Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Dekonstruksi Kebenaran (Pengantar ke Pemikiran Aliya Harb)

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Dekonstruksi Kebenaran (Pengantar ke Pemikiran Aliya Harb)"— Transcript presentasi:

1 Dekonstruksi Kebenaran (Pengantar ke Pemikiran Aliya Harb)
Oleh : Mustamir Anwar

2 Obsesi Filsafat Modern (Descartes) adalah :
1). Permasalahan “ada” / Being / Wujud 2). Obsesi kebenaran dan kepastian 3). Subyek / Cogito / kesadaran. :: wujud dan kebenaran merupakan “konsep lama” yang mendahului Filsafat. :: Filsafat mengkaji tentang kebenaran konsep “ada”, atau kebenaran itu sendiri!

3 Sehingga konsep bermuara pada Subyek (modern
Sehingga konsep bermuara pada Subyek (modern!)  dikarenakan Subyek adalah kutub, maka mengandung “Keyakinan” Akhirnya Filsafat identik dengan subyektifitas. Filsafat menjadi asimilasi dan perpaduan Subyek - Obyek Kebenaran muncul sebagai hasil perpaduan tersebut

4 Asimilasi Subyek-Obyek = Kebenaran. Contohnya :
Aristoteles == Kesepadanan hukum-hukum Ide dengan Realitas Hegel == Setiap Rasional adalah Realistik. Descartes == Kebenaran sebagai aksioma asimilasi Subyektif. Nietzsche == Kebenaran merupakan kesepadanan antara ujaran, konsep (pemahaman) dan wujud / ada (baca : bukan Realitas!)

5 Tapi, Filsafat (kebenaran) merupakan =
Oleh karena itu, dalam Filsafat kontemporer, Kebenaran bukan merupakan konsep essensi, korespondensi, konfidensi, afirmasi, stabilisasi Tapi, Filsafat (kebenaran) merupakan = Produksi , Reproduksi Prosedur, Prioritas Tafsir, Otoritas Praktek, Permainan

6 Kebenaran bukan keyakinan epistemik, tapi “sistem Hermeneutik”  Ta’wil! Secara ontologis, ia mendunia, terbuka relasi dengan “ada”/ wujud Manusia adalah hubungan struktural yang terbuka terhadap banyak sisi dan memiliki dimensi dan bentuk yang lain ## ada rindu, nikmat, puas d.l.l  ini tidak bisa hanya di baca dengan frame Psikologis saja.

7 Sisi-sisi manusia (pencari kebenaran) :
1) Kerinduan  bentukan dan ekspresi seksualitas  jasad Subyektif  mewujud keinginan-keinginan 2) Politis  “apa” darinya kita “ada”, ia menjalankan persoalan-persoalannya. 3) Ilmiah  alasan Formal; menentukan “hubungan” dengan kebenaran. 4) Artistik  kebahagiaan hidup; terealisasi dalam seni hidup

8 Relasi Manusia dengan Subyeknya. Timbul “kegandaan”  (ala Foucault)
(1) Dikotomi Tubuh dan Hasrat (2) Dikotomi Pengetahuan dan Kebenaran (3) Dikotomi Kekuatan dan Kekuasaan (4) Dikotomi Internal dan Eksternal Ada = berhasrat, mengenal, berbuat dan merenung !

9 O. k. i Subyek bukan esensi tunggal
O.k.i Subyek bukan esensi tunggal!, tapi relasi yang komplek yang mempengaruhi Subyek lewat 4 sisi tersebut Manusia “hadir” tidak untuk dirinya langsung begitu saja, tapi ia hadir “dalam” dan “dengan” dunia. Ia memiliki banyak kehadiran eksistensial

10 Formasi Filsafat = 1]. Ilmiah --- Rasional
2]. Politis --- Prosedur demokrasi yang membedakan sakral / teologis dengan yang lainnya 3]. Kerinduan --- Peristiwa tiba-tiba  “mencengangkan” (tak terdiskripsikan)  cinta. Artistik --- “seni” , harmoni, sastra, aforisme, puisi  {kematian narasi}

11 Ia adalah “Kemungkinan Kebenaran”.
Filsafat tidak memproduksi kebenaran, ia adalah “sarana konseptual” yang memberikan kemungkinan bahwa kebenaran memiliki “sumber baru” Ia adalah “Kemungkinan Kebenaran”. Benar / salah, baik / buruk, legitimate / ilegitimate, mulia / cela d.l.l adalah konsep-konsep yang interpretatif

12 Karya filsafat harus diperlakukan sebagai =
Sumber bagi proposisi problematis – dialektis yang selalu terbuka. Ia diposisikan sebagai teks konseptual. Format rasional. Arena kemungkinan. Poros makna.

13 Yang terjadi, Kebenaran terkait dengan Rasional, argumentatif  Puisi (misalnya) dianggap Metaforis yang tidak membantu pemikiran Ini adalah gaya ala Aristotelian, dimana Filsafat tersusun dalam “prosedur”. Selainnya dianggap cabang / bidang (termasuk Puisi), semua harus lewat “Logis”

14 Tidak bisa, al-Qur’an (Arab) dijejerkan dengan Filsafat (Yunani).
Dalam Islam, Filsafat ada Format “metafisika” dengan “wajib al-Wujud”. dimana, prosedur logis tidak bisa mengcover. Trus? Prosedur ilmiah (yunanian) tidak cukup, harus dengan ilmu-ilmu dalam wilayah Islam (Tasawuf, Kalam d.l.l) Tidak bisa, al-Qur’an (Arab) dijejerkan dengan Filsafat (Yunani). Karenanya ada “Filsafat Kenabian” “irfani”

15 # Filsafat Barat (justru) Mandeg  dikarenakan Resionalitas # Filsafat Timur (justru) berkembang  dikarenakan Metafisika Ibnu Sina  Filsafat Paripatetik Al-Farabi  Filsafat Kenabian Suhrowardi  Filsafat Isyraqiyah Al-Thusi  menggabungkan Logika, kalam dan matemateka Ibnu Arabi  Imaginasi Kreatif (orientasi Sufistik-Gnosis) Al-Gazali  ilmu Kasyaf

16 :: Filsafat (barat) bisa Produktif jika membuka “wilayah Baru”!
Sezaman dengan Descartes, di Islam Filsafat adalah pola-pola eksistensi { Logika, Metafisika, Hikmah / Kenabian / Wahyu, Gnostik Sufi / Praktek kerinduan } Filsafat (Barat) –hingga kini- hanya terbatas pada Komentar (Syarah) dan komentar atas komentar (Ta’liq) :: Filsafat (barat) bisa Produktif jika membuka “wilayah Baru”!


Download ppt "Dekonstruksi Kebenaran (Pengantar ke Pemikiran Aliya Harb)"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google