Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
2
Nama : Iskandar Hidayat Nim : 106032101074
Suku asmat Nama : Iskandar Hidayat Nim :
3
Pendahuluan Seperti telah kita ketahui bahwa Indonesia terdiri dari berbagai jenis suku dengan aneka adat istiadat yang berbeda satu sama lain.Suku-suku tersebut ada yang tinggal di pesisir pantai, perkotaan bahkan dipedalaman. Salah satu diantaranya Suku Asmat. Suku Asmat berada di antara Suku Mappi, Yohukimo dan Jayawijaya di antara berbagai macam suku lainnya yang ada di Pulau Papua. Sebagaimana suku lainnya yang berada di wilayah ini, Suku Asmat ada yang tinggal di daerah pesisir pantai dengan jarak tempuh dari 100 km hingga 300 km, bahkan Suku Asmat yang berada di daerah pedalaman, dikelilingi oleh hutan heterogen yang berisi tanaman rotan, kayu (gaharu) dan umbi-umbian dengan waktu tempuh selama 1 hari 2 malam untuk mencapai daerah pemukiman satu dengan yang lainnya. Sedangkan jarak antara perkampungan dengan kecamatan sekitar 70 km. Dengan kondisi geografis demikian, maka berjalan kaki merupakan satu-satunya cara untuk mencapai daerah perkampungan satu dengan lainnya. Suku asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. populasi suku asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. kedua populasi ini saling berbada satu sama lain dalam hal cara hidup, sturktur sosial dan ritual. populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi kedalam dua bagian yaitu suku bisman yang berada di antara sungai sinesty dan sungai nin serta suku simai.
4
Orang Asmat yakin bahwa mereka adalah keturunan dewa yang turun dari dunia gaib yang berada di seberang laut di belakang ufuk, tempat matahari terbenam tiap hari. Dalam keyakinan orang Asmat, dewa nenek-moyang itu dulu mendarat di bumi di suatu tempat yang jauh di pegunungan. Dalam keyakinan orang Asmat, dewa nenek-moyang itu dulu mendarat di bumi di suatu tempat yang jauh di pegunungan. Dalam perjalanannya turun ke hilir sampai ia tiba di tempat yang kini didiami oleh orang Asmat hilir, ia mengalami banyak petualangan. Dalam mitologi orang Asmat yang berdiam di Teluk Flaminggo misalnya, dewa itu namanya Fumeripitsy yang tampan . Ketika ia berjalan dari hulu sungau ke arah laut, ia diserang oleh seekor buaya raksasa. Perahu lesung yang ditumpanginya tenggelam. Dalam perkelahian sengit yang terjadi, ia dapat membunuh si buaya, tetapi ia sendiri luka parah. Ia terbawa arus yang mendamparkannya di tepi sungai Asewetsy, desa Syuru sekarang. Untung ada seekor burung Flamingo yang merawatnya sampai ia sembuh kembali, kemudian ia membangun rumah yew dan mengukir dua patug yang sangat indah serta membuat sebuah genderang em, yang sangat kuat bunyinya. Setelah ia selesai, ia mulai menari terus-menerus tanpa henti, dan kekuatan sakti yang keluar dari gerakannya itu memberi kehidup pada kedua patung yang diukirnya. Tak lama kemudian mulailah patung-patung itu bergerak dan menari, dan mereka kemudian menjadi pasangan manusia yang pertama, yaitu nenek-moyang orang Asmat (Zegwaard 1955) Sejarah
5
Sesudah itu datang lagi seekor buaya raksasa yang juga mencoba menyerang kedua manusia pertama tadi, tetapi Fumeripitsy dapat membunuhnya juga, kepala buaya itu dipenggalnya dan badannya dipotong-potong menjadi bagian- bagian yang kecil, yang dilemparkannya ke semua penjuru mata angin. Potongan buaya tadi itulah yang menjadi nenek-moyang suku-suku bangsa lain yang tinggal di sekeliling tempat tinggal orang Asmat dan yang menjadi musuh mereka. Dengan demikian mite ini menggambarkan tindakan pengayauan pertama dan penciptaan manusia musuh Asmat oleh Fumeripitsy. Mite itu juga melambangkan proses daur ulang hidup dan mati(Smith 1970; Schneebaum 1985). Konsep tradisional orang Asmat tentang hidup didasarkan pada keyakinan akan adanya suatu daerah di seberang ufuk terurai tadi. Kerena itu apabila nenek- moyang mengendaki kelanjutan keturunan, mereka mengirimkan suatu ruh tertentu ke bumi melalui seberkas sinar matahari, yang mendarat di atas atap rumah tempat tinggal wanita. Yang telah ditakdirkan menjadi ibu anak asal ruh tadi. Wanita itu akan hamil dan kemudian melahirkan bayi. Walaupun orang Asmat tahu bahwa hubungan seks berkaitan dengan kelahiran bayi, fungsinya hanya untuk memberi bentuk sebagai manusia kepada ruh yang masuk ke dalam kandungan ibu itu. Dalam hal ini peranan ayah si bayi sama dengan seorang pemahat patung yang memberi bentuk kepada kayu yang disediakan oleh alam kepadanya (Zegwaard 1953). Sejarah
6
Sistem Kepercayaan Orang Asmat
Orang Asmat yakin bahwa di lingkungan tempat tinggal manusia juga diam berbagai macam ruh yang mereka bagi dalam tiga golongan, yaitu: - yi-ow ruh nenek moyang yang sifat dasarnya baik, terutama bagi keturunannya. - Osbopan atau ruh jahat yang membawa penyakit dan bencana. dambin-ow auat roh jahat orang yang mati konyol (Zegwaard 1953). Ruh-ruh yi-ow adalah penjaga hutan-hutan sagu, danau-danau dan sungai-sungai yang penuh ikan dan hutan-hutan yang penuh binatang buruan. Orang Asmat berkomunikasi secara simbolis dengan para yi-ow dengan berbagai upacara sajian berulang yang biasanya dipimpin oleh ndembero, atau pemuka upacara. Ruh-ruh ozbopan menghuni beberapa jenis pohon tertentu, gua-gua yang dalam, batu- batu besar yang mempunyai bentuk khusus, tetapi juga hidup dalam tubuh jenis- jenis binatang tertentu. Sakit dan bencana biasanya disebabkan oleh ruh jahat, yang juga harus dipuaskan oleh manusia dengan berbagai macam upacara sajian. Berbeda dengan upacara-upacara sajian untuk berkomunikasi dengan para yi-ow, upacara sajian kepada para osbopan tak dilakukan secara berulang, tetapi hanya kalau ada orang yang sakit dan bila terjadi bencana. Ruh-ruh itu diupayakan agar tidak terlampau sering mendekati tempat tinggal manusia, dengan melakukan serangkaian pantangan, dan kadang-kadang dengan ilmu gaib protektif. Sistem Kepercayaan Orang Asmat
7
Lingkaran balas dendam dan upacara
Dalam masyarakat asmat orang mati selalu bersama dengan orang hidup, sebab hubungan mati dan hidup adalah hal yang tak bisa dipisahkan, meski menerima pandangan setiap orang akan mati. Orang asmat tidak mengakui adanya kematian alamiah, apakah karena usia, kecelakaan, sakit, kematian seseorang itu dianggap sebagai perbuatan musuh. Kematian disebabkan oleh sebuah kekuatan gaib yang melemahkan tubuh dan roh korban, yang akhirnya mati. Jika dendam seseorang yang mati tidak dibalaskan, jiwanya dipercaya akan menimbulkan kesialan bagi yang masih hidup. Untuk mengingatkan perlunya membalas dendam, orang asmat mebuat patung yang mewakili pada haluan perahu, dayung, dan perisai. Orang mati di kubur di depan rumah kaum laki-laki, dengan kaki mengarah kearah laut ( tempat alam leluhur ). Mayit orang mati di bungkus daun sagu hingga kering, di letakan di depan rumah laki-laki sampai membusuk. Dan keluarga yang hidup menggunakan tengkoraknya sebagai kalung, bantal, agar rohnya bisa membantu dalam kehidupanya.
8
orang asmat mebuat patung
Simbol Untuk mengingatkan perlunya membalas dendam pada perisai
9
Dendam orang mati dibalas dengan menyerang desa musuh dan mengambil kepala manusia, kepala manusia untuk menjamin kesejatraan batin dan kesuburan masyarakat. Jika dendam orang mati tidak di balas, leluhur tidak senang dan akan menarik kembali perlindungannya. Jadi kepala musuh yang di hias sebagai perhiasan menjadi bukti balas dendam. Janji balas dendam adalah upacara pendirian tiang bisj. Bisj ini sebuah patung yang laki-laki, permpuan , dan anak-anak yang telah mati. Dibuat setinggi 5 meter sosok teratas tiang berupa benda menonjol berbentuk bendera yang disebut tsjemen ( penis ), sebagai latihan balas dendam, mereka membuat bisj , yaitu bentuk tiruan pemenggalan kepala. Pemahat menghadap ke pohon seolah menghadap musuh dan menepas kulit pohon hingga getah merah mengalir seolah darah manusia. Lalu pohon dibawa ke kampung, perempuan menyambutnya seolah musuh telah di bantai.
10
Perjalanan terakhir orang mati
Setelah yang hidup membalas dendam yang mati jiwanya dapat melanjutkan perjalanan ke alam leluhur peristiwa ini di rayakan pada pesta jipae Roh orang mati di undaang kembali kedesa untuk kunjungan terakhir kali sebelum meninggalkan kelompok untuk selam-lamnya Pada mulanya jipe di rumah pria secara rahasia dibuat topeng menyerupai bentuk orangyang terbentuk dari tali (mewakili yang mati) kemudian di kenalkan kepada orang yang mepunyai hak dan kewajiban dari orang yang sudah mati seperti orang tua anak yatim yang di tinggalkan. Pada pakaian upacara dibuat, persedian makanan di timbun, orang bernyanyi, memanggil orang mati keluar dari hutan. Disinilah mereka merayakan perayaan terakhir. Pada hari kematia yang mewakili si mati memasuki desa, muncul dari semak, menggunakan pakaian tali, menyebut nama yang mati satu persatu, lalu bercerita bahwa mereka sedang melakukan perjalanan jauh dan panjang di barat, mencari makanan, dan tempat berlindung. Hingga akhirnya setelah mengikuti tarian sepanjang malam di rumah kaum pria, pada saat fajar buta roh orang mati ini menghilang ke hutan. eskatologi EsKat4Lo9inya
11
Jenis atau ragam busana Asmat tidaklah banyak
Jenis atau ragam busana Asmat tidaklah banyak. Sejauh ini yang ditemukan hanya yang berupa "rok mini" dan cawat sebagai penutup aurat kaum lelaki dan perempuan Laki-laki Asmat biasanya memakai pummi semacam rok mini yang dibuat dari anyaman daun sagu. Rumbai-rumbai pummi dilepas begitu saja hingga terurai di sekeliling pinggul dan paha. Penahan pummi adalah asenem, ikat pinggang dari anyaman rotan Sedangkan kaum perempuannya memakai tok, semacam cawat atau celana dalam. Tok adalah pummi yang rumbai- rumbai bagian depannya dikumpulkan lalu ditarik ke bagian belakang pinggul melalui celah paha sehingga menyerupai cawat. Untuk menutup payudara, wanita Asmat membuat semacam kutang dari anyaman daun sagu muda yang disebut peni atau samsur. Tali pengikatnya dibuat dari akar pandan, disebut tali bow. Dan peni, dahulu, hanya dipakai oleh istri panglima perang. Pakaian Asmat Bukan porno Lookh…………
12
Busana dan tata rias yang dikenakan juga menunjukkan status sosial maupun jenis kelamin. Semakin tinggi status sosial seseorang, semakin banyak ragam rias yang dikenakannya, dan masing-masing aksesori itu memiliki makna simbolik Masyarakat Asmat, pun kebanyakan masyarakat asli Irian Jaya, konon, sangat mengagumi burung kakatua raja lantaran satwa ini nampak elok dan gagah. Maka untuk bisa tampil segagah burung yang elok itu mereka, terutama kaum lelaki, melubangi cuping tengah hidung mereka dan "menyumpalnya" dengan aksesori berupa benda yang terkadang berukuran lebih besar daripada lubang hidung, agar ujung hidung tertarik sehingga mancung dan melengkung seperti paruh kakatua raja
13
Rumah suku asmat Anyir aing boga leptop auy……..?
14
Kehidupan suku asmat
15
Sampai baerjum kembali kaka…
Beta merindukan mu……..
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.