Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Kuliah XIV: EVALUASI MATERI – PERSIAPAN UAS

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Kuliah XIV: EVALUASI MATERI – PERSIAPAN UAS"— Transcript presentasi:

1 Kuliah XIV: EVALUASI MATERI – PERSIAPAN UAS
Univ. Esa Unggul Jakarta, 13 Januari 2016

2 MENULIS BAHASA RADIO MENULIS BAHASA RADIO
Menulis untuk radio, dalam beberapa hal berbeda dengan menulis untuk surat kabar atau majalah. Sebagaimana surat kabar dan majalah, radio juga memiliki karakteristik terserdiri yang membedakannya dari media massa yang lain. Namun penulisan berita stuat kabar dan penulisan berita radio, terikat dengan kaidah bahasa jumalistik. Bahasa jutnallstik berlaku umum, sedangkan bahasa junalistik suratkabar atau bahasa jurnalistik radio berlaku khusus. Menulis untuk radio adalah menulis untuk telinga. Tulislah kalimat-kalimat yang dapat didengar secara baik oleh telinga. Gunakanlah kalimat dengan ragam lisan. Artinya, apa yang diucapkan harus bahasa lisan yang ditulis. Seorang penulis berita radio, redaktur radio, hendaknya sadar bahwa mata dapat menangkap satu kalimat utuh seketika, namun telinga hanya dapat menyimak kata demi kata yang terangkum dalam satu kalimat.

3 BAHASA JURNALISTIK RADIO
Mengacu pada sifat-sifat radio siaran yang auditif, mengandung gangguan, dan akrab, maka penulisan bahasa radio siaran (radio writing) harus memenuhi lima syarat: kata-kata yang sederhana, angka-angka yang dibulatkan, kalimat-kalimat yang ringkas, susunan kalimat yang rapi, susunan kalimat yang bergaya percakapan. Berdasarkan sifat pendengar radio yang heterogen, pribadi, aktif, dan selektif, maka penulisan bahasa radio siaran harus terdiri atas: kata-kata yang umum dan lazim dipakai, kata-kata yang tidak melanggar kesopanan, kata-kata yang mengesankan, pengulangan kata-kata yang penting, susunan kalimat yang logis (Effendy, 1983:81)

4 ASAS PENULISAN BERITA RADIO
Lima asas dalam menulis naskah radio: diucapkan (it's spoken), sekarang dan bersifat langsung (it's immediate), antarorang (it's person to person), terdengar hanya satu kali (it's heard only once), dan hanya merupakan bunyi (it’s sound) (Oramahi, 2OO3: :

5 KIAT MENULIS UNTUK RADIO
Kingson, Cowgill, dan Levy dalam Broadcasting, Television and Radio (1955)  , kiat sukses menulis naskah siaran berita/naskah radio: Kejelasan (Clarity). Pesan yang hendak disiarkan melalui radio harus memenuhi unsur kejelasan; sumbernya, perincian peristiwanya, akurasinya, susunan kalimatnya dan pilihan katanya. Sumbernya, menunjuk kepada narasumber. Perincian peristiwa berkaitan dengan penyampaian kronologi peristiwa yang disiarkan sehingga terdengar logis dan sistematis. Akurasinya menyangkut aspek data dan detail informasi yang disiarkan. Susunan kalimat dan pilihan katanya menunjuk kepada pola penyajian pesan dalam bahasa jurnalistik radio yang khas, ringkas, akrab, personal, dan benar-benar enak didengar. 2) Kelincahan (Vividness). Kata-kata yang disampaikan harus terdengar lancar dengan penggunaan kalimat yang pendek, mengolah kata, dan fasih dalam mengucapkannya,

6 Sedangkan hal lain yang juga harus diperhatikan:
3) Bahasa tutur (spoken language). Gunakan bahasa percakapan, informal, atau kata-kata dan kalimat yang biasa dikemukakan dalam kalimat percakapan sehari-hari. 3) KISS (Keep it short and simple). Gunakan kalimat yang ringkas dan sederhana agar lebih jelas dan mudah dimengerti/dipahami. 4) Global. Hindari sebisa mungkin detail yang tidak perlu, sederhanakan fakta. Pendengar hanya perlu inti berita dan waktu penyiar pun terbatas. Misalnya informasi tentang sebuah sidang pengadilan, tidak perlu mengungkap secara detail pasal-pasal dan ayat KUHP yang dinilai telah dilanggar terdakwa, tetapi cukup dengan mengemukakan dinilai melakukan tindak pidana pencurian. 5) lmaiinatif. Naskah harus mampu mengembangkan imaninasi pendengar hanya dengan kekuatan kata-kata, suara, dan dukungan musik. Ingat, radio adalah the theatre of mind. Hadirkan gambaran bau, atmosfer, suasana dengan kekuatan imajinasi kata-kata.

7 6) Bercerita. Gunakan kalimat tidak langsung atau hindari penggunaan kalimat langsung. Naskah harus bercerita, yakni menceritakan orang bercerita apa, di mana, bagaimana, mengapa. Contoh: "Saya siap menjadi presiden," katanya - diubah menjadi: “Dia menyatakan siap menjadi presiden.” “Saya tidak mau berkomentar, takut orang salah persepsi," tegasnya  kalimat diubah menjadi: “Ia tidak mau berkomentar karena takut menimbulkan salah persepsi”.

8 MENULIS BAHASA TELEVISI
Sebagai media audio-visual, menulis untuk televisi pada dasarnya untuk mata dan telinga sekaligus. Perpaduan kata-kata dan gambar menjadi sangat penting. Gambar bisu dan suara tanpa gambar seharusnya tidak boleh terjadi. 15 prinsip penulisan naskah berita televisi agar sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik (Morissan, 2005 : ): Gaya ringan bahasa sederhana.Gaya yang ringan dan bahasa yang sederhana dapat memudahkan untuk dibaca. Suatu berita mungkin mengandung informasi yang rumit, namun tugas reporter menyederhanakan informasi itu sehingga mudah dimengerti tanpa harus kehilangan maksud dan tujuannya. Kalimat dalam naskah berita harus: maksimal terdiri atas 20 kata, satu kalimat satu gagasan, menghindari anak kalimat, ubah gaya birokrat dan militeristik menjadi ungkapan lugas dan mudah dimengerti masyarakat luas.

9 Gunakan prinsip ekonomi kata
Gunakan prinsip ekonomi kata. Prinsip ini mengacu pada pemahaman efektif dan efisien. Hindari kata atau kalimat mubazir yang tidak perlu. Gunakan ungkapan lebih pendek. Contoh: menggelar aksi unjuk rasa - berunjuk rasa; menderita kerugian  merugi; dll. Gunakan kata sederhana. Memilih kata yang sederhana harus didukung dengan pemahaman yang kaya mengenai pembendaharaan kata yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat luas. Gunakan kata sesuai konteks. Gunakan kata sesuai kebiasaan dengan memperhatikan konteks penggunaannya, khususnya dalam berita yang terkait dengan hukum. Seperti penggunaan tersangka (diduga sebagai pelaku pelanggaran hukum), terdakwa (orang yang diadili oleh pengadilan), terpidana (terdakwa yang sudah dijatuhi hukuman).

10 Hindari ungkapan bombastis
Hindari ungkapan bombastis. Gindari ungkapan yang bias, hiperbol atau bombastis, contoh: hancur berantakan, Iudes dilalap si jago merah, luluh lantak, gegap-gempita, hilang tak berbekas, pecah berkeping-keping, segudang pengalaman, sejuta persoalan, terkejut setengah mati. Hindari istilah teknis tidak dikenal. Jika memungkinkan hindari istilah-istilah tertentu yang sulit dipahami, kecuali tidak bisa dihindari dan harus disertai penjelasan. Hindari ungkapan klise dan eufemisme. Hindari ungkapan klise dan eufemisme yang bisa menyesatkan. Ungkapan klise, contohnya: memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat, si jago merah, buah simalakama, bertekuk letut. Eufemisme, contohnya: penyesuaian harga (kenyataannya kenaikan harga), diamankan (kenyataannya ditahan), dirumahkan (kenyataannya diskor), dinonaktifkan (kenyatannya dipecat).

11 Gunakan kalimat tutur. Kalimat-kalimat yang terdapat pada naskah berita hendaknya merupakan kalimat tutur atau percakapan (conversationa) yang akrab dan santai. Reporter harus objektif. Penulisan/penyampaian pesan dari narasumber tidak boleh menimbulkan kesan keterlibatan pendapat reporternya. Pilih kata-kata atau ungkapan konkret karena memberikan kesan lebih kuat, objektif, dan terukur. Kata-kata atau ungkapan abstrak bersifat subjektif karena menggunakan kata sifat (adjektif) Jangan mengulangi informasi. Jangan mengulangi informasi yang sudah disampaikan dalam intro ke bagian lain dari naskah berita. Kesalahan ini sering dilakukan reporter pemula. Harap diingat, bahwa naskah berita itu dimulai dari intro pertama hingga kata terakhir di bagian penutup berita.

12 lstilah harus diuji kembali
lstilah harus diuji kembali. Istilah-istilah harus diuji apakah masih relevan dan kontekstual dengan situasi yang berkembang. Harus kalimat aktif dan terstruktur. Kalimat berita haruslah merupakan kalimat aktif, yaitu siapa melakukar apa dan siapa mengatakan apa. Setiap kalimat pada naskah berita hendaknya mengikuti struktur subjek-objek-predikat. Jangan menggunakan keterangan atau anak kalimat pembuka (introductory clause). Jangan terlalu banyak angka. Jangan terlalu banyak meletakkan angka dalam suatu kalimat, kecuali diberikan grafik khusus agar penonton dapat mencerna informasi yang didengarnya. Angka dan statistjk memiliki relevansi dan arti bagi pemirsa. Untuk ini reporter atau penulis harus membantu pemirsa untuk memahami laporan statistik secara lebih baik. Hati-hatilah mencantumkan jumlah korban. Kesalahan atau ketidakakuratan jumlah korban bencana gempa, misalnya, yang diperoleh reporter dari berbagai sumber bisa beragam. Jangan berpaku pada jumlah menurut satu sumber. Apabila ingin dilaporkan, berikan jumlah korban atau kerusuhan dalam angka kisaran (Morissan, 2005: ).

13 KODE ETIK TELEVISI Kita perlu menyimak produk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai amanat UU No.32 Tentang Penyiaran. Kehadiran KPI, berdasarkan undang-undang ini, merupakan wujud peran serta masyarakat dalam bidang penyiaran. Produk KPI yang ditetapkan di Jakarta pada 30 Agustus 2004 adalah Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran. Pedoman ini terdiri atas 81 pasal. Dari 81 pasal itu, menurut hasil kajian Sumadiria (2014 : 136), setidaknya terdapat sepuluh pasal yang secara tersurat mengatur tentang aspek-aspek penggunaan bahasa jurnalistik dalam siaran televisi, yaitu tentang prinsip jumalistik, akurasi, penyiaran secara adil, tidak berpihak, privasi, pencegatan (doorstoping), eksploitasi seks, kata-kata kasar dan makian, suku dan ras, dan tentang perjudian.

14 bahasa jurnalistik Media Online
PENULISAN DI MEDIA ONLINE (WEBSITE) Penulisan di media online atau website , menurut John Foster (2008 : 185): Menggunakan kalimat yang pendek, menjaga ejaan dan aturan tata bahasa, serta tidak menggunakan kata-kata yang biasa digunakan saat sms atau sejenisnya. tidak ada kata-kata klise atau jargon-jargon yang tidak perlu. Foster (2008 : 185): Dalam menyajikan atau menuliskan informasi (termasuk berita), bagian paling penting berada atas halaman sebagaimana yang dilakukan wartawan cetak dengan mengacu pada piramida terbalik. Intro tulisan singkat untuk mengantarkan apa yang penting untuk disampaikan. Rentang perhatian pembaca web biasanya sebentar sehingga penulis dituntut untuk dapat menggugah dan mempertahankan minat baca mereka agar tidak segera pindah ke situs lain. Singkatnya; tulisan memiliki daya tarik Menggunakan bahasa yang sederhana dan tidak ada istilah-istilah yang membingungkan pembaca untuk memahaminya. Menurut Romli, (2009): Karakteristik dan prinsip penulisan bahasa jurnalistik cetak antara lain hemat kata, ringkas, padat, jelas, logis, kalimatnya pendek-pendek, sederhana dan mudah dipahami, juga berlaku di media internet.

15 ETIKA BAHASA JURNALISTIK
Secara etimologis, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (cutstom). Etika adalah standard moral yang mengatur perilaku kita: bagaimana kita bertindak dan mengharapkan orang lain bertindak. Para pelaku atau subjek etika bahasa jurnalistik adalah semua orang yang bersentuhan dalam prosesperencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan segala hal yang berkaitan dengan aktivitas jurnalistik, sejak peliputan sampai dengan penyajian, pemuatan, penyiaran, atau penayangannya dalam media massa. Etika bahasa jurnalistik di suatu negara melekat dengan sistem ideologi dan sistem politik masing-masing. Dalam etika bahasa jurnalistik, komitmen, kapasitas, kualitas, dan kredibilitas suatu media, benar-benar dipertaruhkan. Etika seorang jumalis/wartawan menyangkut bagaimana ia berpikir, bersikap, dan bertindak dengan merujuk kepada kaidah etika profesi. Sebagai jurnalis, ia terikat kepada kode etik jurnalistik yang mengatur tingkah laku dan aspek-aspek moralitasnya.

16 Pedoman Etika Bahasa Jurnalistik
Etika bahasa jurnalistik, mengajarkan kepada jurnalis atau siapa pun pengelola media massa untuk udak keluar dari koridor yuridis, sosiologis, dan koridor etis. Koridor yuridis untuk pers  UU Pokok Pers No. 40/1999, dan untuk media penyiaran radio dan televisi  UU pokok penyiaran No. 32/2002. Koridor sosiologis sudah dibakukan dalam enam landasan pers nasional. Koridor etis, sebagian sudah dibakukan dalam berbagai ketentuan dan pedoman baku seperti kode etik jurnalistik dan kode praktik media massa. Tetapi untuk sebagian lagi melekat dengan kebijaksanaan redaksional dan pegangan personal spiritual setiap jurnalis. Etika bahasa bahasa jurrnalistik menjadi pedoman setiap jurnalis atau pengelola media massa untuk memperhatikan serta tunduk kepada kaidah bahasa media massa. Teori jumalistik mengajarkan, bahasa media massa merupakan salah satu ragam bahasa yang khas karena senantiasa dipadukan dengan karakteristik suatu media berikut khalayalarya yang anonim dan sangat heterogen. Etika bahasa jurnalistik juga diartikan sebagai pedoman etis dalam penulisan dan penyajian semua jenis dan bentuk karya jurnalistik


Download ppt "Kuliah XIV: EVALUASI MATERI – PERSIAPAN UAS"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google