Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Kelompok 2 Ginekomastia
2
Definisi Ginekomastia merupakan perkembangan berlebih jaringan payudara pada pria yang biasanya dialami oleh remaja pria dan pria dewasa (Brunner and Suddarth, edisi 8, vol, 2002). Ginekomastia adalah hipertrofi payudara dan dapat bersifat unilateral maupun bilateral yang terjadi pada anak laki-laki selama pubertas dan pada pria berusia di atas 50 tahun. (Sylvia A. Price, edisi 4, buku 2, 1995).
3
Etiologi – Ketidakseimbangan hormon estrogen/testosterone
– Obat-obatan seperti digitalis, cimetidine, spironolactone, reserpine, thiazide, isoniazid. – Kerusakan sistemik seperti sirosis hati, infeksi hepatitis, CRF, hipertiroid, TBC, malnutrisi kronis. – Trauma psikologi – Neoplasma – Tumor – Penggunaan terapi estrogen dalam frekuensi waktu sering.
4
Patofisiologi Ginekomastia dapat terjadi pada pubertas dan usia lebih tua dan penyebabnya ialah pengaruh estrogen yang berlebihan, biasanya dari kelenjar adrenal. Ginekomastia terjadi karena adanya hiperestrinisme, yaitu bila: – Penghancuran estrogen terganggu Pada penderita sirosis hepatis fungsi hati berkurang sehingga terjadi peninggian kadar estrogen dalam darah. – Fungsi androgen berkurang Karena fungsi androgen testis berkurang maka secara relatif estrogen bertambah. Ditemukan pada usia lanjut dan pada sindrom klinefelter.
5
Lanjutan.... – Tumor testis
Pada kronik karsinoma testis juga dapat ditemukan ginekomastia. Jadi kelainan ini dapat digolongkan dalam displasi: dapat unilateral biasanya dialami oleh pria berusia di atas 50 tahun dan bilateral terjadi pada anak laki-laki selama masa pubertas. Kelainan ini mula-mula dapat diraba sebagai jaringan keras seperti kancing pada daerah subareola, dan bila telah lanjut maka payudara menyerupai payudara wanita. Kelainan ini dalam gambaran mikroskopik menunjukkan proliferasi serabut kolagen, degenerasi hialin dan hiperplasi epitel duktus. Epitel duktus menjadi hiperplastik dan bertumpuk-tumpuk tampak disorientasi, tetapi tidak tampak anaplasi dan membran basalis masih utuh. Kelainan ini tidak berhubungan dengan karsinoma.
6
Tanda dan Gejala – Nyeri, nyeri tekan
– Timbul sebagai massa lunak di bawah areola – Retraksi puting – Ulserasi kulit ( Bila sudah menjadi kanker ) – Benjolan tidak nyeri di bawah areola.
7
Test Diagnostik Mammografi
Mendeteksi adanya tumor sebelum tumor tersebut secara klinik dapat teraba. Galaktografi Mammogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksikan zat kontras ke dalam aliran duktus, dilakukan ketika terdapat rabas, mengandung darah/ketika ditemukan duktus soliter yang mengalami dilatasi saat mammografi yang merupakan gejala/indikatif adanya lesi jinak atau kanker. Ultrasonografi Untuk membedakan kista yang berisi cairan dengan jenis lesi lainnya.
8
Lanjutan....... Aspirasi jarum halus
Dilakukan ketika lesi dideteksi melalui mammografi atau palpasi. Biopsi bedah Mencakup eksisi lesi dan mengirimnya ke lab untuk dilakukan pemeriksaan patologis. Lokalisasi jarum kabel Teknik yang digunakan ketika mammografi mendeteksi lesi kalsifikasi seujung jarum yang sangat kecil atau yang menandakan potensial malignansi atau lesi yang tidak dapat teraba.
9
Terapi dan Pengelolaan Medik
Mastektomi radikal Yang dilakukan adanya keterlibatan dari otot pektoralis. Terapi radiasi Mungkin digunakan setelah operasi. Reseksi jaringan payudara yang berlebihan dilakukan untuk alasan psikologik Biopsi dilakukan untuk menyingkirkan keganasan Obat-obatan antara lain seperti anti estrogen: tamoxifen atau androgen sintetik: dan azol
10
Komplikasi – Kanker payudara – Pemanjanan terhadap radiasi
– Sindrom klinefelter (kondisi kromosom yang mencerminkan penurunan kadar testosteron).
11
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GYNEKOMASTIA
12
Pengkajian Pola nutrisi metabolik – Kehilangan nafsu makan
– Adanya penurunan berat badan Pola aktivitas dan latihan – Aktivitas yang melibatkan banyak gerakan tangan Pola tidur dan istirahat – Pola tidur (contohnya: tidur tengkurap) Pola persepsi kognitif – Nyeri pada penyakit yang luas/metastatik
13
Lanjutan.... Pola persepsi dan konsep diri – Stres akut tentang diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang – Ketidaknyamanan atau perasaan “lucu” pada jaringan payudara Pola reproduksi-seksualitas – Perubahan pada ukuran dan kesimetrisan payudara – Perubahan pada warna kulit payudara atau rabas puting yang tidak biasanya, gatal, rasa terbakar, atau puting meregang – Masalah tentang seksualitas/keintiman
14
Diagnosa Keperawatan a. Sebelum Operasi/Pre Operasi
1) Kecemasan b.d. diagnosis kanker payudara, pengobatan dan prognosisnya. 2) Gangguan konsep diri b.d. sifat pembedahan dan efek samping radiasi dan/atau kemoterapi. b. Setelah Operasi/Post Operasi 1) Kerusakan integritas kulit b.d pengangkatan jaringan, perubahan sirkulasi, adanya drainase. 2) Nyeri b.d. trauma insisi. 3) Kurang perawatan diri b.d. imobilitas parsial ekstremitas atas pada sisi yang dilakukan pembedahan payudara. 4) Gangguan harga diri b.d. prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh.
15
Intervensi Pre Operasi
Diagnosa 1 : Kecemasan b.d. diagnosis kanker payudara, pengobatan dan prognosisnya. Tujuan dan Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam Kecemasan, stress emosional dan ketakutan berkurang. Intervensi: Kaji perasaan pasien mengenai diagnosis penyakitnya. R/ Faktor ini sangat mempengaruhi perilaku dan kemampuan pasien menghadapi diagnosis pembedahan, dan pengobatan tindak lanjut. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan cemas dan takutnya. R/ Memberi kesempatan untuk mengidentifikasi dan memperjelas kesalahan konsep dan menawarkan dukungan emosi. Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya mengenai penyakitnya. R/ Ketakutan akan ketidaktahuan menurun. Berikan lingkungan perhatian, keterbukaan, penerimaan juga privasi untuk pasien atau orang terdekat. R/ Waktu dan privasi diperlukan untuk memberikan dukungan, diskusi perasaan tentang antisipasi kehilangan dan masalah.
16
Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri b. d
Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri b.d. sifat pembedahan dan efek samping radiasi dan/atau kemoterapi. Tujuan dan Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam Adaptasi realistik terhadap perubahan yang akan terjadi relatif terhadap modalitas pengobatan. Intervensi: Anjurkan kepada keluarga untuk orang terdekat untuk dapat memahami perasaan pasien dan untuk mengunjungi pasien. R/ Sistem pendukung yang bermakna bagi pasien akan lebih langgeng dibanding dukungan dari orang lain. Jelaskan kepada pasien bahwa adanya rasa berduka ketika mengalami kehilangan bagian tub uh adalah normal. R/ Dengan pengertian ini, pasien dapat dengan bebas beralih pada tingkat koping selanjutnya. Diskusikan bersama pasien penggunaan protesis. R/ Meningkatkan penerimaan positif terhadap rencana pengobatan.
17
Post Operasi Diagnosa 1 : Kerusakan integritas kulit b.d. pengangkatan jaringan, perubahan sirkulasi, adanya drainase. Tujuan dan Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan Meningkatkan waktu penyembuhan luka, bebas drainase purulen. Intervensi: Kaji balutan/luka untuk karakteristik drainase. Awasi kemerahan, nyeri pada insisi dan lengan. R/ Drainase terjadi karena trauma prosedur dan manipulasi banyak pembuluh darah dan limfatik pada area tersebut. Pengenalan dini terjadi infeksi dapat memampukan pengobatan dengan cepat. Berikan posisi semi fowler pada punggung atau sisi yang tak sakit dengan lengan tinggi dan disokong dengan bantal. R/ Membantu drainase cairan melalui gravitasi. Jangan melakukan pengukuran TD, menginjeksikan obat, pada lengan yang sakit. R/ Meningkatkan potensial konstriksi, infeksi, dan limfedema pada sistem yang sakit. Kosongkan drain luka, secara periodik catat jumlah dan karakteristik drainase. R/ Akumulasi cairan drainase meningkatkan penyembuhan dan menurunkan kerentanan terhadap infeksi. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi. R/ Untuk mengobati infeksi khusus dan meningkatkan penyembuhan.
18
Diagnosa 2 :Nyeri b.d. trauma insisi.
Tujuan dan Kriteria Hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3xs24 jam, level nyeri pasien berkurang Kriteria Hasil : – Mengekspresikan penurunan nyeri/ketidaknyamanan – Tampak rileks, mampu tidur dengan tepat Intervensi: Kaji intensitas, sifat dan letak nyeri. R/ Memberikan dasar untuk mengkaji keefektifan tindakan pereda nyeri. Berikan posisi yang nyaman. R/ Peninggian lengan, ukuran baju, dan adanya drain mempengaruhi kemampuan pasien untuk rileks dan istirahat secara efektif. Ajarkan untuk menekan dada saat latihan batuk dan nafas dalam. R/ Memudahkan partisipasi pada aktivitas tanpa timbul ketidaknyamanan. Berikan obat nyeri tepat pada jadwal teratur sebelum nyeri berat. R/ Mempertahankan tingkat kenyamanan. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik sesuai indikasi. R/ Memberikan penghilangan rasa nyeri dan memfasilitasi tidur, partisipasi pada terapi pasca operasi.
19
Diagnosa 3 : Kurang perawatan diri b. d
Diagnosa 3 : Kurang perawatan diri b.d. imobilitas parsial ekstremitas atas pada sisi yang dilakukan pembedahan payudara. Tujuan dan Kriteria Hasil : Menghindari kerusakan mobilitas dan pencapaian perawatan diri hingga tingkat yang paling tinggi. Intervensi: Anjurkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dalam perawatan pasca operatif. R/ Keterlibatan pasien meningkatkan dan memfasilitasi proses penyembuhan. Buat modifikasi progresif dalam program latihan pasien sesuai tingkat kenyamanan dan toleransi. R/ Menurunkan ketegangan pada jaringan, perbaikannya konsisten. Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan. R/ Menghemat energi. Motivasi pasien untuk menggunakan lengan untuk kebersihan diri, seperti makan, menyisir rambut, mencuci muka. R/ Peningkatan sirkulasi, membantu meminimalkan edema dan mempertahankan kekuatan dan fungsi lengan dan tangan.
20
Diagnosa 4 :Gangguan harga diri b. d
Diagnosa 4 :Gangguan harga diri b.d. prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh. Tujuan dan Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien akan memberikan penilaiana positif tentang citra diri Kriteria Hasil : – Menunjukkan gerakan ke arah penerimaan diri dalam situasi. – Pengenalan dan ketidaktepatan perubahan dalam konsep diri tanpa mengaktifkan harga diri. Intervensi: Motivasi pertanyaan mengenai situasi saat ini dan harapan yang akan datang. R/ Kehilangan payudara menyebabkan reaksi perubahan gambaran diri, takut jaringan parut, dan takut reaksi pasangan terhadap perubahan tubuh. Motivasi pasien untuk mengekspresikan perasaannya. R/ Kehilangan bagian tubuh suatu proses kehilangan yang membutuhkan penerimaan sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa depan. Berikan penguatan positif untuk peningkatan/perbaikan dan partisipasi perawatan diri/program pengobatan. R/ Mendorong kelanjutan perilaku sehat.
21
Discharge Planning Pasien dapat menerima situasi dan kondisinya secara nyata. Mencegah atau meminimalkan komplikasi yang mungkin terjadi. Program latihan dilakukan secara rutin. Proses penyakit, prosedur pembedahan, prognosis dan program terapi medik dilakukan di rumah.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.