Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Kamar No. 5, Paviliun Cendrawasih

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Kamar No. 5, Paviliun Cendrawasih"— Transcript presentasi:

1 Kamar No. 5, Paviliun Cendrawasih
Para perawat di bagian Paviliun Cendrawasih Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo hari itu sibuk mempersiapkan kamar no. 5. Betapa tidak, baru saja ada kabar dari dokter bahwa ada seorang pasien akan masuk ke sana. Beliau adalah Bung Hatta, Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia. Memang kamar no. 5 selalu merupakan kamar yang khusus disediakan bagi Bung Hatta apabila beliau harus dirawat di rumah sakit. Sejak lama beliau terganggu kesehatannya. Namun berkat perjuangannya yang tangguh, meskipun mempunyai beberapa jenis penyakit yang cukup memerlukan perhatian, beliau selalu saja dapat mengatasi penyakitnya. Kadang-kadang memang beliau masuk ke rumah sakit untuk check-up menyeluruh, tetapi kadang-kadang ada juga masanya bahwa beliau sakit gawat. Salah satu di antaranya adalah pada waktu tahun 1976 awal. Seingat saya, beliau masuk rumah sakit pada tahun 1963, 1967, 1971, 1976, 1979, dan terakhir tanggal 3 Maret 1980, ketika akhirnya Bapak tidak pernah lagi kembali ke rumah. Saya masih ingat pertemuan saya yang pertama pada tahun 1971 dengan Bapak Hatta. Setelah beberapa hari dirawat, pada hari Selasa sore tanggal 28 Desember 1971, suami saya datang menjenguk di kamar no. 5 Paviliun Cendrawasih. Sebelumnya saya memang minta izin kepada beliau agar suami saya boleh menengok, dan beliau dengan senang hati menerimanya. Suami saya membawa foto kenang-kenangan waktu Bapak berada dalam tahanan Pemerintah Kolonial di Bangka pada tahun 1949 beserta Bung Karno, Bung Sjahrir, dan lain-lain. Menurut suamiku, di foto itu, yang dibuat oleh keluarga kami, Bapak Hatta jauh berbeda dengan keadaan sewaktu dirawat itu. “Pak, kok Bapak di foto ini gemuk Pak?” tanya suami saya, “sekarang Bapak kelihatan jauh lebih kurus.” Bapak Hatta tertawa dan menjawab, “Oh, dulu waktu di Bangka, kerja saya hanya makan dan tidur saja, sudah tentu menjadi gemuk.” Mendengar ini, suami saya tidak dapat menahan tertawanya, demikian pula Bapak dan saya. Suasana di kamar no. 5 menjadi ramai sejenak. Ny. Saudah Husyn, Pribadi Manusia Hatta, Seri 12, Yayasan Hatta, Juli 2002


Download ppt "Kamar No. 5, Paviliun Cendrawasih"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google