Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Oleh : Nurul Dwi Istyana

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Oleh : Nurul Dwi Istyana"— Transcript presentasi:

1 Oleh : Nurul Dwi Istyana
ATONIA UTERI Oleh : Nurul Dwi Istyana

2 Pengertian Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawirohardjo : 2008)

3 Patofisiologi Plasenta terlepas Pembuluh darah uterus melebar
Bila kontraksi uterus menurun Pembuluh darah tidak menutup sempurna Atonia uteri

4 Etiologi 1 Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli, polihidramnion, atau anak terlalu besar. 2 Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep 3 Kehamilan grande multipara

5 4 Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun. 5 Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim. 6 Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya

6 Tanda & Gejala Tanda & Gejala Gejala yang selalu ada
Kontraksi lembek, Perdarahan post partum Gejala kadang timbul Syok TD rendah,nadi cepat&kecil,gelisah)

7 Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak cc yang sudah keluar dari pembuluh darah ( Prawirohardjo : 2008 ) Diagnosis

8 Penanganan 1.Berikan 10 unit oksitosin intra Muskular 2.Masase uterus untuk mengeluarkan gumpalan darah 3. Jika kandung kemih penuh gunakan teknik septic untuk memasang kateter ke dalam kemih ( menggunakan kateter karet steril/DTT) 4. Gunakan sarung tangan DTT/steril, lakukan kompresi bimanual internal maksimal lima menit atau hingga perdarahan bisa dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik. 5. Anjurkan keluarga untuk memulai mempersiapkan kemungkinan rujukan

9 Lanjutan… 6. Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati Pantau kala empat persalinan dengan seksama, termasuk sering melakukan masase fundus uterus untuk memeriksa atonia, mengamati perdarahan dari vagina, tekanan darah dan nadi.

10 Lanjutan… 7. Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu lima menit setelah dimulainya kompresi bimanual pada uterus : Instruksikan salah satu anggota keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati Jika tidak ada tanda hipertensi dari ibu, berikan metergin 0,2 mg intra muscular Mulai Intra Vena Ringer laktat 500 cc x 20 unit oksitosin menggunakan jarum berlubang besar (16 atau 18 Gauge) dengan teknik aseptic Berikan 500 cc pertama secepat mungkin dan teruskan dengan intra vena ringer laktat + 20 unit Ringer Laktat + 20 unit oksitosin yang kedua.

11 8. Jika uterus tetap atonia atau perdarahan terus berlangsung
Lanjutan… 8. Jika uterus tetap atonia atau perdarahan terus berlangsung Ulangi kompresi bimanual interna Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perahan-lahan dan pantau kala empat persalinan dengan cermat Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ke tempat dimana operasi bisa dilakukan. Damping ibu ke tempat rujukan. Teruskan infuse Intra Vena dengan kecepatan 500 cc per jam hingga ibu mendapatkan total 1,5 liter dan kemudian turunkan kecepatan hingga 125 cc/jam

12 Lanjutan… 9. Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus diamati dengan ketat untuk tanda dan gejala infeksi. Berikan antibiotika jika terjadi tanda-tanda infeksi (gunakan antibiotika berspektrum luas), misalnya ampisilin lagi intra Muskular, diikuti 500 mg per oral setiap 6 jam ditambah metronidazol mg per oral setiap 8 jam selama 5 hari.

13 TERIMAKASIH


Download ppt "Oleh : Nurul Dwi Istyana"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google