkembangan kognitif: sensory motor, pra operasional, operasional konkrit, dan operasional formal. Asumsi: konsep tersusun dalam jaringan laba-laba yang disebut skemata, konsep terkait akan terhubung: perlunya mengkaitkan pengetahuan baru dengan yang sudah ada, pengetahuan prasyarat memudahkan siswa memahami konsep. Perubahan struktur kognitif melalui adaptasi yang berimbang (equlibrasi): dengan proses asimilasi dan akomodasi

17 Jerome Bruner (perkembangan mental, kebermaknaan)
enactive (manipulasi obyek langsung) iconic (representasi gambar) symbolic (manipulasi simbol)

18 Dienes (Permainan) Dengan permainan siswa menjadi lebih tertarik dan tidak bosan terhadap bahan pelajaran yang diberikan

19 George Polya (Problem solving/ pemecahan masalah)
prosedur: memahami, merencanakan, melaksanakan, mengecek Ciri: siswa tertentang, tidak ada prosedur tetap, ada usaha Model: tidak rutin, soal cerita, soal terapan Strategi: penemuan terbimbing (guided discovery), investigasi, multiple solution, multiple methods of solution Pengembangan: Higher Order Thinking (kritis, kreatif, analitik)

20 Lanjutan Polya Proses: persiapan (koleksi, informasi, pengamatan, penyelidikan, pendapat) Analisis (definisi, klasifikasi, evaluasi) Inkubasi (pengendapan dalam pikiran) Iluminasi (munculnya ide baru tak terduga) Usaha sadar menjawab / menyelesaikan

21 TEORI HUMANISME

22 Teori Belajar Humanistik
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

23 Arthur Combs Berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.

24 Maslow individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri (self).

25 Carl Ransom Rogers Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu: 1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya. 2.Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa 3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa. 4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

26 Implikasi Teori Belajar Humanistik
Guru Sebagai Fasilitator 1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas 2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum. 3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi. 4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka. 5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.

27 6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok 7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain. 8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa 9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar 10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

28 Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.

29 Prinsip - Prinsip Belajar Humanistik
Manusia mempunyai cara belajar alami Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar

30 TEORI BEHAVIORISME

31 Ciri utama manusia: - Berpikirmenjelajah fenomena yang nampak dan tidak nampak - Berbahasaberkomunikasi, bersosialisasi untuk menyampaikan hasil pemikirannya

32 Salah satu objek pemikiran manusia adalah bagaimana manusia dapat berbahasa?
Ada pro dan kontra bagaimana manusia dapat berbahasa. Teori Belajar Bahasa

33 TEORI Mendeskripsikan, menerangkan, menjelaskan fakta.
Meramalkan kejadian-kejadian yang akan terjadi berdasarkan teori yang sudah ada. Mengendalikan: mencegah sesuatu supaya tidak terjadi atau mengusahakan supaya terjadi.

34 BELAJAR Teori berhubungan dengan belajar.
Belajar: pemerolehan ilmu melalui proses, pengalaman, dan latihan, Belajar akan melibatkan ingatan. Lupa  belum tentu hilang sama sekali dari ingatan. Ingatan dapat dipanggil kembali dengan merangsang otak. Caranya yaitu dengan belajar kembali.

35 Prinsip Belajar Dilakukan dengan sengaja. Harus direncanakan sebelumnya dengan struktur tertentu. Guru menciptakan pembelajaran buat siswa. Memberikan hasil tertentu buat siswa. Hasil-hasil yang dicapai dapat dikontrol dengan cermat. Sistem penilaian dilaksanakan secara berkesinambungan.

36 Harapan dari belajar: Adanya perubahan (behavioral change), menghasilkan kecakapan baru, adanya usaha untuk mencapai yang lebih baik denga disengaja

37 Teori Behaviorisme 1. John B. Watson (1878-1958) Bapak Behaviorisme
Stimulus  Respons Menolak adanya pengaruh naluri (instinct). Makan  lapar Kegiatan makan bukan karena naluri tetapi karena adanya stimulus dan respon.

38 Watson mengadaakan eksperimen terhadap Albert, seorang bayi berumur sebelas bulan.

39 Albert adalah seorang bayi yang gembira dan tidak takut bahkan senag bermain-main dengan tikus putih berbulu halus. Dalam ejperimennya watson memulai proses pembiasaannya dengan cara memukul sebatang besi dengan sebuah palu setiap kali Albert mendekati dan ingin memegang tikus putih itu. Akibatnya, tidak lama kemudian Albert menjadi takut terhadap tikus putih juga kelinci putih. Bahkan terhadap semua benda putih, termasuk jaket dan topeng Sinterklas yang berjenggot putih.

40 2. Skinner (1957) Operant Conditioning Misalnya, jika seorang anak bayi kecil mengatakan minta susu dan orangtuanya memberinya susu, maka operant dikuatkan. Menurut Skinner, perilaku verbal adalah perilaku yang dikendalikan oleh akibatnya. Bila akibatnya itu hadiah, perilaku itu akan terus dipertahankan. Namun, bila akibatnya adalah hukuman, atau kurang adanya penguatan, perilaku itu akan diperlemah atau pelan-pelan akan disingkirkan.

41 Ada seorang anak kecil menangis meminta es kepada ibunya
Ada seorang anak kecil menangis meminta es kepada ibunya. Tetapi, karena ibunya yakin dan percaya bahwa es itu menggunakan pemanis buatan maka sang ibu tidak meluluskan permintaan anaknya. Sang anak terus menangis. Tetapi, sang ibu bersikukuh untuk tidak menuruti permintaan anaknya. Lama kelamaan tangis anak tersebut reda dengan sendirinya dan dilain waktu tidak meminta es semacam itu lagi kepada ibunya, apalagi dengan menangis.

42 Seandainya anak itu kemudian dituruti keinginannya oleh ibunya, apa yang akan terjadi?
Pada kesempatan lain anak tersebut akan meminta es lagi. Apabila ibunya tidak meluluskannya, maka ia akan menangis dan terus menangis karena dengan menangis ia akan mendapatkan es. Kalau ibunya memberikan es lagi, maka perbuatan menangis itu dikuatkan. Pada kesempatan lain, anak tersebut akan menangis manakala ia meminta sesuatu pada ibunya

43 3. Pavlov ( ) Teori Pembiasaan Pembelajaran merupakan rangkaian panjang dari respons-respons yang dibiasakan. Teori ini diperkuat oleh Thorndike ( ) yang terkenal dengan teori Trial and Error.

44 Thorndike berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu proses menghubung-hubungkan di dalam sistem saraf. Yang dihubungkan adalan peristiwa fisik dan mental. Fisik: segala rangsangang (stimulus) dan gerak balas (respons). Mental: segala yang dirasakan oleh pikiran (akal).

45 Temuan Thorndike: the law of exercise, the law of effect Misalnya, ketika sedang belajar bersepeda atau belajar bahasa seperti pengucapan kata-kata yang sulit. Kegagalan diulang terus-menerus lama-kelamaan akan berhasil

46 4. Albert Bandura Social Learning Observational Learning
Perilaku Individu tidak semata-mata karena refleks otomatis S- R, tetapi juga karena reaksi yang timbul sebagai interaksi antara lingkungan dengan individu itu sendiri. Belajar menurutnya adalah yang dipelajari manusia terutama belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh periklaku (modeling).

47 Teori ini juga masih memandang penting conditioning.
Pemberian reward dan punishment akan membuat seorang berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.

48 MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

49 Definisi/Konsep Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world)

50 KELEBIHAN PBL 1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan

51 KELEBIHAN PBL (2) Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapeserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan (3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

52 Langkah-langkah Operasional dalam Proses Pembelajaran
1. Konsep Dasar (Basic Concept) Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran

53 Langkah-langkah Operasional dalam Proses Pembelajaran
2. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem) Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat

54 . Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.

55 4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.

56 5. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.

57 Contoh Penerapan Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah- masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.

58 Contoh Penerapan Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.

59 Tahapan-Tahapan Model PBL
Contoh Penerapan Tahapan-Tahapan Model PBL

60 SISTEM PENILAIAN Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

61 SISTEM PENILAIAN Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.

62 Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar. Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya

63 Selesai


Download ppt "KOGNITIVISME Oleh: Dr. Djono, M.Pd.."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google