Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Fr Dismas Valens Salettia

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Fr Dismas Valens Salettia"— Transcript presentasi:

1 Fr Dismas Valens Salettia
UT UNUM SINT Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang Komitmen Terhadap Ekumenisme Fr Dismas Valens Salettia

2 Latar Belakang Pada Hari Raya Kenaikan Tuhan (25 Mei 1995)
Judul merupakan doa Yesus dalam Yoh. 17:21-22 Ensiklik ini secara khusus membahas hubungan Gereja Katolik Roma dengan Gereja Ortodoks dan Gereja Kristen lain. Dokumen ini memperlihatkan bahwa Gereja Katolik Roma sebagai pewaris resmi iman para rasul secara resmi bergerak menuju kesatuan. Komitmen JP II: "Dalam perspektif ini suatu ungkapan yang telah sering kami gunakan menemukan maknanya yang paling dalam: Gereja harus bernapas dengan kedua paru-parunya!" (UUS 54).

3 Kata-kata Paus Yohanes Paulus II, pada 25 Mei 1995 dalam peluncuran ensiklik ini, sangat menjelaskan latar belakang dan tujuan dari dokumen ini. Kami bersyukur kepada Tuhan, bahwa Ia membimbing kita melangkah maju di jalan kesatuan dan persekutuan antar umat Kristiani. Jalan itu memang sukar, tetapi begitu penuh kegembiraan. Dialog-dialog antar-konfesi pada tingkat teologis membuahkan hasil-hasil yang positif dan sungguh nyata. Itu mendorong kita supaya tetap maju.

4 Ekumenisme dalam Kekristenan dapat digambarkan dalam tiga kelompok Gereja terbesar, yaitu Katolik Roma, Gereja-Gereja Ortodoks Timur dan Jemaat-Jemaat Protestan. Permasalahan masa lalu yang telah membuat sejarah kelam bagi kekristenan itu sendiri. Namun demikian memasuki abad 20 Umat Kristiani dari Gereja Katolik menjadi semakin sadar akan skandal perpecahan itu. Gereja berpikir perlu ada cara yang meyakinkan bagi pembaharuan eklesiologi Katolik. Konsili Vatikan II ( ) dalam semangat aggiornamento mulai memprakarsai hal tersebut dengan mengeluarkan 3 dokumen, yaitu Konstitusi Dogmatik tentang Gereja di Zaman Modern (Lumen Gentium), Dekrit mengenai Ekumenisme (Unitatis Redintegratio) dan Dekrit mengenai Gereja-gereja Oriental (Orientalium Ecclesiarum). Para Pimpinan Tertinggi Gereja Katolik juga mengeluarkan Dokumen, yaitu Paus Paulus VI: Ecclesiam Suam (1964). Paus Yohanes Paulus II: Ut Unum Sint (1995).

5 Ensiklik ini amat dipengaruhi secara sangat personal dalam usaha selama 30 tahun menjalin hubungan ekumenis. Kebersamaan dengan gereja-gereja non-Katolik membuat Yohanes Paulus II memikirkan kembali peran kepausan di tengah-tengah Gereja Kristen. Ensiklik Ut Unum Sint dari Paus Yohanes Paulus II sebagai pengganti Santo Petrus, dengan jelas dan tegas memperbaharui komitmen Gereja Katolik Roma terhadap gerakan ekumenis dan mengundang para pemimpin dan teolog dari gereja-gereja lain untuk terlibat dengan Gereja Katolik Roma dalam dialog persaudaraan.

6 Isi Bab I menjelaskan tentang kesatuan Gereja sebagai kehendak dari Allah sendiri. Disitu hendak ditegaskan bahwa Allah sendiri sejak dahulu menginginkan putera-puteriNya bersatu dalam Kristus dan karenanya Yesus Kristus itu juga merupakan Jalan Gereja. Pembaharuan dan pertobatan adalah hal yang pokok diperlukan untuk lahirnya kesatuan tersebut. Bab II hendak menyatakan bahwa ibadat bersama, dialog doktriner, “struktur” dan kerja sama lainnya sebagai buah-buah dari dialog itu sendiri. Bab III Gereja menyadari bahwa perjalanan menuju Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik adalah sebuah perjalanan yang panjang.

7 Pendahuluan Seruan Ekumenis dimulai dari Konsili Ekumenis Vatikan II.
Komitmen itu makin kuat di hati kaum beriman menjelang Yubileum Tahun 2000. Kesaksian para martir merupakan bukti bahwa perpecahan dapat dikalahkan oleh penyerahan diri yang utuh demi injil. Alasannya adalah bahwa Kristus memanggil semua muridNya supaya bersatu. Jalan kesatuan dan persekutuan umat Kristian mulai nampak dalam diskusi teologis. Solusi yang dibutuhkan adalah visi yang tenang, cermat mendalam dan benar tentang Ekumene. Dalam Konsili Vatikan II Gereja Katolik secara defitinitif menyanggupkan diri untuk menempuh usaha-usaha ekumenis. Komitmen pertama menurut Paus perlu dibangun adalam komitmen doa.

8 Bab I Komitmen Gereja Katolik terhadap Ekumenisme
Gereja Katolik mendasarkan komitmen ekumenisnya pada Rencana Allah untuk menghimpun semua menjadi satu Jalan Ekumenisme adalah Jalan Gereja dalam bimbingan Roh Kudus menuju Kesatuan Allah Tritunggal. Dokumen itu pula dengan seksama menggariskan implikasi-implikasi doktriner situasi itu, terutama pengakuan akan baptisan yang sama dalam Kristus. Kebutuhan akan pertobatan batin: pembaruan budi dan kesetiaan akan nilai injili. Kesatuan yang dikehendaki Allah bukan soal mengubah perbendaharaan iman, tetapi bagaimana seluruh jemaat tetap berpegang pada iman yang diwahyukan. Paus Yohanes XXIII memiliki keyakinan bahwa apa yang menyatukan jauh lebih besar daripada apa yang memecah-belah. Pertobatan hati dan kesucian hidup itu disertai doa-doa dipandang sebagai jiwa dari seluruh gerakan ekumenis (ekumenisme rohani).Doa membuat jemaat-jemaat yang terpecah ini berani menghadapi kenyataan perpecahan secara lebih manusiawi.

9 Doa ekumenis terarah pada misi Kristiani dan kredibilitasnya.
Pertukaran-pertukaran dan doa-doa telah terjadi, baik melalui kunjungan Paus dan sebaliknya. Perubahan hati menjadi lebih tulus dan rendah hati merupakan syarat hakiki dari doa. Doa ialah “jiwa” pembaruan ekumenis dan kerinduan akan kesatuan, sekaligus juga landasan dan dukungan bagi dialog. Dialog tidak selalu pertukaan tetapi terutama pemberian. Dialog sebagai kebutuhan, memerlukan perbaikan metode-metode’. Doa adalah dialog yang paling masak. Karena ciri dialog ekumenis adalah pertobatan. Dialog tidak hanya bersifat horizontal, tetapi juga vertical. Relasi-relasi selanjutnya mengundang setiap bentuk kerja sama yang praktis yang mungkin di segala bidang: pastoral, budaya dan social, begitu pula dalam memberi kesaksian tentang amanat injil.

10 Bab II Buah-buah Dialog
Menemukan Ulang Persaudaraan. Solidaritas dalam Pengabdian kepada Umat Manusia. Saling mendekati melalui Sabda Allah dan melalui Ibadat Ilahi Menghargai Nilai-nilai yang ada pada Kristiani lain. Pertumbuhan persekutuan. Dialog dengan Gereja-Gereja Timur secara obyektif dan rasa kasih yang mendalam. Komitmen yang andal untuk mengusahakan persekutuan. Dialog dalam Gereja-gereja Persaudaraan setempat (lokal) Kemajuan dalam Dialog Hubungan-hubungan dengan Gereja-gereja kuno di Timur.

11 Dialog-dialog dengan Gereja-Gereja dan Jemaat-Jemaat Lainnya di Barat.
Program-program dan kegiatan-kegiatan merangsang pada pelbagai tingkat organisasi dan gerakan Gerejawi. Hasil-Hasil Kerja Sama: “Iman akan Kristus berbuah dalam pujian dan ucapan syukur atas kurnia-kurnia yang diterima dari Allah. Rasa keadilan yang peka dan cinta kasih yang tulus terhadap sesama.” Usaha-usaha memajukan perdamaian dunia.

12 Bab III Masih Berapa Jauhkan Perjalanan Kita?
Dialog yang Berkelanjutan dan Makin Mendalam: Hubungan KS dan Tradisi Suci, Ekaristi sebagai Sakramen Tubuh dan Darah Kristus, Tahbisan sebagai Sakramen, Magisterium Gereja yang dipercayakan kepada Paus dan Para Uskup, Perawan Maria sebagai Bunda Allah dan Bunda Rohani. Penerimaan Hasil-Hasil yang sudah Tercapai agar tetap terjaga cita rasa iman (sensus fidei). Ekumenisme Rohani yang Terus Menerus dan Memberi Kesaksian akan Kekudusan. Sumbangan Gereja Katolik kepada Usaha Menuju Kesatuan Kristiani menekankan padanya hadirnya kepenuhan (plenitude) upaya-upaya keselamatan.

13 Pelayanan Uskup Roma demi Kesatuan: Usaha rekonsiliatif dari pimpinan Gereja, Uskup Roma, untuk meminta maaf atas kenangan tertentu yang menyakitkan. Persekutuan Semua Gereja Khusus dengan Gereja Roma: Syarat yang Sungguh Perlu bagi Kesatuan: Fungsi Petrus harus terus menerus berlangsung di Gereja, sehingga di bawah satu-satunya KepalaNya, yakni Yesus Kristus, di dunia Gereja dapat hadir secara kelihatan sebagai persekutuan semua muridNya. Kesatuan Penuh dan Pewartaan Injil. “Semoga Roh kudus membimbing kita di jalan perdamaiaan, sehingga kesatuan Gereja-gereja kita menjadi pertanda harapan dan hiburan yang makin cemerlang bagi segenap umat manusia.”

14 Anjuran ‘Persiapan yang terbaik bagi millennium baru hanya dapat diwujudkan dalam komitmen ajaran Konsili Vatikan II pada hidup setiap orang beriman. keprihatinan untuk memulihkan kesatuan melibatkan segenap Gereja, siapa pun juga seturut kemampuan masing-masing. Kekuatan Roh Allah dari abad ke abad memberi pertumbuhan dan membangun Gereja. Jadi bagaimana Gereja memperoleh rahmat itu? melalui doa. Dari Paus untuk Gereja-Gereja dan Jemaat-Jemaat Gerejawi lainnya, “Perbaikilah cara-cara hidup anda, saling mendoroglah, hidupah dalam keselarasan, dan Allah cintakasih dan damai akan menyertai anda … Rahmat Tuhan Yesus Kristus dan cinta kasih Allah serta persekutuan Roh kudus hendaklah beserta Anda semua.”

15 Evaluasi Kritis Keunggulan
Ensiklik ini menjadi berguna untuk menumbuhkan kecintaan umat beriman kristiani terhadap persatuan umat Kristen. Kelemahan Ada kesan sekilas dokumen ini sangat menekankan superitoritas Gereja Katolik yang meyakini bahwa Gereja Katolik adalah pewaris kebenaran yang sah, sehingga kebenaran dalam agama-agama dan gereja-gereja lain hanya persiapan untuk menerima Kristus.

16 Relevansi Untuk Gerakan Ekumenis: Kerja Sama Teologis
Perubahan Metode Ekumenis menjadi lebih empati dan dialogis. Gerakan Ekumenis menjadi Gerakan Pembaharuan Eklesial, khususnya Gereja Katolik. Perhatian Pembinaan Semangat Dialog sejak Calon Imam

17 Kesimpulan Ekumene merupakan suatu tanda adanya keinginan Gereja untuk kembali kepada panggilan kekristenan dan ortodoksi (kembali kepada ajaran yang benar dari Kitab Suci, Para Rasul dan para bapa Gereja). Sejarah kelam masa lalu telah membuat perpecahan dalam Kekristenan. Harapan itu selalu ada karena Yesus sendiri berdoa untuk persatuan itu. Yang paling penting adalah bagaimana umat Kristiani menyadari itu, berusaha untuk itu dan menjaga komitmen dan kesetiaan terhadap cita-cita itu.

18


Download ppt "Fr Dismas Valens Salettia"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google