Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehSri Darmadi Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
DASAR-DASAR LOGIKA Drs. Muhammad YGG Seran, M.Si
2
SIAPAKAH MEREKA ?
4
Siapakah Mereka? KEBENARAN (empiris-obyektif)
5
Tentang kebenaran (alam, pikiran, sosial)
Pertemuan I: Memahami logika dan kaitannya dengan filsafat dan metodologi penelitian Tentang kebenaran (alam, pikiran, sosial) Tentang filsafat dan cabang-cabang filsafat (ontologi, epistemologi, aksiologi) Tentang logika Tentang metodologi penelitian
6
Pertemuan II: Definisi dan Ciri Khas Hukum Logika
Definisi logika: metode atau teknik untuk membangun ketepatan (kebenaran) penalaran. Komponen kunci: Metode/teknik. Ketepatan (kebenaran) Penalaran. (Penalaran = satu bentuk pemikiran).
7
Ada 3 bentuk pemikiran: Pengertian (Conceptus, Concept). Pernyataan (Propositio, Statement). Penalaran (Ratiocinium, Reasoning). Tidak ada pernyataan tanpa pengertian dan tidak ada penalaran tanpa pernyataan. Untuk memahami penalaran, 3 bentuk pemikiran tersebut harus dipahami bersama-sama.
8
Pengertian (Conceptus, Concept): lambang – bahasa – kata.
Kata sebagai fungsi dari pengertian = term. Ada beda sifat lambang dengan yang dilambangkan, perhatian utamanya: perbandingan jumlah kata dengan jumlah pengertian.
9
Perbandingan Jumlah Pengertian dengan Jumlah Kata
Nama Term Contoh 1 2 Tunggal Majemuk Gunung, Manusia, Keadilan Kereta Api, Lapangan Sepak Bola Perbandingan Jumlah Term dengan Jumlah Pengertian Term Pengertian Nama Term Contoh 1 2 Univok Ekuivok Guru, Sendok Makan Bulan (= satelit bumi) dan bulan (= waktu 30 hari) ya 1 ya 2 Analog (Orang) Sehat, (Obat) Sehat, (Udara) Sehat. Semua term “sehat” mempunyai arti yang sekaligus sama dan berbeda.
10
Pernyataan (Propositio, Statement): Ada 4 bentuk proposisi:
Proposisi Empirik (Basic Statement). Proposisi Mutlak (Self Evident Statement). Proposisi Hipotetik (Predikat dihubungkan dengan Subyek, kalau hubungan bergantung pada syarat yang harus dipenuhi). Proposisi Kategorik (Hubungan Subyek dan Predikat tanpa syarat).
11
Penalaran (Ratiocinium, Reasoning) = penyimpulan proposisi baru (sebelumnya tidak diketahui) berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar. Antecedens/premis = proposisi yang menjadi dasar penyimpulan. Concequens/konklusi = akibat/kesimpulan yang dihasilkan dari hubungan antar premis. Ada 2 bentuk penalaran: Penalaran induktif (Induksi) atau generalisasi = penalaran yang konklusinya lebih luas daripada premisnya. Penalaran deduktif (Deduksi) = penalaran yang konklusinya lebih sempit daripada premisnya.
12
Logika Formal dan Logika Material:
Logika Formal = logika yang hanya membahas bentuk penalaran. Logika Material = logika yang membahas penalaran dari segi isi atau bahannya. Yang dibicarakan logika sekarang adalah Logika Formal. “Benar” tidak sama dengan “Logis”. “Benar” adalah proposisi dan berarti ada kesesuaian antara subyek dan predikat: proposisi itu konsisten. “Logis” adalah penalaran dan berarti penalaran itu mempunyai bentuk yang tepat: penalaran itu sahih.
13
Hukum (Penyimpulan) dalam Logika:
Penalaran = proses berpikir, yang berdasarkan premis (pernyataan, proposisi) yang benar menarik konklusi yang benar pula. Dan ini dicapai kalau bentuk penalarannya sahih. Berdasarkan asumsi bahwa bentuk penalaran itu sahih, maka hubungan kebenaran antara premis (pernyataan, proposisi) dan konklusi (kesimpulan) dirumuskan hukum sebagai berikut:
14
Hukum Penyimpulan: Apabila premis benar, maka konklusi penalaran benar. Apabila konklusi penalaran salah, maka premis juga salah. Apabila premis salah, maka konklusi penalaran dapat benar dapat salah. Apabila konklusi benar, maka premis penalaran dapat benar dapat salah.
15
Pertemuan III-V: Konsep Dasar Terkait Logika
Teori-proposisi-konsep-variabel-definisi operasional Tipologi proposisi: hipotesa, generalisasi empiris, aksioma, postulat, teorema Penggunaan dalam penelitian
16
Manfaat Logika untuk Penelitian:
Masalah Bab 1 Teori Bab 2 Metodologi Bab 3 Data dan Pembahasan Bab 4 Kesimpulan Bab 5 Induksi Bab 1 Deduksi Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5
17
Operasionalisasi: Teori Proposisi Konsep 1 Variabel 2 Dimensi 3
4 Variabel 5 Dimensi 6 Indikator 7 Instrumen -- Tujuan
18
Teorisasi: Teori -- Tujuan Proposisi Konsep 7 Variabel 6 Dimensi 5
4 Variabel 3 Dimensi 2 Indikator 1 Instrumen
19
Premis 1: Kompleksitas berhubungan dengan sentralisasi
Premis 2: Sentralisasi berhubungan dengan Formalisasi Premis 3: Formalisasi berhubungan dengan Efisensi Konklusi: kompleksitas berhubungan dengan efisiensi: (teori birokrasi Thompson)
20
Pertemuan VI-VII: Tipologi (Pengelompokan) Penalaran
Silogisme Tipologi kategorik, hipotetik, empirik, dan absolut
21
Pertemuan VIII: Ujian Tengah Semester
Pertemuan I-VII
22
KLASIFIKASI LOGIKA Dilihat dari bentuk, maka logika dibagi:
Logika Tradisional. Logika Formal. Dilihat dari sumber pengetahuan, maka logika dibagi: Logika Deduktif. Logika Induktif.
23
LOGIKA TRADISIONAL Logika Tradisional = logika yang awal mula dibentuk oleh Aristoteles. Logika Tradisional, dibagi menjadi dua: Penalaran Langsung Penalaran Tidak Langsung (Silogisme Kategorik).
24
PENALARAN LANGSUNG = penalaran yang premisnya hanya terdiri dari satu proposisi dan konklusinya ditarik langsung dari proposisi yang satu itu dengan membandingkan subyek dan predikatnya. Penalaran Langsung, dibagi menjadi 5 tipe: Proposisi Kategori Standar. Konversi. Obversi. Kontraposisi. Oposisi.
25
Proposisi Kategori Standar = penalaran langsung yang didasarkan atas proposisi kategorik bentuk S = P (membandingkan S dan P)., dimana S dan P sama-sama kata benda Kaitan antara S (kata benda) dan P (kata benda) berdiri sendiri dan dihubungkan oleh KOPULA. Contoh: “Kerbau (kata benda) itu (kopula) binatang (kata benda).” Bentuk tersebut adalah bentuk proposisi kategorik yang dipakai sebagai standar dalam sistem logika Aristoteles. Banyak proposisi kategorik, yang P-nya tidak menunjuk suatu substantif (kata benda) tetapi kata sifat. Contoh: “Burung bangau itu putih”, “Lukisan itu bagus”.
26
Proposisi yang bukan kategorik standar tersebut harus diubah ke dalam bentuk standar, sehingga contoh: “Burung bangau itu putih” menjadi “Burung bangau itu burung putih” dan contoh: “Lukisan itu bagus” menjadi “Lukisan itu sesuatu yang bagus”. Dalam proposisi kategorik standar, kopula dilambangkan dalam bahasa berupa kata-kata: “itu”, “ini”, “ialah”, “adalah”, “sama dengan”, dan sebagainya.
27
Banyak proposisi kategorik, yang P-nya tidak menunjuk suatu substantif (kata benda) yang bukan hanya kata sifat tetapi juga kata kerja. Contoh: “Tidak semua burung berkicau” atau “Ia sedang makan”, dan seterusnya. Proposisi tersebut harus diubah duku ke dalam bentuk standar menjadi: Contoh: “Tidak semua burung berkicau” diubah menjadi “Tidak semua burung adalah burung yang berkicau”. “Ia sedang makan” diubah menjadi “Ia adalah orang yang sedang makan”. Dan seterusnya.
28
Konversi = penalaran langsung dengan cara pembalikan.
Prosedur: term P dijadikan term S, dan term S dijadikan term P. Dalam konversi, proposisi yang dikonversikan dan hasil konversinya sama kualitasnya. Rumus: Premis: Kalau S = P, Konklusi: Maka P = S Contoh: Premis: Semua mahasiswa bukan anak kecil. Konklusi: Semua anak kecil bukan mahasiswa. Contoh lain: Premis: Beberapa mahasiswa adalah anggota Menwa. Konklusi: Beberapa anggota Menwa adalah mahasiswa.
29
Obversi = penalaran langsung dengan prosedur:
Kualitas proposisi premis diganti, dari proposisi afirmatif dijadikan negatif atau sebaliknya. Term P diganti dengan komplemennya. Term itu menunjukkan suatu kelas. Apa yang tidak termasuk anggota kelas itu semuanya merupakan komplemennya atau kelas komplementernya. Contoh: komplemen dari kelas “ayam” ialah “non ayam”. Komplemen dari “kucing” adalah “non kucing”. Dan seterusnya.
30
Prinsip yang menjadi dasar penyimpulan Obversi: A = non non-A, A itu ekuivalen dengan non non-A. Prinsip ini disebut juga Prinsip Negasi Ganda (Double Negation). Contoh: Premis: Manusia adalah makhluk berpikir. Konklusi: Manusia adalah bukan non makhluk berpikir.
31
Kontraposisi = penalaran langsung dengan prosedur:
Term S maupun term P diganti dengan komplemen masing-masing. Proposisi yang sudah berubah term-term itu kemudian dikonversikan: term S dan term P bertukar tempat. Contoh: Premis: Semua pejuang kemerdekaan adalah pembela bangsa. Konklusi: Semua non pembela bangsa adalah non pejuang kemerdekaan.
32
Oposisi = bujur sangkar perlawanan
Penalaran langsung yang premisnya hanya terdiri dari satu proposisi, yang langsung digunakan untuk menarik konklusi. Proposisi yang satu diikuti oleh proposisi yang lain, sehingga kalau proposisi yang satu benar, maka yang lain juga benar. Karena proposisi kategorik standar hanya empat bentuk: A E I dan O, maka salah satu dari keempat bentuk itu yang menjadi premis dan salah satunya pula menjadi konklusinya, dengan catatan: konklusi dan premis tidak boleh identik.
33
Premis: A A E I O Konklusi: E
Kemungkinan bentuk penalaran langsung dari Oposisi adalah: Simbol A E I O, dilihat pada halaman 27. Ada empat bentuk Oposisi: Kontrarik, Subkontrarik, Subalternasi, Kontradiktorik. Premis: A A E I O Konklusi: E
34
Kualitas Kontrarik Subalternasi Kontradiktorik Subalternasi Subkon- trarik
Semua sarjana adalah orang pandai E Semua sarjana adalah bukan orang pandai Kuantitas I Tidak semua sarjana adalah orang pandai O Tidak semua sarjana bukan rang pandai
35
PENALARAN TIDAK LANGSUNG = disebut juga Silogisme Kategorik, atau Silogisme saja; = bentuk formal dari deduksi yang terdiri atas proposisi-proposisi kategorik. Disebut kategorik, karena proposisi-proposisi bersifat substantif (ciri, karakteristik). Disebut tidak langsung, karena sebelum sampai pada konklusi ada satu premis/proposisi yang memperantarai (Term Tengah atau Terminus Medius). Prosedur: (1) Premis Mayor (2) Premis Minor. (3) Konklusi. Contoh: Premis Mayor: Semua pahlawan adalah orang berjasa. Premis Minor: Kartini adalah pahlawan. Konklusi: Kartini adalah orang berjasa.
36
Premis 1: Kompleksitas berhubungan dengan sentralisasi
Premis 2: Sentralisasi berhubungan dengan Formalisasi Premis 3: Formalisasi berhubungan dengan Efisensi Konklusi: kompleksitas berhubungan dengan efisiensi: (teori birokrasi Thompson)
37
LOGIKA FORMAL Premis = pengetahuan/pernyataan/proposisi yang menjadi dasar konklusi, harus benar. Silogisme = logika formal. Bentuk penalaran (pola susunan penalaran): Semua a adalah c b adalah a Jadi, b adalah c.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.