Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KAJIAN EKONOMI PERTANIAN TENTANG KETAHANAN PANGAN DI JAWA BARAT

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KAJIAN EKONOMI PERTANIAN TENTANG KETAHANAN PANGAN DI JAWA BARAT"— Transcript presentasi:

1 KAJIAN EKONOMI PERTANIAN TENTANG KETAHANAN PANGAN DI JAWA BARAT
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT, 2017

2 LATAR BELAKANG KETAHANAN PANGAN
Salah satu fenomena di bidang ekonomi pertanian Isu sentral dalam kerangka pembangunan pertanian dan pembangunan nasional Salah satu fokus kebijaksanaan operasional pembangunan pertanian. Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil, merata, & berkelanjutan berdasarkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, & ketahanan pangan. Jumlah penduduk Jabar terus meningkat secara massif (rata-rata pertumbuhan 0,99%) menuntut suatu kondisi terpenuhi ketersediaan pangan yang stabil dan cukup KETAHANAN PANGAN

3 LATAR BELAKANG FAO (2014): situasi pangan global telah mengalami kemajuan yang signifikan selama dua dekade terakhir. Paradoks dengan itu, kenyataan menunjukkan masih terdapat 805 juta orang (satu dari sembilan orang) penduduk dunia yang mengalami kelaparan. Semakin nyatanya dampak pemanasan global & climate change terhadap pengadaan pangan (kekeringan/el-nino & curah hujan/lanina), & perkembangan hama penyakit tanaman. Secara tidak langsung, peningkatan IPM dapat berpengaruh terhadap pada peningkatan konsumsi & preferensi pangan yang berkualitas. Implikasinya, keamanan pangan penduduk dunia akan terancam, perlu diimbangi oleh jumlah pangan yang tersedia.

4 LATAR BELAKANG MASALAH: KETAHANAN PANGAN
KETERGANTUNGAN TERHADAP JENIS BAHAN PANGAN POKOK TERTENTU KETERGANTUNGAN ATAS SUMBER/SENTRA PRODUKSI PANGAN TERTENTU GAGAL PANEN AKIBAT GANGGUAN OPT, BANJIR, & KEKERINGAN KESULITAN MEMENUHI KEBUTUHAN PANGANNYA IMPOR SELALU MENJADI PILIHAN & SOLUSI UTAMA Ketika terjadi di daerah-daerah tersebut, maka negara mengalami. Jika terjadi demikian, maka. Tantangan yang tidak kalah penting adalah target capaian Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi (KSPG) KSPG merupakan common platform bagi seluruh pemangku kepentingan di bidang pangan dan gizi

5 TUJUAN Menyusun Kajian Ekonomi Pertanian mengenai Ketahanan Pangan yang mencakup: gambaran umum, permasalahan, dan rekomendasi pemecahan masalah untuk empat jenis layanan dasar ketahanan pangan yaitu Ketersediaan dan Cadangan Pangan; Distribusi dan Akses Pangan; Penganekaragaman dan Keamanan Pangan; serta Penanganan Kerawanan Pangan sebagai bahan perencanaan di bidang Ketahanan Pangan. Menyusun Rekomendasi kebijakan yang ditujukan kepada berbagai stakeholder ketahanan pangan, didukung berbagai sektor pembangunan, serta dibiayai oleh berbagai sumber pendanaan (APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, dan Swasta).

6 DASAR PERTIMBANGAN Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk (Jabar 0,99%/Th) General Comment12 dari The Committee on Economic, Social and Cultural Rights (CESCR) = hak atas pangan (the right to food) telah diakui secara internasional sebagai salah satu hak dasar umat manusia. Kewajiban Negara: penyediaan pangan yang memadai, baik jumlah maupun kualitasnya bagi seluruh penduduknya sehingga dapat memenuhi standar hidup yang layak. UU 18/2012 tentang Pangan menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar itu merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin UUD 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan manusia yang berkualitas.

7 DASAR PERTIMBANGAN Potensi sumber daya alam terbarukan, salah satunya adalah di sektor pertanian Pertanian dengan potensi yang besar dan variatif dengan agroekosistem yang cocok untuk pertanian dalam arti luas (tanaman pangan, ternak, ikan, dan hutan). Sebagai produsen 40 komoditas agribisnis terbesar di Indonesia (padi memberikan kontribusi 18% terhadap produksi padi nasional. Penurunan penduduk rawan pangan (sebesar 1% per th); Pencapaian skor PPH; dan Penurunan konsumsi beras (sebesar 1,5% per th.)

8 TINJAUAN PUSTAKA Suryana (2003): ketahanan pangan merupakan suatu sistem ekonomi pangan yang terintegrasi yang terdiri atas berbagai subsistem. Gambar. Kerangka Sistem Ketahanan Pangan (Suryana 2003)

9 TINJAUAN PUSTAKA 1 2 3 Komponen KPRT
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi Negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan (UU 18/2012). Kecukupan ketesediaan pangan Tercukupinya kebutuhan konsumsi Distribusi pangan yang merata 1 Komponen KPRT 2 3

10 TINJAUAN PUSTAKA RACHMAN & SUHARTNI (1996), SUHARDJO (1996)
YUSTIKA (2008) Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan ditingkat rumah tangga juga dipengaruhi oleh: Surplus padi Daya beli/tingkat pendapatan perkapita Aksesibilitas pangan/ harga pangan ditingkat rumah tangga. Indikator ketahanan pangan rumah tangga: Tingkat kerusakan tanaman, ternak, perikanan/penurunan produksi pangan Tingkat ketersediaan pangan di rumah tangga; Proporsi pengeluaran pangan vs pengeluaran total; Fluktuasi harga-harga pangan utama yang umum dikonsumsi rumah tangga; Keadaan konsumsi (kuantitas dan kualitas) Status gizi. Ketahanan pangan sangat ditentukan oleh sejumlah faktor berikut: Lahan (atau penguasaan tanah), Infrastruktur, Teknologi, keahlian dan wawasan, Energi, Dana (aspek perkreditan), Lingkungan fisik/iklim, Relasi kerja Ketersediaan input lainnya.

11 TINJAUAN PUSTAKA KETERSEDIAAN PANGAN PER KAPITA Produksi
Pasokan pangan dari luar (Impor ) KETERSEDIAAN PANGAN PER KAPITA Cadangan pangan Bantuan pangan Luas panen Produktifitas Diversifikasi produk Luas panen Produktifitas Diversifikasi produk Luas panen Produktifitas Diversifikasi produk Sarana dan prasarana pemasaran Sarana dan prasarana pemasaran Irigasi, teknologi, kredit, Sarana produksi Irigasi, teknologi, kredit, Sarana produksi Irigasi, teknologi, kredit, Sarana produksi Jumlah Penduduk Iklim, hama penyakit, bencana,dll. Sumber : Patrick Webb and Beatrice Rogers (dimodifikasi

12 TINJAUAN PUSTAKA Pendapatan Akses Ekonomi Kesempatan kerja
AKSES PANGAN Akses Ekonomi Akses Fisik (isolasi daerah) Pendapatan Kesempatan kerja Harga Pangan Infrastruktur pedesaan Sarana & prasarana perhubungan Akses Sosial Tidak adanya konflik. Perang. Bencana. dll Sumber : Patrick Webb and Beatrice Rogers (dimodifikasi) Preferensi thd jenis pangan dan Pendidikan

13 TINJAUAN PUSTAKA Konsumsi Kecukupan Energi Kecukupan Gizi
Sumber : Patrick Webb and Beatrice Rogers (dimodifikasi) TINJAUAN PUSTAKA Konsumsi Kecukupan Energi Kecukupan Gizi Diversifikasi pangan Keamanan pangan Falilitas dan Layanan Kesehatan Fasilitas Kesehatan Layanan kesehatan Sanitasi dan Ketersediaan air Kecukupan air bersih Sanitasi PENYERAPAN PANGAN Pengetahuan ibu RT Pola makan Pola asuh kesehatan Outcome Nutrisi dan kesehatan Harapan hidup Gizi balita Kematian bayi

14 METODELOGI DATA INDIKATOR KETAHANAN PANGAN
Kajian ini akan dilakukan dengan analisis eksploratif deskriptif yaitu untuk mengeksplorasi dan memahami makna data indikator ketahanan pangan Jawa Barat. SUBSISTEM KETERSEDIAAN SUBSISTEM AKSES PANGAN SUBSISTEM KONSUMSI Surplus produksi padi dan komoditas pangan lainnya Lahan (atau penguasaan tanah) Dana (aspek perkreditan/pembiayaan) Lingkungan fisik/iklim Teknologi ketersediaan input lainnya Sumber daya manusia pertanian Energi Bencana (Tingkat kerusakan tanaman, ternak, perikanan) Harga pangan ditingkat rumah tangga Fluktuasi harga-harga pangan utama yang umum dikonsumsi rumah tangga/PPH Infrastruktur Pendidikan, Daya beli/ tingkat pendapatan perkapita dan pangsa/proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total pengeluaran pangan Struktur anggota keluarga Kemiskinan Kerawanan pangan Keadaan konsumsi pangan (kuantitas dan kualitas) Status gizi Rasio antara stok dengan konsumsi pada berbagai tingkatan wilayah

15 METODELOGI Lokasi Ruang Lingkup
Mengindentifikasi permasalahan dan potensi ketahanan pangan Mengkaji indikator ketahanan pangan, meliputi: a) Subsistem Ketersediaan, b) Subsistem Akses Pangan, dan c) Subsistem Konsumsi. Menyusun deskripsi kondisi/kinerja ketahanan pangan (Das Sein dan Das Solen) Menyusun rumusan rekomendasi indikasi perencanaan/program pengembangan ketahanan pangan di Jawa Barat Menyusun laporan (Pendahuluan, Antara, dan Akhir) Lokasi Bappeda, BPS, instansi lainnya (BPS) & Dinas KP & Peternakan Ruang Lingkup

16 METODELOGI Desain Kajian Analisis
Kajian ini akan dilakukan dengan desain kualitatif yaitu dengan mengeksplorasi dan memahami makna data indikator ketahanan pangan (time series) yang meliputi indikator pada: 1) Subsistem Ketersediaan, 2) Subsistem Akses Pangan, dan 3) Subsistem Konsumsi. Analisis Eksploratif Deskriptif bertujuan untuk menggambarkan keadaan suatu fenomena atau menggambarkan apa adanya suatu variable, gejala atau keadaan (Arikunto, 2002). Analisis ini dilakukan untuk melihat potensi produksi/ketersediaan, akses dan konsumsi pangan, Analisis LQ: untuk mengukur surplus padi dan komoditas pangan lainnya. Analisis SWOT: untuk menyusun Rekomendasi. Analisis

17 ANALISIS SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)
Matriks IFAS dan EFAS FAKTOR INTERNAL BOBOT SKALA SKOR Kekuatan (Strength) Jumlah Kelemahan (Weakness) Total Faktor Internal FAKTOR EKSTERNAL Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat) Total Faktor Eksternal Total Faktor Internal dan Eksternal IFAS EFAS STRENGTHS (5) (Kekuatan) Faktor-faktor Kekuatan Internal WEAKNESS(W) (Kelemahan) Faktor-faktor kelemahan Internal OPPORTUNITUES (O) (Peluang) Faktor-faktor Peluang Ekstemal STRATEGI SO Ciptakan strategi yang Menggunakan kekuatan Untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WO meminimalkan kelemahan untuk dapat memanfaatkan peluang THREATS (T) (Ancaman) Faktor-faktor Ancaman Eksternal STRATEGI ST menggunakan kekuatan untuk dapat mengatasi ancaman STRATEGI WT kelemahan dan menghindari ancaman

18 Analisis LQ dimana:  pi= Produksi (luas panen) jenis komoditas i pada tingkat kabupaten pt= Produksi (luas panen) tanaman pangan semua komoditas j pada tingkat kabupaten  Pi= Produksi (luas panen ) jenis komoditas i pada tingkat provinsi Pt= Produksi (luas panen) tanaman pangan komoditasi j pada tingkat provinsi  Indikator/Pengambilan keputusan LQ > 1 terdapat konsentrasi relative disuatu wilayah dibandingkan dengan keseluruhan wilayah = komoditas i disuatu wilayah merupakan sektor basis = memiliki keunggulam komparatif.  LQ = 1 merupakan sektor non basis = tidak memiliki keunggulan komparatif = hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri dalam wilayah itu.  LQ < 1 merupakan sektor non basis = tidak memiliki keunggulan komparatif = produksi komoditas i di wilayah itu tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan harus mendapat pasokan dari luar wilayah. 

19 SUB SISTEM KETERSEDIAAN
PRODUKSI TANAMAN PANGAN Komoditi 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Padi Sawah 11,180,652 10,753,612 11,568,472 11,085,544 10,896,438 Padi Ladang 452,239 518,249 545,688 559,355 516,706 Jagung 945,104 1,028,653 1,101,998 1,047,077 959,933 Kedelai 111,803 94,771 102,299 230,025 197,047 230,270 Kacang tanah 73,705 76,574 91,573 73,355 80,434 73,808 Kacang hijau 14,220 10,198 11,002 11,968 9,342 10,195 Ubikayu 2,057,974 2,131,123 2,140,827 2,250,024 2,000,224 Ubijalar 429,378 436,577 485,065 471,737 445,645 Tabel 5. Tren Produksi Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (ton) Tabel .. Tren Persentase Pertumbuhan Produksi Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (%) Komoditi 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata Padi Sawah (3.82) 7.58 (4.17) (1.71) 1.74 (0.08) Padi Ladang 14.60 5.29 2.50 (7.62) 8.25 4.60 Jagung 8.84 7.13 (4.98) (8.32) 9.08 2.35 kedelai (15.23) 7.94 124.86 (14.34) 16.86 24.02 Kacang tanah 3.89 19.59 (19.89) 9.65 (8.24) 1.00 Kacang hijau (28.28) 7.88 8.78 (21.94) 9.13 (4.89) Ubikayu 3.55 0.46 5.10 (11.10) 12.49 2.10 Ubijalar 1.68 11.11 (2.75) (5.53) 5.85 2.07

20 Rata-rata Produksi (ton)
Padi Sawah Kabupaten/Kota Rata-rata Produksi (ton) Kab. Cianjur 773,352 Kab. Ciamis 537,431 Kab. Cirebon 501,959 Kab. Majalengka 612,903 Kab. Indramayu 1,291,983 Kab. Subang 1,004,410 Kab. Karawang 1,123,356 Kab. Bekasi 487,752 Kab. Pangandaran 154,508 Kota Sukabumi 22,557 Kota Bandung 10,495 Kota Cirebon 2,425 Kota Bekasi 3,692 Kota Tasikmalaya 70,951 Kota Banjar 38,598 Sumber: 1 BPS Jawa Barat,

21 Rata-rata Produksi (ton)
Padi Ladang Kabupaten/Kota Rata-rata Produksi (ton) Kab. Sukabumi 77,461 Kab. Cianjur 69,109 Kab. Garut 143,169 Kab. Sumedang 26,272 Kab. Indramayu 82,267 Kab. Purwakarta 10,703 Kab. Bandung Barat 19,979 Kab. Pangandaran 5,658 Kota Cirebon 112 Sumber: 1 BPS Jawa Barat,

22 Rata-rata Produksi (ton)
Jagung Kabupaten/Kota Rata-rata Produksi (ton) Bandung 71,217 Garut 671,783 Majalengka 146,730 Sumedang 85,089

23 Rata-rata Produksi (ton)
Kedelai Kabupaten/Kota Rata-rata Produksi (ton) Nilai LQ > 1 Sukabumi 10,918 1.87 Cianjur 11,707 2.12 Garut 20,476 1.65 Ciamis 3,674 1.03 Indramayu 16,883 2.33 Bandung Barat 2,062 1.16 Pangandaran 1,579 1.76

24 Rata-rata Produksi (ton)
Kacang Tanah Kabupaten/Kota Rata-rata Produksi (ton) Nilai LQ > 1 Kab. Sukabumi 9,334 1.66 Kab. Cianjur 14,363 2.69 Kab. Garut 31,687 2.64 Kab. Sumedang 5,878 1.59 Kota Depok 134 3.82 Kota Cimahi 53 2.25

25 Rata-rata Produksi (ton)
Kacang Hijau Kabupaten/Kota Rata-rata Produksi (ton) Nilai LQ > 1 Sukabumi 862 1.03 Garut 1,939 1.09 Ciamis 590 1.15 Cirebon 2,149 5.62 Majalengka 1,030 1.71 Sumedang 793 1.44 Indramayu 1,336 1.28 Purwakarta 328 1.38 Karawang 898 1.05 Pangandaran 650 5.03 Kota Cirebon 6 2.76 Kota Banjar 137 4.16

26 Rata-rata Produksi (ton)
Ubi Kayu Kabupaten/Kota Rata-rata Produksi (ton) Nilai LQ > 1 Bogor 163,503 1.61 Sukabumi 219,755 1.43 Bandung 129,724 1.31 Garut 623,058 1.91 Tasikmalaya 309,333 1.85 Sumedang 157,924 1.57 Purwakarta 88,091 2.02 Bandung Barat 71,560 1.53 Kota Bogor 5,221 3.16 Kota Bekasi 674 1.04 Kota Depok 3,326 3.49 Kota Cimahi 1,152 1.81

27 Rata-rata Produksi (ton)
Ubi Jalar Kabupaten/Kota Rata-rata Produksi (ton) Nilai LQ > 1 Bogor 62,298 2.88 Bandung 26,387 1.25 Garut 108,075 1.55 Kuningan 127,318 7.66 Purwakarta 11,340 1.22 Kota Bogor 2,050 5.81 Kota Cirebon 87 1.05 Kota Bekasi 165 1.19 Kota Depok 615 3.02 Kota Cimahi 420 3.08

28 Tabel.. Jumlah Populasi Ternak Ruminansia Jawa Barat, 2011-2016.
PRODUKSI TERNAK Ruminansia Tabel.. Jumlah Populasi Ternak Ruminansia Jawa Barat, Ternak Tahun (ekor) Rata-rata (ekor) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Sapi Potong Kabupaten 417,011 369,828 406,107 412,547 412,622 399,598 402,952 Kota 12,626 13,121 12,994 12,043 13,204 13,774 12,960 Total 429,637 382,949 419,101 424,590 425,826 413,372 415,913 Sapi Perah 136,690 132,511 101,398 119,787 113,105 123,884 121,229 3,543 2,434 3,353 3,295 3,311 3,203 140,233 134,945 103,832 123,140 116,400 127,195 124,432 Kerbau 101,116 109,972 106,946 111,640 110,264 101,179 111,798 1,330 1,393 1,296 1,392 3,285 113,742 122,598 108,276 113,033 111,560 102,571 115,084 Kambing 1,863,457 2,142,313 2,528,562 2,577,280 2,586,162 1,215,931 2,200,891 30,094 31,137 22,100 24,213 22,059 26,505 1,893,551 2,172,407 2,559,699 2,599,380 2,610,375 1,237,990 2,227,395 Domba 6,954,594 8,156,027 9,289,402 10,514,199 11,481,478 9,942,564 9,423,104 86,843 93,817 102,188 98,527 93,881 96,264 95,253 7,041,437 8,249,844 9,391,590 10,612,726 11,575,359 10,038,828 9,518,357

29 Produksi Daging Ternak (Kg)
Tabel.. Produksi Daging Ternak Provinsi Jawa Barat, Tahun Produksi Daging Ternak (Kg) Sapi Kerbau Kambing Domba 2011 78,475,645 2,557,029 4,660,065 26,459,106 2012 74,311,569 3,267,891 5,822,325 26,340,118 2013 2014 38,651,148 1,969,822 7,883,159 23,757,934 2015 33,698,713 8,475,746 22,667,839 2016 73,318,658 3,381,487 7,364,433 23,283,147 Rata-rata 74,553,460 9,628,567 8,005,611 29,769,652 Tabel.. Tren Persentase Pertumbuhan Produksi Daging Ternak, 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata Sapi (5.3062) - ( ) ( ) Kerbau ( ) (8.5767) Kambing 7.5171 ( ) Domba (0.4497) (9.8032) (4.5883) 2.7145 (2.4254) Secara rata-rata produksi daging ternak pada umumnya meningkat, kecuali produksi daging domba. Produksi daging domba menurun sekitar 2,43 persen. Sebaliknya produksi daging kerbau meningkat higga sebesar persen selama periode

30 Rata-rata Populasi (ekor)
SAPI POTONG Gambar ... Tren Populasi Sapi Potong Jawa Barat, Sumber: BPS Jabar, (diolah) Kabupaten/Kota Rata-rata Populasi (ekor) LQ Bogor 40,206 2.85 Sukabumi 17,971 1.07 Cianjur 33,584 1.75 Bandung 26,791 2.33 Tasikmalaya 50,559 3.09 Ciamis 17,500 1.43 Kuningan 25,740 4.51 Sumedang 33,388 5.06 Subang 30,958 2.94 Bekasi 22,395 1.81 Pangandaran 23,597 6.68 Kota Sukabumi 534 2.40 Kota Bandung 1,499 1.40 Kota Bekasi 4,005 6.89 Kota Depok 2,449 5.53 Kota Tasikmalaya 2,681 4.33 Kota Banjar 1,202 2.15 Gambar .. Rata-rata Pertumbuhan Populasi pada Basis Populasi Sapi Potong

31 Rata-rata Populasi (ekor)
SAPI PERAH Gambar ... Tren Populasi Sapi Perah Jawa Barat, Sumber: BPS Jabar, (diolah) Gambar .. Rata-rata Pertumbuhan Populasi pada Kabupaten/ Kota Basis Populasi Sapi Perah Kabupaten/Kota Rata-rata Populasi (ekor) LQ Bandung 34,012 2.96 Bandung Barat 36,984 2.12 Bogor 821 1.67 Depok 607 1.37 Cimahi 751 1.38

32 Rata-rata Populasi (ekor)
Kabupaten/Kota Rata-rata Populasi (ekor) LQ Bogor 23,061.33 6.03 Sukabumi 9,829.83 2.16 Cianjur 9,278.67 1.78 Bandung 3,429.83 1.10 Garut 12,248.33 1.01 Tasikmalaya 12,517.00 2.82 Ciamis 3,481.83 1.05 Kuningan 6,734.50 4.34 Cirebon 4,046.33 1.75 Sumedang 4,168.83 2.33 Subang 3,280.50 1.15 Kota Bogor 182.33 1.37 Kota Sukabumi 141.83 2.35 Kota Bandung 297.33 1.02 Kota Bekasi 530.17 3.36 Kota Depok 585.67 4.87 Kota Tasikmalaya 1,155.50 6.87 Kota Banjar 284.17 1.87 KERBAU Gambar ... Tren Populasi Kerbau Jawa Barat, Sumber: BPS Jabar, (diolah) Gambar .. Rata-rata Pertumbuhan Populasi pada Kabupaten/K ota Basis Populasi Kerbau

33 Rata-rata Populasi (ekor)
KAMBING Kabupaten/Kota Rata-rata Populasi (ekor) LQ Bogor 123,730 1.67 Ciamis 137,453 2.14 Sumedang 35,112 1.01 Indramayu 73,097 1.21 Karawang 1,084,214 1.95 Bekasi 111,120 1.70 Kota Bekasi 7,216 2.36 Kota Depok 5,341 2.30 Kota Banjar 7,323 2.49 Gambar ... Tren Populasi Kambing Jawa Barat, Sumber: BPS Jabar, (diolah) Gambar .. Rata- rata Pertumbuhan Populasi pada Kabupaten/Kota Basis Populasi Kambing

34 Rata-rata Populasi (ekor)
Kabupaten/Kota Rata-rata Populasi (ekor) LQ Sukabumi 379,413.33 1.01 Garut 1,159,524.83 1.16 Cirebon 229,182.50 1.20 Majalengka 637,367.00 1.23 Subang 242,303.50 1.02 Purwakarta 2,158,816.67 1.21 Bandung Barat 429,207.17 1.09 Kota Bogor 11,324.00 1.03 Kota Sukabumi 5,537.17 1.11 Kota Bandung 28,420.67 1.18 Kota Cirebon 7,101.33 1.07 Kota Cimahi 14,760.83 DOMBA Gambar ... Tren Populasi Domba Jawa Barat, Sumber: BPS Jabar, (diolah) Gambar .. Rata-rata Pertumbuhan Populasi pada Kabupaten/ Kota Basis Populasi Domba

35 Tabel.. Jumlah Populasi Ternak Unggas di Jawa Barat, 2011-2016
PRODUKSI TERNAK Unggas Tabel.. Jumlah Populasi Ternak Unggas di Jawa Barat, Ternak Tahun (ekor) Rata-rata (ekor) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Ayam Buras Kabupaten 25,971,426 21,570,803 25,166,423 26,273,869 26,162,676 24,523,160 25,458,310 Kota 1,424,990 1,454,072 1,421,921 1,356,325 1,341,660 1,319,151 8,318,119 Total 53,367,842 44,595,678 51,754,767 53,904,063 53,667,012 50,365,471 59,234,739 Ayam Ras Petelur 11,177,356 11,377,566 12,010,928 12,449,044 13,359,229 14,285,306 12,443,238 753,159 894,372 871,334 841,102 1,110,176 858,154 888,266 23,107,871 23,649,504 24,893,190 25,739,190 27,828,634 29,428,766 26,061,840 Ayam Ras Potong 93,964,739 98,109,477 103,210,249 102,687,022 100,640,579 103,404,217 100,395,142 3,245,832 3,629,907 3,546,647 3,390,897 3,375,130 3,900,761 3,514,862 191,175,310 199,848,861 209,967,145 208,764,941 204,656,288 210,709,195 204,305,145 Itik 9,059,911 8,370,012 7,897,422 8,078,251 7,990,687 10,416,245 8,649,453 250,804 403,031 3,606,347 374,013 362,481 318,032 885,785 18,370,626 17,143,055 19,401,191 16,530,515 16,343,855 21,150,522 18,184,691 Sumber: BPS Jabar, (diolah)

36 Produksi Daging Unggas (kg)
Tahun Produksi Daging Unggas (kg) Ayam Buras Ayam Ras Itik 2011 27,320,486 498,816,508 6,416,707 2012 25,683,423 505,447,162 648,111,865 2013 2014 26,552,627 543,765,349 5,838,169 2015 25,207,542 537,947,218 5,203,819 2016 25,643,094 10,030,626 719,820,363 Rata-rata 31,218,119 520,290,805 406,700,558 Tabel… Produksi Daging Unggas Provinsi Jawa Barat, Tabel… Produksi Telur Unggas Provinsi Jawa Barat, Komoditi 2012 2013 2015 2016 Rata-rata Ayam Buras (5.9921) - 3.3843 (5.0657) 1.7279 (1.1891) Ayam Ras 1.3293 7.5810 (1.0700) 8.7027 Itik (6.5799) (2.6078) ( ) 6.6835 Tabel… Produksi Telur Unggas Provinsi Jawa Barat, Tahun Ayam ras Ayam Buras Itik 2011 115,787,099 20,330,406 65,522,550 2012 19,689,884 120,122,933 54,885,949 2013 2014 134,581,198 18,115,936 59,715,400 2015 133,435,772 16,673,574 53,572,992 2016 139,192,778 15,848,676 59,853,055 Rata-rata 112,475,323 62,242,891 69,687,179 Sumber: BPS Jabar, (diolah)

37 Rata-rata Populasi (ekor)
Kabupaten/Kota Rata-rata Populasi (ekor) LQ Cianjur 3,359,118.00 1.29 Bandung 1,885,441.17 1.49 Garut 1,449,616.67 2.73 Cirebon 1,250,280.83 1.72 Majalengka 966,158.83 1.25 Bekasi 896,848.33 1.22 Bandung Barat 1,672,150.67 Pangandaran 1,027,168.00 3.86 Kota Bogor 913,919.00 3.77 Kota Bandung 709,974.00 3.59 Kota Cirebon 270,230.00 3.67 Kota Bekasi 839,586.00 2.20 Kota Cimahi 216,300.00 3.03 Kota Tasikmalaya 4,071,127.00 3.64 Kota Banjar 872,790.00 3.29 Ayam Buras Gambar ... Tren Populasi Ayam Buras Jawa Barat, Gambar .. Rata-rata Pertumbuhan Populasi pada Kabupaten/Kota Basis Populasi Ayam Buras Sumber: BPS Jabar, (diolah)

38 Rata-rata Populasi (ekor)
Ayam Ras Petelur Gambar ... Tren Populasi Ayam Ras Peterlur Jawa Barat, Kabupaten/Kota Rata-rata Populasi (ekor) LQ Bogor 4,697,573.00 2.15 Sukabumi 2,583,194.33 1.18 Gambar .. Rata- rata Pertumbuhan Populasi pada Kabupaten/Kota Basis Populasi Ayam Ras Petelur Sumber: BPS Jabar, (diolah)

39 Rata-rata Populasi (ekor)
Ayam Ras Potong Gambar ... Tren Populasi Ayam Ras Potong Jawa Barat, Kabupaten Rata-rata Populasi (ekor) LQ Bogor 19,110,663.83 1.15 Gambar .. Rata- rata Pertumbuhan Populasi pada Kabupaten/Kota Basis Populasi Ayam Ras Potong Sumber: BPS Jabar, (diolah)

40 Rata-rata Populasi (ekor)
Itik Gambar ... Tren Populasi Itik Potong Jawa Barat, Kabupaten/Kota Rata-rata Populasi (ekor) LQ Indramayu 2,000,032.50 1.31 Karawang 2,001,451.67 Gambar .. Rata- rata Pertumbuhan Populasi pada Kabupaten/Kota Basis Populasi Itik Sumber: BPS Jabar, (diolah)

41 Tahun Produksi 2011 (ton) Produksi 2014 Penangkapan Laut/Sea 185,822.56 206,156.68 Perairan Umum 11,168.54 Budidaya Tambak 195,875.30 310,481.09 Kolam 283,791.53 466,638.06 Sawah 25,567.43 30,531.67 Laut 8,001.74 1,014.84 Karamba 491.27 226.91 Kolam Air 13,431.42 12,119.64 Jaring Apung 185,413.46 185,004.77 Jumlah 909,563.25 1,225,021.81 Tabel . Produksi Ikan Menurut Tempat Penangkapan/Pemeliharaan di Jawa Barat, Tabel. Nilai Produksi Ikan Menurut Tempat Penangkapan/Pemeliharaan di Jawa Barat, Tahun Produksi 2011 (ton) Produksi 2014 Penangkapan Laut/Sea 2,470,768,376 3,347,090,436 Perairan Umum 136,169,812.19 326,089,316 Budidaya Tambak 3,473,620,867 7,883,789,402 Kolam 3,937,094,860 7,609,974,149 Sawah 405,468,716 490,157,315 Laut 13,291,343 1,929,795 Karamba 7,234,570 3,884,654 Kolam Air 214,281,672 240,608,842 Jaring Apung 2,029,604,408 2,593,442,092 Jumlah 12,687,534,624 22,496,966,001 Sumber: BPS Jabar, (diolah)

42 TENAGA KERJA Tenaga Kerja 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Orang
Kabupaten 3,610,109 3,888,295 3,723,342 3,739,706 2,958,105 3,583,911 Kota 65,604 78,255 80,982 81,614 72,654 75,822 Jawa Barat 3,675,713 3,966,550 3,804,324 3,821,320 3,095,547 3,672,691 Persentase (%) (0.011) (0.009) (0.000) (0.136) (0.039) 0.021 0.017 0.001 0.023 0.016 0.010 0.008 0.000 (0.112) (0.023)

43 LAHAN SAWAH DAN LAHAN KERING
Jenis Lahan 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Luas Lahan Kering (Ha) 1,526,834 1,652,111 1,796,400 1,770,442 1,703,245.80 Luas Lahan Sawah (Ha) 942,974 938,058 939,353 936,529 938,688.60 Jumlah (Ha) 2,469,808 2,590,169 2,735,753 2,706,971 2,641,934.40 Luas Lahan Kering (%) 61.82 63.78 65.66 65.40 64.41 Luas Lahan Sawah (%) 38.18 36.22 34.34 34.60 35.59 Jumlah (%) 100.00 1.96 1.88 (0.26) 0.00 0.90 (1.96) (1.88) 0.26 (0.90) LAHAN SAWAH Kabupaten (%) Kota Bogor (0.01) Sukabumi (0.00) Cianjur 0.06 Bandung 0.01 Cirebon G a r u t (0.02) Bekasi 0.00 Tasikmalaya 0.08 Depok C i a m i s (0.41) Cimahi Kuningan 0.03 Banjar Majalengka Sumedang 0.02 Indramayu 0.11 Subang Purwakarta 0.04 Karawang 0.05 B e k a s i Bandung Barat  2011 2012  2013  2014  2015  Rata-rata  Luas lahan Kabupaten (ha) 927,592 923,487 925,196 904,394 917,012.60 Kota (ha) 15,382 14,571 14,157 13,948 14,401.20 Total 942,974 938,058 939,353 918,342 931,413.80 Persentase - Kabupaten (%) 98.37 98.45 98.49 98.48 Kota (%) 1.63 1.55 1.51 1.52 Pertumbuhan 0.005 0.003 (0.001) 0.002 (0.078) (0.046) 0.012 (0.028)

44 IKLIM (CURAH HUJAN & HARI HUJAN)
Gambar .. Grafik curah hujan Jawa Barat (1901 – 2007)

45 ALAT & MESIN PERTANIAN (UNIT) Kondisi Jaringan Irigasi (%)
Alsintan 2011 2012 2013 2014 2015 Traktor roda 2 12,247 28,181 TA 5,671 Pompa air garis tengah Diameter 2" 10,143 1,393 Penggiling Padi Kecil 7,329 11,002 12,973 Pemecah Kulit Gabah 3,883 111 374 Sabit Bergerigi 993,531 801,032 966,554 Perontok Padi / Threser 5,491 7,337 11,076 SUMBERDAYA AIR Sumber Daya Air Jumlah Desa (%) A. Saluran Irigasi Memiliki 4,213 70.66 Tidak memiliki 1,749 29.34 Total 5,962 100.00 Menggunakan 4,055 96.25 Tidak menggunakan 158 3.75 B. Bendungan Terakses 568 10 Tidak terakses 5,394.00 90.47 5962 100 Tabel .. Kondisi Jaringan Irigasi di Provinsi Jawa Barat Kewenangan Kondisi Jaringan Irigasi (%) Baik Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat Provinsi 48.92 21.10 12.03 17.95 Kabupaten/Kota 38.67 18.83 22.17 30.33

46 KEMISKINAN) Kemiskinan 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Jiwa/Orang:
Kabupaten 4,004 3,807 3,776 3,653 3,790 3,806 Kota 647 615 599 586 633 616 Jawa Barat 4,651 4,422 4,375 4,239 Persentase (%) - 86.09 86.31 86.18 85.69 86.07 13.91 13.69 13.82 14.31 13.93 KEMISKINAN) Kabupaten Rata-rata (%) Kota Bogor 0.22 (0.24) Sukabumi (0.09) 0.30 Cianjur (0.10) Bandung (0.47) 0.02 Cirebon 0.46 Garut 0.06 Bekasi (0.61) Tasikmalaya 0.04 Depok 0.57 Ciamis (0.25) Cimahi 0.07 Kuningan (0.50) 0.00 Banjar 0.52 Majalengka (0.01) Sumedang (0.02) Indramayu (0.03) Subang 0.01 Purwakrta (0.00) karawang (0.05) 0.10 Bandung Barat

47 Angka Rata-rata Lama Sekolah
Sebagian besar penduduk Jawa Barat memiliki pendidikan setara pendidikan dasar 9 tahun. ALS di wilayah Kabupaten lebih rendah dari ALS rata-rata Jawa Barat (6,93 tahun), sebaliknya ALS di wilayah kota 9,56 tahun sedikit lebih baik dari ALS Jawa Barat. Soekartawi (1988) bahwa mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi teknologi. Begitu pula sebaliknya, mereka yang berpendidikan rendah agak sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat. sebagian besar penduduk Kabupaten/Kota ALS terkonsentrasi di Kluster II artinya umumnya penduduk Jawa Barat memiliki angka rata-rata lama sekolah 8-10 tahun.

48 Gambar. Persentase Penduduk Miskin Jawa Barat, 2007-2014
Kabupaten Rata-rata (%) Kota Bogor 0.22 (0.24) Sukabumi (0.09) 0.30 Cianjur (0.10) Bandung (0.47) 0.02 Cirebon 0.46 Garut 0.06 Bekasi (0.61) Tasikmalaya 0.04 Depok 0.57 Ciamis (0.25) Cimahi 0.07 Kuningan (0.50) 0.00 Banjar 0.52 Majalengka (0.01) Sumedang (0.02) Indramayu (0.03) Subang 0.01 Purwakrta (0.00) karawang (0.05) 0.10 Bandung Barat B AKSES PANGAN Kemiskinan 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Kabupaten (Jiwa) 4,004 3,807 3,776 3,653 3,790 3,806 Kota (Jiwa) 647 615 599 586 633 616 Jumlah 4,651 4,422 4,375 4,239 Kabupaten (%) 86.09 86.31 86.18 85.69 86.07 Kota (%) 13.91 13.69 13.82 14.31 13.93 Jawa Barat (%) 100.00 Gambar. Persentase Penduduk Miskin Jawa Barat, Sumber: BPS, 2014

49 Desa tidak memiliki nilai
 Infrastruktur Jalan Desa Aspal/Beton Diperkeras Tanah Lainya Kabupaten 5,460 5,261 118 75 6 Kota 502 500 2 Jawa Barat 5,962 5,761 120 Kabupaten (%) 100.00 96.36 2.16 1.37 0.11 Kota (%) 99.60 0.40 - Jawa Barat (%) 96.63 2.01 1.26 0.10 Infrastruktur Jalan Total Desa Aspal/ Beton Diperkeras Tanah Lainya Desa tidak memiliki nilai Kabupaten 5,460 1,545 1,389 1,210 317 999 Kota 502 50 14 - 438 Jawa Barat 5,962 1,595 1,403 1,437 Kabupaten (%) 100.00 28.30 25.44 22.16 5.81 18.30 Kota (%) 9.96 2.79 87.25 Jawa Barat (%) 26.75 23.53 20.30 5.32 24.10

50 Pengeluaran untuk Konsumsi
2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Kabupaten (Rp.000) 8,251.93 8,322.24 8,437.92 8,464.80 8,699.10 8,433.98 Kota (Rp.000) 11,132.40 11,240.73 11,381.67 11,439.42 11,717.75 11,382.39 Jawa Barat (Rp.000) 9,692.16 9,781.49 9,909.79 9,952.11 10,208.42 9,908.19

51 C SUB SISTEM KONSUMSI KEADAAN POLA KONSUMSI No Kelompok Makanan
Kalori (Kkal) (+/-) Protein (Gram) 2014 2015 1 Padi-Padian 881.81 884.38 (+)2.47 20.68 20.77 (+)0.09 2 Umbi-Umbian 21.23 23.66 (+)2.43 0.23 0.28 (+)0.005 3 Ikan 32.4 32.24 (-)0.16 5.61 5.46 (-)0.15 4 Daging 52.94 61.25 (+)8.31 3.35 5.75 (+)2.40 5 Telur dan Sayur 58.1 61.3 (+)3.20 3.37 3.41 (+)0.04 6 Sayur-Sayuran 31.27 24.77 (-)6.50 1.84 1.56 (-)0.28 7 Kacang-Kacangan 51.25 47.34 (-)3.91 5.00 4.77 (-)0.23 8 Buah-Buahan 33.78 36.4 (+)2.62 0.36 0.4 9 Minyak dan Lemak 214.94 226.57 (+)11.63 0.07 0.06 (-)0.01 10 Bahan Minuman 53.1 71.39 (+)18.29 0.97 0.66 (-)0.31 11 Bumbu-Bumbuan 15.95 9.83 (-)6.12 0.71 0.46 (-)0.25 12 Konsumsi Lainya 58.67 69.68 (+)11.01 1.23 1.49 (+)0.26 13 Makanan dan Minuman Jadi 371.88 495.47 (+)123.59 11.6 14.26 (+)2.66 Jumlah 1,877.32 2,044.28 (+)166.98 55.02 59.33 (+)2.32 Sumber : Susenas Modul Konsumsi 2014 dan 2015 terangkum dalam laporan Pola Konsumsi Penduduk Provinsi Jawa Barat 2015

52 Komoditi 2014 2015 2016 Rata-rata PADI-PADIAN Beras (Kg) 1.673 1.6675 1.6776 1.6727 Jagung Basah Dengan Kulit (Kg) 0.0021 0.0029 0.0039 0.0030 UMBI-UMBIAN Ubi Jalar (Kg) 0.0288 0.0363 0.0402 0.0351 Ubi Kayu (Kg) 0.0657 0.0659 0.0704 0.0673 DAGING - Sapi (Kg) 0.0066 0.0096 0.0117 0.0093 Kerbau (Kg) 0.0001 Kambing (Kg) 0.0003 Ayam Ras (Kg) 0.1037 0.1169 0.1332 0.1179 Ayam Buras (Kg) 0.0068 0.0081 0.0104 0.0084 Itik (Kg) 0.0005 TELUR Ayam Ras (Butir) 0.1383 2.1628 2.3323 1.5445 Ayam Buras (Butir) 0.0144 0.0289 0.0378 0.0270 Itik (Butir) 0.0122 0.0224 0.0197 0.0181 Tabel … Rata-rata Konsumsi Per Kapita Perkotaan + Perdesaan dalam Seminggu Menurut Jenis Komoditi Makanan di Jawa Barat, (kg) Komoditi 2014 2015 2016 Rata-rata PADI-PADIAN Beras (Kg) Jagung Basah Dengan Kulit (Kg) 0.1008 0.1392 0.1872 0.1424 UMBI-UMBIAN - Ubi jalar (Kg) 1.3824 1.7424 1.9296 1.6848 Ubi kayu (Kg) 3.1536 3.1632 3.3792 3.2320 DAGING Sapi (Kg) 0.3168 0.4608 0.5616 0.4464 Kerbau (Kg) 0.0048 Kambing (Kg) 0.0144 Ayam Ras (Kg) 4.9776 5.6112 6.3936 5.6608 Ayam Buras (Kg) 0.3264 0.3888 0.4992 0.4048 Itik (Kg) 0.0240 0.0080 TELUR 6.6384 0.6912 1.3872 1.8144 1.2976 0.5856 1.0752 0.9456 0.8688 Tabel … Rata-rata Konsumsi Per Kapita Perkotaan + Perdesaan dalam Setahun Menurut Jenis Komoditi Makanan di Jawa Barat, (kg) Sumber: BPS Jabar, (diolah)

53 Komoditi Makanan 2017 2018 2019 2020 2021 PRODUKSI Padi-padian Beras 7,253,007 7,247,205 7,241,407 7,235,614 7,229,825 Jagung Basah Dengan Kulit 1,071,683 1,096,868 1,122,644 1,149,026 1,176,029 Umbi-umbian Ubijalar 481,502 491,469 501,642 512,026 522,625 Ubikayu 2,297,275 2,345,517 2,394,773 2,445,063 2,496,410 KONSUMSI 5,045,976.10 5,118,133.56 5,191,322.87 5,265,558.79 5,340,856.28 6,843.30 6,941.16 7,040.42 7,141.10 7,243.22 80,966 82,124 83,298 84,490 85,698 155,320 157,541 159,794 162,079 164,397 KETERSEDIAAN 2,207,031.06 2,129,071.19 2,050,084.12 1,970,055.08 1,888,969.09 1,064,840.00 1,089,926.70 1,115,603.84 1,141,885.30 1,168,785.30 400,536 409,345 418,344 427,537 436,928 2,141,955 2,187,976 2,234,979 2,282,984 2,332,013 Tabel.. Proyeksi Produksi, Konsumsi, dan Ketersediaan Komoditi Makanan Padi-padian dan Umbin-umbian di Jawa Barat, (ton) Sumber: BPS Jabar, (diolah)

54 Komoditi 2017 2018 2019 2020 2021 PRUDUKSI Daging Sapi 80,863 89,184 98,361 108,482 119,645 Daging Kerbau 3,836 4,352 4,938 5,602 6,355 Daging Kambing 8,171 9,066 10,058 11,160 12,382 Daging Ayam Ras 793,348 862,369 937,395 1,018,949 1,107,597 Daging Ayam Buras 25,338 25,036 24,738 24,444 24,153 Daging Itik 8,520 9,089 9,696 10,344 11,035 KONSUMSI 21,453 21,759 22,071 22,386 22,706 231 234 237 241 244 692 702 712 722 732 272,041 275,931 279,877 283,879 287,938 19,453 19,732 20,014 20,300 20,590 Daging Unggas lainnya 384 390 396 401 407 KETERSEDIAAN 59,411 67,425 76,290 86,096 96,939 3,606 4,118 4,700 5,361 6,111 7,479 8,364 9,346 10,437 11,649 521,307 586,439 657,519 735,070 819,659 5,885 5,305 4,725 4,144 3,563 8,135 8,699 9,301 9,943 10,628 Tabel.. Proyeksi Produksi, Konsumsi, dan Ketersediaan Komoditi Daging Ternak di Jawa Barat, (ton) Tabel.. Proyeksi Produksi, Konsumsi, dan Ketersediaan Komoditi Telur Unggas di Jawa Barat, (ton) Komoditi 2017 2018 2019 2020 2021 PRODUKSI Telur Ayam Ras 144,552 150,117 155,896 161,898 168,132 Telur Ayam Buras 15,086 14,361 13,670 13,012 12,387 Telur Itik 59,452 59,054 58,658 58,265 57,875 KONSUMSI 169,227 171,647 174,101 176,591 179,116 3,742 3,795 3,849 3,904 3,960 2,714 2,753 2,792 2,832 2,872 KETERSEDIAAN (24,675) (21,530) (18,205) (14,693) (10,985) 11,345 10,566 9,821 9,108 8,426 56,738 56,301 55,866 55,433 55,002 Sumber: BPS Jabar, (diolah)

55 STATUS GIZI TINGGI BADAN & UMUR BALITA

56 ANALISIS SWOT Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
Kelemahan Tersedianya banyak komoditas tanaman pangan dan ternak di Jawa Barat Agroekosistem mendukung bagi produksi tanaman pangan dan budidaya ternak Produksi perikanan meningkat Jumlah petani/peternak/nelayan cukup banyak Kondisi Infrastruktur yang memadai Dukungan pemerintah dan regulasi Terdapatnya kelembagaan ketahanan pangan daerah Kebijakan anggaran 4 2 3 Produktivitas tanaman dan ternak rendah Pengetahuan petani/peternak/nelayan rendah Tingkat pendapatan yang rendah Masih besarnya jumah desa rawan pangan dan Desa Miskin Daya beli masyarakat rendah Luas lahan pertanian yang semakin sempit Jumlah tenaga kerja pertanian menurun Pola konsumsi masyarakat yang belum beragam/proses diversifikasi berjalan lamban Jumlah 22 28 ANALISIS SWOT Faktor Eksternal Peluang Skor Ancaman Jumlah penduduk sangat besar Banyaknya industry pengolahan bahan pangan Meningkatnya invesatsi luar di bidang pangan Perkembangan teknologi produksi pangan Tersedianya teknologi pengolahan pangan lokal Berkembangnya berbagai bentuk pasar 4 3 2 Perubahan Iklim (climate change) tidak menentu Koversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian Impor komoditas pangan yang tidak terkendali Terbukanya industri non pertanian Harga komoditas pangan strategis fluktuatif Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga Jumlah 18 17

57 Hasil analisis IFAS dan EFAS menempatkan posisi ketahanan pangan Jawa Barat pada Kuadran 3 (W-O) dengan pernyataan Mendukung Strategi Turn Around, yaitu pernyataan yang menghendaki pencapaian performa ketahanan pangan Jawa Barat dengan dukungan peluang yang sangat besar, meskipun dalam pencapaian performa tersebut ketahanan pangan Jawa Barat menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Kelemahan internal yang dimaksud, seperti: Produktivitas tanaman dan ternak rendah Pengetahuan petani/peternak/nelayan rendah Tingkat pendapatan yang rendah Masih besarnya jumah desa rawan pangan dan Desa Miskin Daya beli masyarakat rendah Luas lahan pertanian yang semakin sempit Jumlah tenaga kerja pertanian menurun Pola konsumsi masyarakat yang belum beragam/proses diversifikasi berjalan lamban.

58 IFAS EFAS Faktor Internal Kekuatan/STRENGTHS (5)
Tersedianya banyak komoditas tanaman pangan, ternak, dan ikan di Jawa Barat Agroekosistem mendukung bagi produksi tanaman pangan dan budidaya ternak Dukungan pemerintah dan regulasi Terdapatnya kelembagaan ketahanan pangan daerah Kelemahan/WEAKNESS(W) Produktivitas tanaman dan ternak rendah Pengetahuan petani/peternak/nelayan rendah Masih besarnya jumah desa rawan pangan dan Desa Miskin Daya beli masyarakat rendah Luas lahan pertanian yang semakin sempit Faktor-faktor Ekstemal Peluang/OPPORTUNITUES (O) Jumlah penduduk sangat besar Banyaknya industry pengolahan bahan pangan Tersedianya teknologi pengolahan pangan lokal STRATEGI S-O Memanfaatkan potensi yang besar ketersediaan tanaman pangan, ternak, dan ikan untuk memperoleh peluang atas jumlah penduduk sangat besar dan banyaknya industri pengolahan bahan pangan. STRATEGI W-O Meningkatkan produktivitas tanaman dan ternak serta pengetahuan petani, peternak, dan nelayan untuk meraih peluang atas jumlah penduduk sangat besar dan banyaknya industri pengolahan bahan pangan. Faktor-faktor Eksternal Ancaman/THREATS (T) Perubahan Iklim (climate change) tidak menentu Koversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian Terbukanya industri non pertanian STRATEGI S-T Memanfaatkan potensi yang besar ketersediaan tanaman pangan, ternak, dan ikan untuk mengatasi ancaman ketahanan pangan karena perubahan iklim yang tidak menentu, konversi lahan pertanian dan pelarian tenaga kerja ke sektor indstri non pertanian. STRATEGI W-T Meningkatkan produktivitas tanaman dan ternak serta pengetahuan petani, peternak dan nelayan rendah untuk mengantisipasi ancaman ketahanan pangan karena perubahan iklim yang tidak menentu, konversi lahan pertanian dan pelarian tenaga kerja ke sektor industri/non pertanian.

59 STRATEGI 1. S-O: Memanfaatkan potensi yang besar ketersediaan tanaman pangan, ternak, dan ikan untuk memperoleh peluang atas jumlah penduduk sangat besar dan banyaknya industri pengolahan bahan pangan. 3. Strategi ST: Memanfaatkan potensi yang besar ketersediaan tanaman pangan, ternak, dan ikan untuk mengatasi ancaman ketahanan pangan karena perubahan iklim yang tidak menentu, konversi lahan pertanian dan pelarian tenaga kerja ke sektor indstri non pertanian. 2. Strategi W-O: Meningkatkan produktivitas tanaman dan ternak serta pengetahuan petani, peternak, dan nelayan untuk meraih peluang atas jumlah penduduk sangat besar dan banyaknya industri pengolahan bahan pangan. 4. Strategi W-T: Meningkatkan produktivitas tanaman dan ternak serta pengetahuan petani, peternak dan nelayan rendah untuk mengantisipasi ancaman ketahanan pangan karena perubahan iklim yang tidak menentu, konversi lahan pertanian dan pelarian tenaga kerja ke sektor industri/non pertanian. TUJUAN Meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas tanaman pangan dan ternak. Meningkatkan daya saing produksi tanaman pangan dan ternak untuk memperoleh nilai tambah dari tumbuhnya industri pengolahan bahan pangan. Menyediakan teknologi unggul bagi peningkatan produksi dan produktivitas komoditas tanaman pangan dan ternak untuk mengatasi perubahan iklim yang tidak menentu, konversi lahan menjadi lahan pertanian dan pelarian tenaga kerja ke sektor indstri non pertanian. Memberikan pembinaan kepada petani dan peternak untuk meningkatkan pengetahuan dan nilai tambah produksi tanaman pangan dan ternak serta mengatasi perubahan iklim yang tidak menentu, konversi lahan menjadi lahan pertanian dan pelarian tenaga kerja ke sektor indstri non pertanian.

60 Tabel . Tujuan Strategi, Arah Kabijakan dan Program
No. Tujuan Strategi Arah Kebijakan Program  1 Meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas tanaman pangan dan ternak. S-O Memanfaatkan potensi yang besar ketersediaan tanaman pangan, ternak, dan ikan untuk memperoleh peluang atas jumlah penduduk sangat besar dan banyaknya industri pengolahan bahan pangan Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas tanaman pangan dan ternak Pengembangan teknologi on-farm perbenihan dan sarana produksi Pengembangan penguasaan teknologi on-farm oleh petani dan peternak.  2 Meningkatkan daya saing produksi tanaman pangan, ternak, dan ikan untuk memperoleh nilai tambah dari tumbuhnya industri pengolahan bahan pangan. W-O Meningkatkan produktivitas tanaman dan ternak serta pengetahuan petani, peternak, dan nelayan untuk meraih peluang atas jumlah penduduk sangat besar dan banyaknya industri pengolahan bahan pangan. Peningkatan daya saing dan nilai tambah produk tanaman pangan, ternak, ikan Pengembangan teknologi pengolahan hasil produk pertanian dan peternakan Pengembangan penguasaan teknologi pengolahan hasil produk pertanian dan peternakan  3 Menyediakan teknologi unggul bagi peningkatan produksi dan produktivitas komoditas tanaman pangan dan ternak untuk mengatasi perubahan iklim yang tidak menentu, konversi lahan menjadi lahan pertanian dan pelarian tenaga kerja ke sektor indstri non pertanian. S-T Memanfaatkan potensi yang besar ketersediaan tanaman pangan, ternak, dan ikan untuk mengatasi ancaman ketahanan pangan karena perubahan iklim yang tidak menentu, konversi lahan pertanian dan pelarian tenaga kerja ke sektor indstri non pertanian. Peningkatan pengetahuan dan penyediaan teknologi unggulan yang adaptif pada perubahan iklim dan efisien Pengambangan teknologi unggulan yang adaptif pada perubahan iklim dan efisien. Pengembangan pengetahuan petani dan peternak dalam penguasaan unggulan yang adaptif pada perubahan iklim dan efisien.  4 Memberikan pembinaan kepada petani, peternak, dan nelayan dalam peningkatan nilai tambah produksi tanaman pangan dan ternak serta mengatasi perubahan iklim yang tidak menentu, konversi lahan menjadi lahan pertanian dan pelarian tenaga kerja ke sektor industry/non pertanian. W-T: Meningkatkan produktivitas tanaman dan ternak serta pengetahuan petani, peternak dan nelayan rendah untuk mengantisipasi ancaman ketahanan pangan karena perubahan iklim yang tidak menentu, konversi lahan pertanian dan pelarian tenaga kerja ke sektor industri/non pertanian.

61 KESIMPULAN Produksi komoditas tanaman pangan Jawa Barat periode secara rata-rata mengalami penurunan. Penurunan produksi terjadi di Kabupaten/Kota Basis produksi tanaman pangan. Tenaga kerja sector pertanian di kabupaten mengalami penurunan sebesar 0,039%, sedangkan di Kota tumbuh 0,016%. Secara keseluruhan jumlah Tenaga kerja sector pertanian di Jawa Barat menurun 0,023%. Luas lahan sawah secara rata-rata mengalami penurunan 0,90%. wilayah yang lahan sawahnya mengalami penurunan yaitu: Kab Bogor (0,01%), Kab. Sukabumi (0,00%), Kab. Ciamis (0,41%), dan Kab. Majalengka (0,01%). Wilayah kota yang luas lahan sawahnya mengalami penurunan, yaitu: Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon dan Kota Depok. Curah hujan sejak tahun 2011 terus meningkat. Curah hujan di bawah rata-rata terjadiselama 5 bulan, yaitu pada bulan Juni, Juli, Agustus, Sepetember, Oktober. Hari hujan pada bulan-bulan tertentu di bawah rata-rata, yaitu Juni, Juli, Agustus, Sepetember, Oktober. Angka kemiskinan di Kabupaten sebesar 86,07% da di Kota 13,93%. Kabupaten yang angka kemiskinannya masih positif yaitu Bogor, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Kuningan,Cirebon, Subang dan Bekasi. Sementara di Kota, yaitu Sukabumi, Cirebon, Depok, Cimahi, dan Banjar.

62 KESIMPULAN Masih banyak terdapat desa rawan pangan di Jawa Barat.
Infrastruktur jalan di sentra pertanian atau lahan pertanian dengan kondisi yang kurang memadai masih tinggi dengan kondisi Diperkeras (23,53%), Tanah (20,30%), dan Lainnya (5,32%). Pengeluaran untuk konsumsi masyarakat kota lebih tinggi dibanding dengan pengeluaran untuk konsumsi masyarakat kabupaten (Rp. 11,382,390 vs Rp. 8,433,980 per bulan). Persentase penggunaan konsumsi akhir rumah tangga terbesar adalah untuk kelompok konsumsi makanan, minuman, dan rokok (38.76%). Hasil perhitungan proyeksi produksi, konsumsi, dan ketersediaan bahwa pada kelompok pangan padi-padian, umbi-umbian, daging, dan telur sampai dengan tahun 2021 Jawa Barat mengalami surplus ketersediaan. Rata-rata status gizi masyarakat kota sedikit lebih baik dari status gizi masyarakat Kabupaten, yaitu Normal” (65.10%), “Pendek” (19.57%); dan “Sangat Pendek” (15.32%).

63 SARAN Pengembangan teknologi on-farm perbenihan dan sarana produksi serta teknologi pengolahan hasil produk pertanian dan peternakan Pengembangan penguasaan teknologi on-farm oleh petani dan peternak dan penguasaan teknologi pengolahan hasil produk pertanian dan peternakan Pengambangan teknologi dan pengembangan pengetahuan petani dan peternak dalam penguasaan unggulan yang adaptif pada perubahan iklim dan efisien. Penguatan upaya diversifikasi dari pangan beras ke pangan non beras untuk mempertahakan bahkan meningkatkan ketersediaan pangan beras. Penguatan dapat dilakukan melalui pemanfaatan potensi pangan umbi-umbian.

64 TERIMA KASIH


Download ppt "KAJIAN EKONOMI PERTANIAN TENTANG KETAHANAN PANGAN DI JAWA BARAT"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google