Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Kompetensi Kepemimpinan

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Kompetensi Kepemimpinan"— Transcript presentasi:

1 Kompetensi Kepemimpinan
Dedi Hadian

2 Kompetensi Kepemimpinan
Suatu persyaratan penting bagi efektivitas atau kesuksesan pemimpin (kepemimpinan) dan manajer (manajemen) dalam mengemban peran, tugas, fungsi, atau pun tanggung jawabnya masing-masing adalah kompetensi Konsep mengenai kompetensi untuk pertamakalinya dipopulerkan oleh Boyatzis (1982) yang didefinisikan kompetensi sebagai “kemampuan yang dimiliki seseorang yang nampak pada sikapnya yang sesuai dengan kebutuhan kerja dalam parameter lingkungan organisasi dan memberikan hasil yang diinginkan”. Secara historis perkembangan kompetensi dapat dilihat dari beberapa definisi kompetensi terpilih dari waktu ke waktu yang dikembangkan oleh Burgoyne (1988), Woodruffe (1990), Spencer dan kawan-kawan (1990), Furnham (1990) dan Murphy (1993).

3 Konsep kompetensi sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang baru
Konsep kompetensi sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang baru. Mitrani, Palziel dan Fitt (Dharma, 2002:18) menjelaskan bahwa gerakan tentang kompetensi telah dimulai pada tahun 1960 dan awal tahun Siswanto (2003) mengartikan kompetensi sebagai kemampuan manusia (yang dapat ditunjukkan dengan karya, pengetahuan, keterampilan, perilaku, sikap, motif dan/atau bakatnya) ditemukan secara nyata dapat membedakan antara mereka yang sukses dan biasa-biasa saja di tempat kerja.

4 Mengutip Spencer dan Spencer, Dharma (op. cit
Mengutip Spencer dan Spencer, Dharma (op.cit., 21) berpendapat bahwa kompetensi dapat dibagi dua kategori, yaitu: threshold competencies dan differentiating competencies. Threshold competencies adalah karakteristik utama (bia-sanya pengetahuan atau keahlian dasar seperti kemampuan untuk membaca) yang harus dimiliki oleh seseorang agar da-pat melaksanakan pekerjaannya. Tetapi tidak untuk membedakan seseorang yang berkinerja tinggi dan rata-rata. Se-dangkan differentiating competencies adalah faktor-faktor yang membedakan individu yang berkinerja tinggi dan rendah. Misalnya, seseorang yang memiliki orientasi motivasi biasanya yang diperhatikan pada penetapan tujuan yang me-lebihi apa yang ditetapkan organisasi.

5 Menurut beberapa ahli yang dirangkum oleh Dharma (op. cit
Menurut beberapa ahli yang dirangkum oleh Dharma (op.cit. 20), terdapat lima karakteristik kompetensi, yaitu: motives, traits, self concept, knowledge, dan skills. Motives, adalah sesuatu di mana seseorang secara konsisten berpikir sehingga ia melakukan tindakan. Traits, adalah watak yang membuat orang untuk berperilaku atau bagaimana seseorang merespon sesuatu dengan cara-cara tertentu. Self concept, adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki sese-orang. Knowledge, adalah informasi yang dimiliki seseoranguntuk bidang tertentu. Skills, adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik secara fisik maupun mental

6 Menurut Muins (op.cit), ada tiga jenis kompetensi yaitu: kompetensi profesi, kompetensi individu, dan kompetensi sosial. Kompetensi profesi merupakan kemampuan untuk menguasai keterampilan/keahlian pada bidang tertentu, sehingga tenaga kerja mampu bekerja dengan tepat, cepat, teratur dan bertanggung jawab. Kompetensi individu, merupakan kemampuan yang diarahkan pada keunggulan tenaga kerja, baik penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) maupun daya saing kemampuannya. Kompetensi so-sial merupakan kemampuan yang diarahkan pada kemampu-an tenaga kerja dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga mampu mengaktualisasikan dirinya di lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerjanya.

7 Menurut Maarif (2003: 16), penetapan standar kompetensi dapat diorientasikan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikap, baik yang bersifat hard competencies maupun soft com-petencies. Soft/ generic competencies menurut Spencer (1993) meliputi enam (6) kelompok kompetensi, yaitu: Kemampuan merencanakan dan mengimplementasikan (motivasi untuk berprestasi, perhatian terhadap kejelasan tugas, ketelitian, dan kualitas kerja, proaktif, dan kemampuan mencari dan menggunakan informasi). Kemampuan melayani (empati, berorientasi pada pelanggan) Kemampuan memimpin (kemampuan mempengaruhi, kesadaran berorganisasi, kemampuan membangun hubungan) Kemampuan mengelola (kemampuan mengembangkan orang lain, kemampuan mengarahkan, kemampuan kerjasama kelompok, kemampuan memimpin kelompok) Kemampuan berpikir (berpikir analitis, berpikir konseptual, keahlian teknis/profesional/manajerial) Kemampuan bersikap dewasa (kemampuan mengendalikan diri, fleksibilitas, komitmen terhadap organisasi)

8 Beberapa pandangan di atas mengindikasikan bahwa kompetensi merupakan karakteristik atau kepribadian (traits) individual yang bersifat permanen yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Selain traits dari Spencer dan Zwell tersebut, terdapat karakteristik kompetensi lainnya, yatu berupa motives, self koncept (Spencer, 1993), knowledge, dan skill ( Spencer, 1993; Rothwell and Kazanas, 1993). Menurut review Asropi (2002), berbagai kompetensi tersebut mengandung makna sebagai berikut : Traits merunjuk pada ciri bawaan yang bersifat fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap berbagai situasi atau informasi. Motives adalah sesuatu yang selalu dipikirkan atau diinginkan seseorang, yang dapat mengarahkan, mendorong, atau menyebabkan orang melakukan suatu tindakan. Motivasi dapat mengarahkan seseorang untuk menetapkan tindakan-tindakan yang memastikan dirinya mencapai tujuan yang diharapkan (Amstrong, 1990). Self concept adalah sikap, nilai, atau citra yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri; yang memberikan keyakinan pada seseorang siapa dirinya. Knowledge adalah informasi yang dimilki seseorang dalam suatu bidang tertentu. Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas tertentu, baik mental atau pun fisik.

9 KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI OLEH SEORANG PEMIMPIN

10 Menurut Spencer (1993) dan Kazanas (1993) terdapat kompetensi kepemimpinan secara umum yang dapat berlaku atau dipilah menurut jenjang, fungsi, atau bidang, yaitu kompetensi berupa : result orientation, influence, initiative, flexibility, concern for quality, technical expertise, analytical thinking, conceptual thinking, team work, service orientation, interpersonal awareness, relationship building, cross cultural sensitivity, strategic thinking, entrepreneurial orientation, building organizational commitment, dan empowering others, develiping others. Kompetensi-kompetensi tersebut pada umumnya merupakan kompetensi jabatan manajerial yang diperlukan hampir dalam semua posisi manajerial.

11 Kompetensi pada pimpinan puncak adalah
Ke 18 kompetensi yang diidentifikasi Spencer dan Kazanas tersebut dapat diturunkan ke dalam jenjang kepemimpinan berikut : pimpinan puncak, pimpinan menengah, dan pimpinan pengendali operasi teknis (supervisor). Kompetensi pada pimpinan puncak adalah result (achievement) orientation, relationship building, initiative, influence, strategic thinking, building organizational commitment, entrepreneurial orientation, empowering others, developing others, dan felexibilty.

12 kompetensi pada tingkat pimpinan menengah lebih berfokus pada :
influence, result (achievement) orientation, team work, analitycal thinking, initiative, empowering others, developing others, conceptual thingking, relationship building, service orientation, interpersomal awareness, cross cultural sensitivity, dan technical expertise.

13 Sedangkan pada tingkatan supervisor kompetensi kepemimpinannya lebih befokus pada :
technical expertise, developing others, empowering others, interpersonal understanding, service orientation, building organzational commitment, concern for order, influence, felexibilty, relatiuonship building, result (achievement) orientation, team work, dan cross cultural sensitivity.

14 Dalam hubungan ini Kouzes dan Posner 1995) meyakini bahwa suatu kinerja yang memiliki kualitas unggul berupa barang atau pun jasa, hanya dapat dihasilkan oleh para pemimpin yang memiliki kualitas prima. Dikemukakan, kualitas kepemimpinan manajerial adalah suatu cara hidup yang dihasilkan dari "mutu pribadi total" ditambah "kendali mutu total" ditambah "mutu kepemimpinan". Berdasarkan penelitiannya, ditemukan bahwa terdapat 5 (lima) praktek mendasar pemimpin yang memiliki kualitas kepemimpinan unggul, yaitu; pemimpin yang menantang proses, memberikan inspirasi wawasan bersama, memungkinkan orang lain dapat bertindak dan berpartisipasi, mampu menjadi penunjuk jalan, dan memotivasi bawahan.

15 Adapun ciri khas manajer yang dikagumi sehingga para bawahan bersedia mengikuti perilakunya adalah, apabila manajer memiliki sifat jujur, memandang masa depan, memberikan inspirasi, dan memiliki kecakapan teknikal maupun manajerial. Sedangkan Burwash (1996) dalam hubungannya dengan kualitas kepemimpinan manajer mengemukakan, kunci dari kualitas kepemimpinan yang unggul adalah kepemimpinan yang memiliki antara lain, komitmen organisasional yang kuat, visionary, disiplin diri yang tinggi, tidak melakukan kesalahan yang sama, antusias, berwawasan luas, kemampuan komunikasi yang tinggi, manajemen waktu, mampu menangani setiap tekanan, mampu sebagai pendidik atau guru bagi bawahannya, empati, berpikir positif, memiliki dasar spiritual yang kuat, dan selalu siap melayani.

16 Dalam pada itu, Warren Bennis (1991) juga mengemukakan bahwa peran kepemimpinan adalah “empowering the collective effort of the organization toward meaningful goals” (upaya pemberdayaan kolektif organisasi terhadap tujuan yang bermakna) dengan indikator keberhasilan sebagai berikut : People feel important; Learning and competence are reinforced; People feel they part of the organization; dan Work is viewed as excisting, stimulating, and enjoyable. (Orang yang merasa penting; Belajar dan kompetensi yang dikuatkan; Orang merasa mereka bagian dari organisasi; Kerja dan dilihat sebagai excisting, merangsang, dan menyenangkan.) Sementara itu, Soetjipto Wirosardjono (1993) menandai kualifikasi kepemimpinan berikut, “kepemimpinan yang kita kehendaki adalah kepemimpinan yang secara sejati memancarkan wibawa, karena memiliki komitmen, kredibilitas, dan integritas”.

17 Sebelum itu, Bennis bersama Burt Nanus (1985) mengidentifikasi bentuk kompetensi kepemimpinan berupa “the ability to manage” dalam empat hal : attention (= vision), meaning (= communication), trust (= emotional glue), and self (= commitment, willingness to take risk). Kemudian pada tahun 1997, keempat konsep tersebut diubah menjadi the new rules of leradership berupa Provide direction and meaning, a sense of purpose; Generate and sustain trust, creating authentic relationships; Display a bias towards action, risk taking and curiosity; dan Are purveyors of hope, optimism and a psychological resilience that expects success (lihat Karol Kennedy, 1998; p.32). Memberikan arah dan arti, adanya makna; Menghasilkan dan mempertahankan kepercayaan, menciptakan hubungan asli; Menampilkan bias terhadap tindakan, mengambil resiko dan rasa ingin tahu, Pemberi harapan, optimisme dan ketahanan psikologis yang mengharapkan keberhasilan (lihat Karol Kennedy, 1998, hal.32).

18 Bagi Rossbeth Moss Kanter (1994), dalam menghadapi tantangan masa depan yang semakin terasa kompleks dan akan berkembang semakin dinamik, diperlukan kompetensi kepemimpinan berupa conception yang tepat, competency yang cukup, connection yang luas, dan confidence.

19 standar kompetensi minimal mengandung empat komponen pokok, yaitu:
(1) Knowledge; (2) Skills; (3) Attitude; dan (4) Kemampuan untuk mengambangkan knowledge, skills pada orang lain

20 Mitrani mengindentifikasikan beberapa pokok pikiran tentang kualitas yang perlu dimiliki oleh seseorang pada tingkat eksekutif, manajer, dan karyawan. Pokok-pokok pikiran tersebut adalah sebagai berikut: a. Tingkat Eksekutif Pada tingkat eksekutif diperlukan kompetensi tentang (1) strategic thinking; (2) change leadership; dan (3) relationship management. Strategic thinking adalah kompetensi untuk memahami kecenderungan perubahan lingkungan yang begitu cepat, melihat peluang pasar, ancaman, kekuatan dan kelemahan organisasi agar dapat mengidentifikasi strategic response secara optimum. Aspek change leadership adalah kompetensi untuk mengkomunikasikan visi dan strategi perusahaan (organisasi) untuk dapat ditransformasikan kepada pegawai. Sedangkan kompetensi relationship management adalah kemampuan untuk meningkatkan hubungan dan jaringan dengan negara lain. Kerjasama dengan negara lain sangat dibutuhkan bagi keberhasilan organisasi.

21 b. Tingkat Manajer Pada tingkat manajer, paling tidak diperlukan aspek-aspek kompetensi seperti: fleksibilitas, change implemen-tation, interpersonal understanding and empowering. Aspek fleksibilitas adalah kemampuan merubah struktur dan proses manajerial, apabila strategi perubahan organisasi diperlukan untuk efektivitas pelaksanaan tugas orga-nisasi. Dimensi interpersonal understanding adalah ke-mampuan untuk memahami nilai dari berbagai tipe manusia. Aspek empowering adalah kemampuan berbagi informasi, penyampaian ide-ide oleh bawahan, pengembangan karyawan, mendelegasikan tanggung jawab, memberikan saran umpan balik, menyatakan harapan-harapan yang positip untuk bawahan dan memberikan reward ba-gi peningkatan kinerja. Adapun dimensi team facilitation adalah kemampuan menyatukan orang untuk bekerjasama secara efektif dalam mencapai tujuan bersama, termasuk dalam membe-rikan kesempatan setiap orang untuk berpartisipasi dan mengatasi konflik. Sedangkan dimensi portability adalah kemampuan untuk beradaptasi dan berfungsi secara efek-tif dengan lingkungan luar negeri sehingga manajer ha-rus portable terhadap posisi yang ada di negara mana-pun.

22 c. Tingkat Karyawan Pada tingkat karyawan diperlukan kualitas kompetensi seperti fleksibilitas, kompetensi menggunakan dan mencari berita, motivasi dan kemampuan untuk belajar, moti-asi berprestasi, motivasi kerja di bawah tekanan waktu; kolaborasi, dan orientasi pelayanan kepada pelanggan. Dimensi fleksibilitas adalah kemampuan untuk melihat perubahan sebagai suatu kesempatan yang menggembirakan daripada sebagai ancaman. Aspek mencari infor-masi, motivasi dan kemampuan belajar adalah kompetensi tentang antusiasme untuk mencari kesempatan belajar tentang keahlian teknis dan interpersonal. Dimensi motivasi berprestasi adalah kemampuan untuk mendorong inovasi, perbaikan berkelanjutan dalam kualitas dan produktivitas yang dibutuhkan untuk memenuhi tantangan kompetensi.


Download ppt "Kompetensi Kepemimpinan"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google