Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Sosiologi Agama Jurusan Sosiologi

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Sosiologi Agama Jurusan Sosiologi"— Transcript presentasi:

1 Sosiologi Agama Jurusan Sosiologi
Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Hasanuddin Eka Widyastuti E Presentation Loading……

2 Rekam Kehadiran Pertemuan Ke 9-16
Hadir : 7 kali Izin : - Sakit : 1 Alpa : 0 Terlambat : 0

3 Agama dan Kebudayaan dalam Sistem Sosial
Kelompok 1 Agama dan Kebudayaan dalam Sistem Sosial Ekonomi dan Politik

4 Agama a gama Tidak Kacau Agama Bahasa Sansekerta

5 Agama Jadi fungsi agama dari pengertian sebelumnya yaitu:
memelihara integritas dari seorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan Tuhan, sesamanya, dan alam sekitarnya tidak kacau. Karena itu menurut Hinduisme, agama sebagai kata benda berfungsi memelihara integritas dari seseorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan realitas tertinggi, sesama manusia dan alam sekitarnya. Ketidakkacauan itu disebabkan oleh penerapan peraturan agama tentang moralitas, nilai-nilai kehidupan yang perlu dipegang, dimaknai dan diberlakukan.

6 Budaya Menurut Koentjaraningrat:
Budaya adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Budaya diperoleh dari kegiatan belajar seperti, tindakan yang dipelajari antara lain cara makan, minum, berpakaian, berbicara, bertani, bertukang, berrelasi dalam masyarakat  adalah budaya.

7 Budaya Juga Mempengaruhi Agama.
Budaya dan Agama Budaya Juga Mempengaruhi Agama. Budaya agama tersebut akan terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan kesejarahan dalam kondisi objektif dari kehidupan penganutnya (Andito,ed,1998:282). Tapi hal pokok bagi semua agama adalah bahwa agama berfungsi sebagai alat pengatur dan sekaligus membudayakannya dalam arti mengungkapkan apa yang ia percaya dalam bentuk-bentuk budaya yaitu dalam bentuk etis, seni bangunan, struktur masyarakat, adat istiadat dan lain-lain. Jadi ada pluraisme budaya berdasarkan kriteria agama. Hal ini terjadi karena manusia sebagai homoreligiosus merupakan insan yang berbudidaya dan dapat berkreasi dalam kebebasan menciptakan pelbagai objek realitas dan tata nilai baru berdasarkan inspirasi agama.

8 Fungsi Agama Fungsi utama agama adalah untuk mengurangi kegelisahan, memantapkan kepercayaan kepada diri sendiri, dan yang penting memelihara keadaan manusia agar tetap siap menghadapi realitas. Dengan demikian agama berperan dalam tiga ‘kawasan’ kehidupan manusia. Kawasan ‘pertama’ kebutuhan manusiawi dapat dipengaruhi oleh kekuatan manusia sendiri. Manusia tidak perlu lari kepada kekuatan adikodrati. Pada kelompok manusia yang primitif mereka akan lari kepada hal-hal magis jika tidak mampu untuk menyelesaikan persoalan hidupnya. Sedangkan untuk kelompok masyrakat modern mereka akan dapat menyelesaikan persoalan hidupnya dengan akal budi mereka. Bagi mereka, kekuatan adikodrati tidak diperlukan dalam usaha-usaha yang berdimensi netral (Frazer, 1960:212). Kawasan ‘kedua’, meliputi wilayah yang manusia merasa aman secara moral. Tingkah laku dan tata pergaulan manusia diatur lewat norma-norma rasional yang dibenarkan agama, seperti norma sopan santun, norma hukum serta aturan-aturan dalam masyarakat. Kawasan ‘ketiga’ merupakan daerah yang manusia secara total mengalami ketidakmampuannya. Usaha manusiawi di daerah ini mengalami suatu titik putus yang tidak dapat dilalui. Hal itu kemudian mendorong manusia untuk mencari kekuatan lain diluar dirinya yaitu kekuatan adikodrati.

9 Kedudukan Agama dan Kebudayaan Dalam Sistem Politik
Agama berperan mengoreksi politik yang menyimpang dari tujuan mulianya menyejahterakan rakyat dan politik mesti pula membangkitkan kesadaran agama untuk tidak terbuai dalam permainan politik lalu melupakan fungsi kritis agama dan sikap membisu agama terhadap aktivitas politik. Dimana pengertian Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.

10 Lanjutan…. Kekuasaan politik haruslah sejalan dengan tujuan syariat, yaitu memelihara agama (din), akal (aql), jiwa (nafs), harta (mal) dan keturunan (nasl). Sementara pemimpin tidak hanya mereka yang memegang jabatan formal-struktural, mereka yang memegang kekuasaan kultural juga disebut pemimpin. Kepemimpinan politik kultural mempunyai fungsi yang strategis yakni sebagai kekuatan untuk mendinamisir masyarakat, memberikan pendidikan politik tentang hak dan kewajiban seorang warga negara di akar rumput (grass root).

11 Agama dan Kebudayaan dalam Sistem Ilmu Pengetahuan dan Seni Budaya
Kelompok 2 Agama dan Kebudayaan dalam Sistem Ilmu Pengetahuan dan Seni Budaya

12 Agama dan Sistem Ilmu Pengetahuan
Hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama dapat dibahas dari dua sudut pandang: Kita lihat apakah ada agama yang konsepsinya melahirkan keimanan dan sekaligus rasional, atau semua gagasan yang ilmiah itu bertentangan dengan agama, tidak memberikan harapan dan tidak melahirkan optimisme. Sudut pandang kedua yang menjadi landasan dalam membahas hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan adalah pertanyaan tentang bagaimana keduanya ini berpengaruh pada manusia. Apakah ilmu pengetahuan membawa kita ke satu hal, dan agama membawa kita kepada sesuatu yang bertentangan dengan satu hal itu? Apakah ilmu pengetahuan mau membentuk (karakter) kita dengan satu cara dan agama dengan cara lain? Atau apakah agama dan ilmu pengetahuan saling mengisi, ikut berperan dalam menciptakan keharmonisan kita semua?

13 Peran Ilmu Pengetahuan dan Agama
Ilmu pengetahuan memberikan cahaya dan kekuatan. Ilmu pengetahuan membantu menciptakan peralatan dan mempercepat laju kemajuan. Ilmu pengetahuan membawa revolusi lahiriah (material). Ilmu pengetahuan menjadikan dunia ini dunia manusia. Ilmu pengetahuan melatih temperamen (watak) manusia. Ilmu pengetahuan memberikan kekuatan kepada manusia yang yang terputus-putus. Ilmu pengetahuan itu indah, begitu pula agama. Ilmu pengetahuan memperindah akal dan pikiran Ilmu pengetahuan melindungi manusia terhadap penyakit, banjir, gempa bumi dan badai. Ilmu pengetahuan mengharmoniskan dunia dengan manusia. Agama memberi kita cinta, harapan dan kehangatan. Agama menetapkan maksud upaya manusia dan sekaligus mengarahkan upaya tersebut Agama membawa revolusi batiniah (spiritual). Agama menjadikan kehidupan sebagai kehidupan manusia. Agama membuat manusia mengalami pembaruan. Agama memberikan kekuatan kepada manusia yang berkesinambungan Agama memperindah jiwa dan perasaan. Ilmu pengetahuan dan agama sama-sama membuat manusia merasa nyaman. Agama melindungi manusia terhadap keresahan, kesepian, rasa tidak aman dan pikiran picik. Kebutuhan manusia akan ilmu pengetahuan maupun agama telah menarik perhadan kaum pemikir religius maupun pemikir sekular.

14 Lanjutan…. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa akibat dari memisahkan antara ilmu pengetahuan dan agama, telah terjadi kerugian yang tak dapat ditutup. Agama harus dipahami dengan memperhatikan ilmu pengetahuan, sehingga tidak terjadi pembauran agama dengan mitos. Agama tanpa ilmu pengetahuan berakhir dengan kemandekan dan prasangka buta, dan tak dapat mencapai tujuan. Jika tak ada ilmu pengetahuan, agama menjadi alat bagi orang-orang pandai yang munafik.

15 Agama dan Seni Budaya Agama dan Seni adalah dua hal yang sangat dekat di masyarakat. Bahkan banyak yang salah mengartikan bahwa agama dan seni adalah satu kesatuan yang utuh. Dalam kaidah sebenarnya agama dan seni atau kesenian mempunyai kedudukan masing-masing dan tidak dapat disatukan, karena agamalah yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada kekesenianan. Namun keduanya mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan masyarakat.

16 Lanjutan…. Dapatlah disimpulkan bahwa seni atau kesenian yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, kesenian dan beberapa kondisi yang objektif.

17 Agama Sebagai Institusi Sosial
Kelompok 3 Agama Sebagai Institusi Sosial

18 Social Institution Institusi Sosial/Lembaga sosial (social-institution) istilah ini masih menjadi perdebatan karena belum ada istilah dalam bahasa Indonesia yang disepakati dan dapat menggambarkannya secara tepat. Kontjaraningrat mengartikan social institution sebagai pranata sosial, dimana yang dimaksud pranata sosial adalah suatu sistem atau tata kelakuan hubungan yang berpusat kepada aktivitas untuk memenuhi kompleksitas kebutuhan khusus dalam kehidupan manusia.

19 Lanjutan.... Dalam teori Emile Durkheim tentang fakta sosial, lembaga agama bersifat abstrak atau non material artinya lembaga agama hanyalah sekumpulan norma dan nilai agama yang melembaga dan terinternalisasi dan mendarah daging dalam masyarakat. Lembaga-Lembaga keagamaan ini kemudian memanifestasikan dirinya dalam bentuk material yang menghasilkan organisasi-organisasi keagamaan, pondok pesantren atau sekolah, rumah sakit, bank dan lain-lain.

20 Komponen-Komponen Agama
Adapun komponen-komponen sebagai syarat terbentuknya agama adalah sebagai berikut Emosi keagamaan, yaitu suatu sikap yang tidak rasional yang mamapu menggetarkan jiwa, misalnya sikap takut bercampur percaya. Sistem keyakinan yaitu sistem yang terwujud dalam suatu pemikiran atau gagasan manusia seperti keyakinan akan sifat-sifat Tuhan wujud alam gaib, kosmologi, masa akhirat, roh nenek ,moyang, dewa-dewa dan sebagainya. Upacara keagamaan adalah ritual-ritual keagamaan yang berupa bentuk ibadah kepada Tuhan dewa-dewa dan roh nenek moyang. Tempat ibadah adalah tempat sebagai wadah untuk melakukan ritual misalnya masjid, pura, wihara, kuil, klenteng, dan gereja. Umat yakni anggota yang memiliki kesatuan sosial yang mengidentifikasi sebagai satu kelompok sosial.

21 Proses Terbentuknya Lembaga Keagamaan
Adapun proses terbentuknya lembaga keagaamaan dapat di uraikan sebagai berikut: Proses pelembagaan (institutionalization) yakni suatu proses yang di lewati oleh suatu norma kemasyarakatan yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga kemasyarakatan. Norma-norma yang internalized artinya proses norma norma kemasyarakatan tidak hanya berhenti sampai pelembagaan saja, tetapi mendarah daging dalam jiwa anggota-anggota masyarakat. Semua agama cenderung melestarikan eksistensinya dan kemanfaatannya bagi masyarakat dalam bentuk organisasi. Agama secara tradisional yang tidak mengenal dengan jelas oknum pendirinya tidak luput dari usaha ke arah itu. Apalagi agama modern yang mempunyai pendiri yang terang namanya dan asal usulnya,

22 Jenis-Jenis Organisasi Keagamaan
Para ahli membedakan dua macam organisasi keagamaan Organisasi Agama Primitif Organisasi agama primitf tercampur dalam semua sektor kehidupan adalah kegiatan religius. Pemimpin masyarakat adalah sekaligus pemimpin agama. Organisasi Agama Modern Dalam masyarakat modern diadakan pembedaan antara urusan keagamaan dan urusan profan.

23 Fungsi dan Tujuan Lembaga Keagamaan
Adapun tujuan maupun fungsi lembaga keagamaan baik dari segi manifest maupun laten adalah sebagai berikut: Memperkuat spiritualitas dan menekan iduvidualitas yang cenderung egoistik. Memperkuat solidaritas dalam masyarakat dan mengembangkan sikap saling membantu. Sebagai tindakan preventif mencegah perilaku amoral dalm masyarakat Pemenuhan kebutuhan religious dan penghayatan ketuhanan

24 Bentuk-Bentuk Organisasi Keagamaan
Kelompok 4

25 Organisasi Keagamaan di Indonesia
Muhammadiyah (lahir 1914, didirikan oleh KH Ahmad Dahlan) ) adalah lembaga yang lahir dari inspirasi pemikir-pemikir modern seperti Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Rida, sekaligus pemikir salaf seperti Ibnu Taymiah, Muhammad bin Abdul Wahab. Wacana pemikiran modern misalnya membuka pintu ijtihad, kembali kepada Quran dan Sunah, tidak boleh taqlid, menghidupkan kembali pemikiran Islam. Sedang wacana salaf adalah bebaskan Takhayul, Bid’ah dan Khurafat (TBC). NU (Nahdhatul Ulama, didirikan antara lain oleh KH Hasyim Asy’ari, 1926),  lahir untuk menghidupkan tradisi bermadzhab, mengikuti ulama. Sedikit banyak kelahiran Muhammadiyah memang memicu kelahiran NU. Berbeda dengan Muhammadiyah, pengaruh NU sangat nampak di kalangan pedesaan

26 Organisasi Keagamaan di Indonesia
Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia atau biasa disingkat GAMKI adalah organisasi pengkaderan yang mempersiapkan anggotanya dalam berbagai bidang pelayanan (pendidikan, sosial, politik, kemasyarakatan, dll) di Indonesia. Dibentuk pada 4 November 1945 yang berpusat di JL. Salemba Raya 10 Flat. 21 Jakarta 10430, didirikan oleh Persatuan Pemuda Kristen Indonesia, Majelis Pemuda Kristen Oikumenis & Komisi Pemuda Dewan Gereja Indonesia. Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi adalah sebuah organisasi nirlaba yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan, antara lain: amal sosial, kesehatan, pendidikan, budaya humanis, pelestarian lingkungan, donor sumsum tulang, bantuan internasional, dan relawan komunitas. Tzu Chi yang kini berpusat di Hualien, Taiwan, didirikan oleh Master Cheng Yen, seorang biksuni, pada 14 April 1966, dengan harapan yang besar: "demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk".

27 Agama dan Perubahan Sosial
Kelompok 5

28 Agama dalam Kehidupan Sosial
Peran agama dalam kehidupan sosial terkait erat dengan perkembangan pola pikir manusia, sehingga agama juga memainkan peran yang sangat besar dalam proses perubahan sosial di masyarakat. Dengan ini maka agama diposisikan sebagai agen perubahan sosial. Ada dua aliran yang melihat peran agama dalam proses perubahan sosial. Posisi pertama memandang bahwa agama dimaknai sebagai institusi yang menghambat proses perubahan sosial. Pada pemikiran yang pesimis jika agama dapat mendukung proses perubahan sosial. Posisi kedua sebaliknya, memandang agama sebagai unsur penting yang turut mempercepat proses perubahan sosial dalam manusia.

29 Agama Menurut Tokoh Sosiologi
Karl Marx: agama memiliki fungsi untuk memelihara status quo atas suatu kelas sosial yang berkuasa di atas kelas yang lain dalam masyarakat secara keseluruhan. Max Weber: agama juga melakukan fungsi-fungsi yang sangat berbeda untuk berbagai strata sosial dalam masyarakat yang memiliki stratifikasi social. Bagi strata sosial yang memiliki hak-hak istimewa, agama berfungsi sebagai suatu alat untuk melegitimasi atau membenarkan posisi social mereka yang berkuasa dan memiliki hak-hak istimewa Talcott Parsons: agama merupakan bagian dari sistem budaya. Kepercayaan agama memberikan seperangkat pedoman bagi tindakan manusia, dan agama dapat mengevaluasi tindakan manusia.

30 Agama dan Perubahan Sosial
Korelasi antara Agama dan Tipe-Tipe Masyarakat Agama dan sekularisme Kelompok 6

31 Korelasi Agama dan Tipe Masyarakat
Golongan-golongan masyarakat berdasarkan pekerjaannya dan ketaatan beragamanya antara lain sebagai berikut: Golongan petani Golongan karyawan Golongan nelayan Golongan buruh Golongan pengrajin dan pedagang kecil Golongan tua-muda Golongan pria-wanita Golongan pedagang besar

32 Lanjutan.... Jika dilihat secara keseluruhan, tujuan beragama seseorang itu rata-rata untuk mencari ketenangan batin. Dalam masalah penghayatan keagamaan, tampaknya golongan wanita lebih dominan, karena faktor pembawaan mereka umumnya cenderung emosional. Bagi wanita, yang terpenting dari keberagaman itu dapat merasakannya secara langsung. Sementara golongan pria kurang menghayati rasa-rasa keagamaan seperti itu. Mereka memerlukan dasar rasionalnya terlebih dahulu. Oleh karena itu, pengaruh agama terhadap golongan wanita cukup signifikan, sebaliknya golongan pria cenderung mengarah ke arah sekuler.

33 Tipe-Tipe Masyarakat menurut NOTTINGHAM
Masyarakat yang Terbelakang dan Nilai-Nilai Sakral Masyarakat Praindustri yang Sedang Berkembang

34 Agama dan Sekulerisasi
Secara terminologis, istilah sekularisasi berasal dari bahasa latin saeculum, yang berarti suatu abad (suatu era). Dalam perkembangan terakhir istilah tersebut didenotasikan sebagai perluasan ide “semangat dari suatu abad”. Doa kaum Nasrani sering terangkum dalam frasa dalam bahasa Latin, yakni saeculasaeculorum, yang berarti ‘abadi’, sering pula diartikan ‘dunia tanpa akhir’ atau “forever and ever”. Sejalan dengan itu, dalam agama Nasrani juga terdapat sebutan pendeta “sekuler”. Dalam khazanah teori sosiologi agama, istilah sekuler diidentikkan dengan “profan” (keduniaan) yang merupakan antonim dari “sacred” (suci, ilahi).

35 Lanjutan.... Sekularisasi merupakan fenomena masyarakat modern yang muncul ketika semakin berkembang pemikiran yang berhubungan dengan modernitas. Sekularisasi muncul hampir bersamaan dengan proses makin memudarnya berbagai aspek sakral, baik pada tingkat masyarakat, individual, maupun agama. Dipercaya bahwa sekularisme mengikuti modenisasi sebagaimana siang mengikuti malam dan bahwa agama terpinggirkan di masyarakat dan hanya sebagai elemen pelengkap.

36 Lanjutan.... Dalam teori sosiologi agama, proses sekulerisasi menurut Wilson (2003:43-44) dikaitkan dengan proses modernisasi dan industrialisasi. Masyarakat postindustriall dicirikan hilangnya sistem sosial yang penuh moral sebagai tatanan sosial yang kemudian bergeser menjadi semakin impersonal. Dalam aktivitas kerja, perannya tergantung pada kualitas individu. Proses impersonal berlangsung sebagaimana kemajuan teknologi yang mentransformasikan karakter peran intrinsik melalui fasilitas mekanisasi, ketika peran orang terkadang digantikan oleh robot.

37 Agama dan Konflik Sosial
Sikap dan Doktrin Agama Masalah Mayoritas dan Minoritas Golongan Agama Kelompok 7

38 Agama dan Konflik Sosial
Agama merupakan fenomena universal yang dapat ditemukan di setiap masyarakat. Konflik sosial adalah suatu perpecahan yang dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi, misalnya perbedaan fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan dan lain sebagainya.

39 Sikap dan Doktrin Keagamaan
Komarudin Hidayat menyebutkan adanya lima tipologi sikap keberagamaan, yakni: Eksklusivisme Inklusivisme Pluralisme Eklektivisme, Universalisme. Kelima tipologi ini tidak berarti masing-masing lepas dan terputus dari yang lain dan tidak pula permanen, tetapi lebih tepat dikatakan sebagai sebuah kecenderungan menonjol, mengingat setiap agama maupun sikap keberagamaan senantiasa memiliki potensi untuk melahirkan kelima sikap di atas.

40 Masalah Mayoritas-Minoritas
Fenomena konflik sosial memiliki aneka penyebab, namun dalam masyarakat yang pluralistis penyebab terdekat ialah masalah mayoritas dan minoritas golongan agama. Untuk Indonesia harus diakui bahwa agama sebagai sumber perselisihan secara prinsip sudah dibendung oleh Pancasila sebagai haluan negara serta UUD tahun 1945. Namun, akibat kelemahan dan keterbatasan manusia pelaksanaan tidak selalu sejalan dengan apa yang menjadi harapan sebelumnya. Sifat-sifat negatif mayoritas muncul bukan hanya dibidang politik, tetapi juga dalam bidang keagamaan. Di lain pihak minoritas bukan hanya menjadi korban, tetapi tidak jarang juga menjadi penyebab timbulnya perbenturan.

41 Masalah Mayoritas-Minoritas
Dalam masalah konflik mayoritas-minoritas ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian: Agama diubah menjadi suatu ideologi. Prasangka mayoritas terhadap minoritas dan sebaliknya. Mitos dari mayoritas.

42 Agama dan Konflik Sosial
Agama dan Pluralisme Agamadan Pemicu Konflik Sosial dan Peran Agama dalam mewujudkan Perdamaian Kelompok 8

43 Agama dan Pluralisme Pluralisme agama adalah paham yang mengajarkan bahwa semua agama itu sama. Karena itu, kebenaran setiap agama adalah relatif. Setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar, agama lain adalah salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di surga. Kaum pluralis mengklaim bahwa pluralisme menjunjung tinggi dan mengajarkan toleransi, tapi justru mereka sendiri tidak toleran karena menafikan kebenaran ekslusif sebuah agama. Mereka menafikkan klaim "paling benar sendiri" dalam suatu agama tertentu, tapi justru pada kenyataannya kelompok pluralis-lah yang mengklaim dirinya paling benar sendiri dalam membuat dan memahami statement keagamaan (religious statement).

44 Agama dan Pluralisme Pluralisme sebagai pandangan dunia yang menyatakan bahwa agama seseorang bukanlah sumber satu-satunya yang eksklusif atas kebenaran, dan dengan demikian di dalam agama-agama lain pun dapat ditemukan, setidak-tidaknya, suatu kebenaran dan nilai-nilai yang benar.

45 Agama Islam dan Pluralisme
Dalam pandangan Islam, sikap menghargai dan toleran kepada pemeluk agama lain adalah mutlak untuk dijalankan, sebagai bagian dari keberagaman (pluralitas). Solusi Islam terhadap adanya pluralisme agama adalah dengan mengakui perbedaan dan identitas agama masing-masing. Dan kita hidup di bawah naungan agama masing-masing, berdasarkan ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah S.A.W dan sebagaimana yang dituliskan dalam QS. Al-Kafirun: 06.

46 Agama sebagai Pemicu konflik
Konflik menjadi suatu bagian yang tidak terpisahkan dalam masyarakat bahkan lahirnya masyarakat akan selalu membawa konflik, baik konflik antar individu maupun antar lembaga sosial yang tentunya menuju pada perubahan didalam masyarakat Salah satu yang menjadi faktor pemicu atau terjadinya konflik sosial adalah persoalan keagamaan. Namun, di lain hal, agama juga mempunyai peran dalam meredam terjadinya konflik

47 Agama dalam Mewujudkan Perdamaian
Murad W Hofmann (2006), sebagai tokoh yang sangat concern terhadap perdamaian agama, berusaha mempertemukan antara agama, dalam hal ini misalnya, Islam dan Kristen, dengan membuka jalan dialog, kerjasama dan alternatif lainnya.

48 Sekian....

49 Terima Kasih atas Perhatian Anda....!!!


Download ppt "Sosiologi Agama Jurusan Sosiologi"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google