Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Industri pangan berbasis hasil UNGGAS

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Industri pangan berbasis hasil UNGGAS"— Transcript presentasi:

1 Industri pangan berbasis hasil UNGGAS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

2 PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS
UNGGAS

3 Konsumsi daging unggas penduduk Indonesia hanya 10 gram/kapita/hari, sedangkan Malaysia 100
Begitupun konsumsi telur penduduk Indonesia baru 2,7 kg/kapita/tahun, sedangkan Malaysia 14,4 kg, Thailand 9,9 kg dan Fhilipina 6,2 kg. Bila satu kilogram telur rata-rata terdiri atas 17 butir, maka konsumsi telur penduduk Indonesia hanya sekitar 46 butir/kapita/tahun atau 1/8 butir/kapita/hari. Pada periode yang sama, penduduk Malaysia setiap tahunnya memakan 245 butir telur atau 2/3 butir telur/kapita/hari.

4 Konsumsi susu masyarakat Indonesia sangat rendah, yakni sekitar 7 kg /kapita /tahun, Malaysia mencapai 20 kg/kapita/tahun, sedangkan masyarakat Amerika  Serikat mengkonsumsi susu kg/kapita/tahun. Konsumsi daging, telur dan susu yang rendah menyebabkan target konsumsi protein hewani sebesar 6 gram/kapita/hari masih jauh dari harapan. Angka ini dapat dicapai bila konsumsi terdiri dari 10 kg daging; 3,4 kg telur dan 6 kg susu/kapita/tahun. Padahal untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, rata-rata konsumsi protein hewani yang ideal adalah 26 gram/kapita/hari

5 adanya relasi positif antara tingkat konsumsi protein hewani dengan umur harapan hidup (UHH) dan pendapatan perkapita. Makin tinggi konsumsi protein hewani penduduk, makin tinggi UHH dan pendapatan domestik brutto (PDB) suatu negara. Masyarakat di beberapa negara berkembang seperti Korea, Brazil, China, Fhilipina dan Afrika Selatan memiliki konsumsi protein hewani gram/kapita/hari, UHH penduduknya tahun.

6 Negara-negara maju seperti AS, Prancis, Jepang, Kanada dan Inggris konsumsi protein hewani masyarakatnya gram/kapita/hari, UHH penduduknya tahun. Sementara itu, negara-negara yang konsumsi protein hewaninya di bawah10 gram/kapita/hari seperti Banglades, India dan Indonesia, UHH penduduknya hanya tahun

7 PROSPEK PENGEMBANGAN Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim, harga relatif murah dengan akses yang mudah diperoleh karena sudah merupakan barang publik. Komoditas ini merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional, sehingga prospek yang sudah bagus ini harus dimanfaatkan untuk memberdayakan peternak di perdesaan melalui pemanfaatan sumberdaya secara lebih optimal.

8 PROSPEK PENGEMBANGAN Industri perunggasan di Indonesia berkembang sesuai dengan kemajuan perunggasan global yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat efisiensi usaha yang optimal, sehingga mampu bersaing dengan produk-produk unggas dari luar negeri. Pembangunan industri perunggasan menghadapi tantangan global yang mencakup kesiapan dayasaing produk perunggasan, utamanya bila dikaitkan dengan lemahnya kinerja penyediaan bahan baku pakan, yang merupakan persen dari biaya produksi karena sebagian besar masih sangat tergantung dari impor.

9 PROSPEK PENGEMBANGAN Upaya meningkatkan dayasaing produk perunggasan harus dilakukan secara simultan dengan mewujudkan harmonisasi kebijakan yang bersifat lintas departemen. Hal ini dilakukan dengan tetap memperhatikan faktor internal seperti menerapkan efisiensi usaha, meningkatkan kualitas produk, menjamin kontinuitas suplai dan sesuai dengan permintaan pasar.

10 PROSPEK PENGEMBANGAN Ternak ayam lokal dan itik dapat menjadi alternatif yang cukup menjanjikan dengan pangsa pasar tertentu, dimana hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa usaha peternakan ayam lokal dan itik cukup menguntungkan dan dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan keluarga.

11 PROSPEK PENGEMBANGAN Salah satu prospek pasar yang menarik dan perlu dikembangkan adalah industri pakan unggas, dimana biaya pakan ini merupakan komponen tertinggi dalam komposisi biaya produksi industri perunggasan, berkisar antara persen. Diproyeksikan masing-masing pada tahun 2010 dan tahun 2020, impor jagung dapat mencapai 4 juta ton dan 8 juta ton jika produksi jagung nasional tidak tumbuh. Jagung untuk pakan unggas memiliki prospek pasar yang sangat baik, dimana dinyatakan bahwa jika industri unggas tumbuh dengan baik, maka kebutuhan akan jagung juga terus meningkat. Pengembangan komoditas jagung perlu mendapatkan perhatian baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat petani.

12 PROSPEK PENGEMBANGAN Pengembangan unggas ke depan harus mulai dipikirkan di luar Jawa, dimana ketersediaan pasokan bahan pakan masih memungkinkan, serta prospek pemasaran yang baik. Pengalaman wabah Avian Influenza (AI) beberapa waktu yang lalu memberi pelajaran bahwa sudah saatnya dilakukan desentralisasi industri perunggasan nasional. Upaya ini akan sangat baik ditinjau dari berbagai aspek, baik teknis, ekonomis maupun sosial, dan dalam hal ini memerlukan dukungan kebijakan termasuk ketersediaan inovasi teknologi yang sesuai dengan perkembangan usaha.

13 ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS UNGGAS
Pengembangan agribisnis komoditas ternak unggas diarahkan untuk: menghasilkan pangan protein hewani sebagai salah satu upaya dalam mempertahankan ketahanan pangan nasional, meningkatkan kemandirian usaha, melestarikan dan memanfaatkan secara sinergis keanekaragaman sumberdaya lokal untuk menjamin usaha peternakan yang berkelanjutan, dan mendorong serta menciptakan produk yang berdayasaing dalam upaya meraih peluang ekspor.

14 ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS UNGGAS
Tujuan pengembangan agribisnis komoditas unggas adalah membangun kecerdasan dan menciptakan kesehatan masyarakat seiring dengan bergesernya permintaan terhadap produk yang aman dan berkualitas, meningkatkan pendapatan peternak melalui peningkatan skala usaha yang optimal berdasarkan sumberdaya yang ada, menciptakan lapangan kerja yang potensial dan tersebar hampir di seluruh wilayah, dan meningkatkan kontribusi terhadap pendapatan devisa negara.

15 Kebijakan peternakan unggas diarahkan pada visi pemberdayaan peternak dan usaha agribisnis peternakan, peningkatan nilai tambah dan dayasaing dengan misi mendorong pembangunan peternakan unggas yang tangguh dan berkelanjutan. Salah satu kebijakan yang diperlukan dan berpengaruh efektif mencapai visi tersebut adalah kebijakan dalam memperluas dan meningkatkan basis produksi melalui peningkatan investasi swasta, pemerintah dan masyarakat; serta kebijakan pewilayahan komoditas dan peningkatkan penelitian, penyuluhan dan pendidikan bagi peternak disertai pengembangan kelembagaan.

16 Apabila sasaran pengembangan agribisnis komoditas ternak unggas ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan protein hewani pada 10 tahun mendatang, maka setara dengan milyar ekor denagn nilai mencapai Rp. 24,5 trilyun. Pelaku investasi pengembangan agribisnis komoditas unggas dibedakan dalam tiga kelompok, yakni investasi yang dilakukan oleh rumah tangga peternak (masyarakat), swasta dan pemerintah.

17 Peternakan / perunggasan sebagai sumber protein hewani memegang peranan penting untuk bahan baku dan produk olahan makanan bagi manusia . Tuntutan terhadap pangan hewani akan terus meningkat baik jumlah, mutu, maupun variasi bahan dan produknya, terlebih lagi globalisasi mensyaratkan kompetisi yang ketat dalam pedagangan pangan. Sentuhan teknologi pangan diharapkan mampu mengembangkan produk olahan hasil ternak yang  inovatif dan berdaya saing tinggi. Oleh karena itu, peningkatan peran teknologi pangan dalam penyediaan pangan olahan hasil ternak untuk pasokan harus ditingkatkan.

18 Jadi pemenuhan pangan harus lebih diperhatikan untuk kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, peningkatan peran teknologi pangan dalam penyediaan pangan olahan hasil ternak untuk pasokan harus ditingkatkan. pengadaan produk olahan hasil ternak untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih dihadapkan pada masalah skala peternakan, salah persepsi, dan ketatnya kompetisi global.

19 peluang dan ketatnya persaingan dalam globalisasi pangan perlu dihadapi dengan pengembangan produk olahan hasil ternak yang inovatif dan kompetitif, yang sekaligus untuk menangkal keterjebakan pangan. peningkatan mutu dan keamanan produk olahan hasil ternak harus terus diupayakan. Pelanggaran terhadap mutu dan keamanan pangan identik dengan kejahatan dan harus diberi sangsi hukum yang tegas.

20 teknologi pangan mempunyai peranan penting dalam pengembangan produk olahan hasil ternak saat ini dan dimasa mendatang pengembangan produk pangan berbasis protein hewani dapat dilakukan dengan mendayagunakan sifat-sifat fungsionalnya. Protein whey susu memiliki potensi baik untuk dimanfaatkan secara optimal dalam industri pangan

21 Peran Penting dan Cara Pengembangan
Hasil perunggasan memiliki peran penting dalam suplai sejumlah kebutuhan produk pengembangan dan merupakan sumber protein. Adapapun proses pengembangan dan perannya dapat dilakukan dengan beberapa langkah : pengembangan produk pangan berbasis protein hewani, pengembangan produk olahan dari ternak unggulan, pengembangan produk makanan fungsional, pengembangan hasil ternak rendah lemak dan kolesterol, peningkatan mutu dan keamanan produk pangan hewani secara progresif.

22 Peran Penting dan Cara Pengembangan
Hasil perunggasan memiliki peran penting dalam suplai sejumlah kebutuhan produk pengembangan dan merupakan seumber protein. Adapapun proses pengembangan dan perannya dapat dilakukan dengan beberapa langkah : pengembangan produk pangan berbasis protein hewani, pengembangan produk olahan dari ternak unggulan, pengembangan produk makanan fungsional, pengembangan hasil ternak rendah lemak dan kolesterol, peningkatan mutu dan keamanan produk pangan hewani secara progresif.


Download ppt "Industri pangan berbasis hasil UNGGAS"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google