Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehFanny Salim Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
PENYULUHAN FALSAFAH DAN ETIKA PENYULUHAN
KELOMPOK 3 YULIANTO WAKIDZIAN ARYANU SAHLAN GUFRON LEO AHMAD UBAIDILLAH DIDIT PUJI LEKSONO IWAN AJENG EKA MELANI RAMADHAN DWI PUTRA
2
FALSAFAH Pemahaman falsafah atau filosofi dikemukakan oleh Pang S. Asngari (2001) bahwa falsafah itu memberikan arah dan merupakan pedoman bagi suksesnya kegiatan yang dilaksanakan. Selanjutnya dikemukakan bahwa filosofi dalam bahasa Yunani, berarti cinta akan kebenaran (love of wisdom). Untuk memperoleh kebenaran tersebut perlulah disusun informasi secara tertib dan sistematik. Peranan metode ilmiah melandasi sistematika penyusunan informasi tersebut.
3
Falsafah penyuluhan dapat dikaitkan dengan pendidikan yang memiliki falsafah: idealisme, realisme dan pragmatisme. Artinya, penyuluhan harus mampu menumbuhkan cita-cita yang melandasi untuk selalu berpikir kreatif dan dinamis sebagai bentuk percerminan nilai-nilai ideal (Siswanto 2012)
4
Pengertian dan Makna Penyuluhan Pembangunan
Beberapa falsafah penyuluhan antara lain : 1. Falsafah mendidik/pendidikan (bukannya klien “dipaksa-terpaksa terbiasa”) Ki Hajar Dewantoro (Syarif Tayeb, 1977) menyebutkan bahwa dalam proses pendidikan digunakan falsafah : “hing ngarsa sung tulada, hing madya mangan karsa, tut wuri handayani” 2. Falsafah pentingnya individu : Pentingnya individu ditonjolkan dalam pendidikan/penyuluhan pada umumnya, sebab potensi diri pribadi seseorang individu merupakan hal yang tiada taranya untuk berkembang dan dikembangkan.
5
3. Falsafah Demokrasi : Klien diberi kebebasan untuk berkembang agar mereka dapat mandiri sekaligus dapat bertanggungjawab sesuai dengan perkembangan intelektualnya. Falsafah Bekerjasama : Falsafah Ki Hadjar Dewantoro “hing madya mangun karsa” mengandung makna adanya kerjasama antara penyuluh/agen pembaruan dengan klien. Penyuluh bekerjasama dengan klien agar klien aktif berprakarsa (dalam proses belajar) mengembangkan usaha bagi dirinya. 4. Falsafah “Membantu Klien Membantu Diri Sendiri.” Thompson Repley Bryant (Vines dan Anderson, 1976 :81 dalam Asngari, 2001), seorang penyuluh kawakan Amerika Serikat, menggaris bawahi falsafah ini dengan mengatakan : Makna falsafah ini menunjukkan landasan orientasi pentingnya individu membantu diri sendiri. Dari falsafah ini pula dikembangkan landasan kegiatan “dari mereka, oleh mereka, dan untuk mereka.”
6
5. Falsafah Kontinyu/berkelanjutan : Dunia berkembang, manusia berkembang, ilmu berkembang, teknologi berkembang, sarana berkembang, usaha berkembang, jadi harus sesuai dengan perkembangan : 1) materi yang disajikan, 2) cara penyajian, dan 3) alat bantu penyajian. 6. Falsafah Membakar Sampah (secara tradisional, baik individual, maupun berkelompok). • Ini analogi ; kemungkinan sampahnya “basah semua” siram dengan minyak tanah (jangan sekali-kali dengan bensin) lalu dibakar (kadang-kadang perlu beberapa kali disiram minyak tanah dan dibakar sampai ada yang kering dan merambat mempengaruhi kekeringan yang lain), ini pendekatan kelompok yang semuanya belum membangun. • Bagi seorang individu, falsafah ini pun berlaku, dengan bertahap penuh kesabaran menunggu perkembangan. Falsafah ini memang harus dilandasi adanya kesabaran menunggu perkembangan individu klien. Inilah kunci proses mendidik/menyuluh untuk mengembangkan dan mewujudkan potensi individu lebih berdaya dan mandiri. Individu lebih berdaya sebagai hasil mendinamiskan diri, sehingga individu mampu berprestasi prima secara mandiri
7
KONSEP Dari definisi dan falsafah penyuluhan pembangunan, dapat diturunkan konsep penyuluhan pembangunan. Terkait dengan hal tersebut, dalam perjalanannya, kegiatan penyuluhan diartikan dengan berbagai pemahaman, seperti (Mardikanto, 2009) :
8
1. Penyuluhan sebagai proses penyebar-luasan informasi. 2
1. Penyuluhan sebagai proses penyebar-luasan informasi. 2. Penyuluhan sebagai proses penerangan. 3. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku. 4. Penyuluhan sebagai proses belajar. 5. Penyuluhan sebagai proses perubahan sosial. 6. Penyuluhan sebagai proses rekayasa sosial (social enginering). 7. Penyuluhan sebagai proses pemasaran sosial (social marketing). 8. Penyuluhan sebagai proses pemberdayaan masyarakat (community empowerment). 9. Penyuluhan sebagai proses komunikasi pembangunan.
9
PRINSIP Beberapa falsafah penyuluhan antara lain : 1. Falsafah mendidik/pendidikan (bukannya klien “dipaksa-terpaksa terbiasa”) Ki Hajar Dewantoro (Syarif Tayeb, 1977) menyebutkan bahwa dalam proses pendidikan digunakan falsafah : “hing ngarsa sung tulada, hing madya mangan karsa, tut wuri handayani” 2. Falsafah pentingnya individu : Pentingnya individu ditonjolkan dalam pendidikan/penyuluhan pada umumnya, sebab potensi diri pribadi seseorang individu merupakan hal yang tiada taranya untuk berkembang dan dikembangkan. 3. Falsafah Demokrasi : Klien diberi kebebasan untuk berkembang agar mereka dapat mandiri sekaligus dapat bertanggungjawab sesuai dengan perkembangan intelektualnya. Falsafah Bekerjasama : Falsafah Ki Hadjar Dewantoro “hing madya mangun karsa” mengandung makna adanya kerjasama antara penyuluh/agen pembaruan dengan klien. Penyuluh bekerjasama dengan klien agar klien aktif berprakarsa (dalam proses belajar) mengembangkan usaha bagi dirinya. 4. Falsafah “Membantu Klien Membantu Diri Sendiri.” Thompson Repley Bryant (Vines dan Anderson, 1976 :81 dalam Asngari, 2001), seorang penyuluh kawakan Amerika Serikat, menggaris bawahi falsafah ini dengan mengatakan : Makna falsafah ini menunjukkan landasan orientasi pentingnya individu membantu diri sendiri. Dari falsafah ini pula dikembangkan landasan kegiatan “dari mereka, oleh mereka, dan untuk mereka.”
10
5. Falsafah Kontinyu/berkelanjutan : Dunia berkembang, manusia berkembang, ilmu berkembang, teknologi berkembang, sarana berkembang, usaha berkembang, jadi harus sesuai dengan perkembangan : 1) materi yang disajikan, 2) cara penyajian, dan 3) alat bantu penyajian. 6. Falsafah Membakar Sampah (secara tradisional, baik individual, maupun berkelompok). • Ini analogi ; kemungkinan sampahnya “basah semua” siram dengan minyak tanah (jangan sekali-kali dengan bensin) lalu dibakar (kadang-kadang perlu beberapa kali disiram minyak tanah dan dibakar sampai ada yang kering dan merambat mempengaruhi kekeringan yang lain), ini pendekatan kelompok yang semuanya belum membangun. • Bagi seorang individu, falsafah ini pun berlaku, dengan bertahap penuh kesabaran menunggu perkembangan. Falsafah ini memang harus dilandasi adanya kesabaran menunggu perkembangan individu klien. Inilah kunci proses mendidik/menyuluh untuk mengembangkan dan mewujudkan potensi individu lebih berdaya dan mandiri. Individu lebih berdaya sebagai hasil mendinamiskan diri, sehingga individu mampu berprestasi prima secara mandiri
11
Etika dalam penyuluhan
: (1) Penyuluhan harus dapat mempengaruhi segenap anggota keluarga, (2) Setiap anggota keluarga memiliki peran/pengaruh dalam pengambilan keputusan, (3) Penyuluhan harus mampu mengembangkan pemahaman bersama. (4) Penyuluhan mengajarkan pengelolaan keuangan keluarga, (5) Penyuluhan mendorong keseimbangan antara kebutuhan keluaga dan kebutuhan usahatani, (6) Penyuluh harus mampu mendidik anggota keluarga yang masih muda, (7) Penyuluh harus mengembangkan kegiatan-kegiatan keluarga, (8) Memperkokoh kesatuan keluarga, baik masalah sosial, ekonomi, maupun budaya, dan (9) Mengembangkan pelayanan keluarga terhadap masyarakatnya. Kepuasan. Penyuluhan harus mampu mewujudkan tercapainya kepuasan
12
Etika Penyuluhan Pertanian Etika, adalah tata pergaulan yang khas atau ciri-ciri perilaku yang dapat digunakan untuk mengindentifikasi, mengasosiasikan diri, dan dapat merupakan sumber motivasi untuk berkarya dan berprestasi bagi kelompok tertentu yang memilikinya. Etika bukanlah peraturan, tetapi lebih dekat kepada nilai-nilai moral untuk membangkitkan kesadaran beritikad baik, jika dilupakan atau dilanggar akan berakibat kepada tercemarnya pribadi yang bersangkutan, kelompoknya, dan anggota kelompoknya (Kartono M, 1987). Kegiatan penyuluhan bukan lagi menjadi kegiatan sukarela tetapi telah berkembang menjadi profesi, karena itu setiap penyuluh perlu memegang teguh Etika Penyuluhan. Penyuluh harus mampu berperilaku agar masyarakat selalu memberikan dukungan yang tulus ikhlas terhadap kepentingan nasional. Perilaku yang perlu ditunjukkan atau diragakan oleh setiap penyuluh (SalmonP, 1987) adalah: Perilaku sebagai manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman kepada Tuhan YME, jujur dan disiplin.
13
. Kepuasan akan sangat menentukan keikutsertaan sasaran pada program-program penyuluhan selanjutnya. Perilaku sebagai anggota masyarakat, yaitu mau menghormati adat/kebiasaan masyarakatnya, menghormati pelaku utama dan pelaku usaha agribisnis dan keluarganya (apapun keadaan dan status sosial-ekonominya) dan menghormati sesama penyuluh. Perilaku yang menunjukkan penampilannya sebagai yang andal, yaitu berkeyakinan kuat atas manfaat tugasnya, kerjanya, memiliki jiwa kerjasama yang tinggi dan berkemampuan untuk bekerja teratur. Perilaku yang mencerminkan dinamika, yaitu ulet, mental dan semangat kerja yang tinggi, selalu berusaha mencerdaskan diri dan selalu berusaha mengkaitkan kemampuannya. SYUFRI & FAM di 05.47
14
PENUTUP Berbagai ahli dan lembaga memberikan berbagai definisi tentang penyuluhan. Dari berbagai pengertian yang dikemukakan di atas, dapat ditarik suatu hal yang mendasar tentang penyuluhan pembangunan, yaitu : (1) Penyuluhan adalah proses pendidikan (2) Proses penyuluhan adalah untuk mencapai perubahan perilaku (3) Tujuan penyuluhan adalah meningkatkan kesejahteraan sasaran penyuluhan. Pemahaman terhadap pengertian dan makna penyuluhan, serta falsafah, konsep dan prinsip penyuluhan secara lengkap dan menyeluruh, diharapkan eksistensi dan esensi penyuluhan dapat diakui dan dikembangkan lagi semata- mata untuk mencapai perubahan perilaku masyarakat yang tidak akan pernah berkesudahan.
15
DAFTAR PUSTAKA Siswanto, D Urgensi Falsafah Penyuluhan Pembangunan dan Etos Kerja Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ilmiah CIVIS Vol. 2(1) :
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.