Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Hasil Kebudayaan Praaksara

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Hasil Kebudayaan Praaksara"— Transcript presentasi:

1 Hasil Kebudayaan Praaksara
Kelompok 5 Eka Dian Anggraeni / 10 Hans Nicholas / 13 Hari Nurdianto / 14 Melvin Sandrian Hadi / 16 Seprina Ariyani / 33 Stefanie / 36

2 Hasil kebudayaan zaman paleolitikum by eka dian anggraeni

3 Pengertian Zaman Paleolitikum
APA ITU ZAMAN PALEOLITIKUM? Paleolithic atau Palaeolithic, Yunani:παλαιός (palaios) — purba dan λίθος (lithos) — batu) Zaman paleotikum atau disebut juga dengan zaman batu tua. Hal ini dikarenakan pada masa itu, para manusia purba menggunakan batu yang masih alami, dengan kata lain masih kasar, belum diasah atau dipoles. Zaman paleotikum diperkirakan terjadi pada masa pleistosen (diluvium) dan berlangsung kira – kira tahun yang lalu.

4 Pembagian Zaman Paleolitikum
Zaman paleolitikum tua; Periode ini merupakan periode pertama kali manusia berkembang ke arah yang lebih berbudaya. Pada masa ini muncul peralatan dari batu yang dibuat dengan sistem benturan, yaitu dengan membenturkannya pada batu lain yang lebih keras. Tradisi pembuatan alat – alat ini disebut dengan tradisi peralatan Oldowan. Zaman paleolitikum madya; Pada periode ini manusi purba diperkirakan telah memiliki kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannnya artefak – artefak di Situs Mousterian yang mengungkapkan adanya pemujaan pada binatang pada waktu itu. Zaman paleolitikum muda; Pada periode ini manusi purba sedikit lebih berkembang. Merek mulai menemukan peralatan – peralatan berburu seperti panah, tombak, dan pisau batu yang menyempurnakan teknik berburu mereka. Pada masa ini, banyak sekali kebudayaan yang muncul karena penyebaran manusia yang telah luas hingga ke pelosok bumi.

5 Manusia Purba Zaman Paleolitikum
Berdasarkan penemuan fosil manusia purba, jenis manusia purba hidup pada zaman Paleolitikum adalah Pithecanthropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus paleojavanicus, dan Homo Soliensis. Fosil ini ditemukan di aliran sungai Bengawan Solo.

6 CARA HIDUP MANUSIA PURBA PADA ZAMAN PALEOLITIKUM
Manusia memenuhi kebutuhan hidup dengan cara berburu secara berkelompok dan meracik makanan dengan sederhana. Hidupnya berkelompok kecil untuk memudahkan pergerakan sehingga lebih mudah menemukan bahan makanan. Hidup berpindah-pindah (nomaden), berburu (food gathering), menangkap ikan

7 KEBUDAYAAN ZAMAN PALEOLITIKUM
Kebudayaan Pacitan Kebudayaan pacitan ditandai dengan penemuan alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan pada tahun 1935 oleh Von Koenigswald. Kapak – kapak tersebut merupakan kapak – kapak yang dikerjakan dengan cara kasar yang disebut dengan kapak penetak. Selain di Pacitan, di Gombang dan Progo (Jawa Tengah), Suka Bumi, dan Lahat juga banyak ditemukan alat-alat seperti itu. Kebudayaan Ngandong Kebudayaan Ngandong ditandai dengan ditemukannya alat-alat dari tulang, alat penusuk dari tanduk rusa, flakes dan ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu, ditemukan pula alat yang sangat kecil dari batu – batuan yang sangat indah di dekat Sangiran. Benda ini disebut dengan Serbih Pilah. Keberadaan kebudayaan Ngandong ini didukung juga oleh penemuan yang berupa lukisan pada dinding – dinding goa yang berupa lukisan tapak tangan berwarna merah dan juga lukisan babi hutan yang ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan).

8 PENINGGALAN ZAMAN PALEOLITIKUM
Peralatan yang digunakan pada masa itu terbuat dari batu yang masih sangat kasar. Perlatan itu dibuat dengan cara memukulkannya pada batu lain yang lebih keras, sehingga dihasilkan serpihan batu yang lebih kecil.

9 KAPAK GENGGAM Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "chopper" (alat penetak/pemotong). Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengancara menggenggam. Kapak genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.

10 KAPAK PERIMBAS Kapak perimbas berpungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata. Manusia kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus. Alat ini juga ditemukan di Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra selatan), dan Goa Choukoutieen (Beijing). Alat ini paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Tengah sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut kebudayan pacitan.

11 ALAT-ALAT DARI TULANG BINATANG ATAU TANDUK RUSA
Salah satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat dari tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan

12 FLAKES Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat dari tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.

13 Hasil kebudayaan zaman mesolitikum by hari nurdianto

14 Pengertian Zaman Mesolitikum
Mesolitikum atau Zaman Batu Madya (Bahasa Yunani: mesos "tengah", lithos batu) adalah suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, antara Paleolitik atau Zaman Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda. Istilah ini diperkenalkan oleh John Lubbock dalam makalahnya "Zaman Prasejarah" (bahasa Inggris: Pre-historic Times) yang diterbitkan pada tahun Namun istilah ini tidak terlalu sering digunakan sampai V. Gordon Childe mempopulerkannya dalam bukunya The Dawn of Europe (1947).

15 Zaman mesolitikum adalah salah satu periode zaman prasejarah, yaitu zaman batu di mana manusia masih menggunakan batu sebagai alat dalam kegiatan sehari – harinya. Zaman mesolitikum sendiri disebut dengan zaman batu tengah dan terjadi pada masa holsen sekitar tahun yang lalu. Apabila dibandingkan dengan zaman batu sebelumnya, pada zaman ini manusia mulai mengalami perkembangan budaya yang lebih cepat. Perkembangan budaya yang cepat ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah keadaan alam yang lebih stabil. Akibatnya, manusia pada zaman ini hidup dengan lebih tenang, sehingga mereka bisa mengembangkan kebudayaannya.

16 Manusia Purba Pada Zaman Mesolitikum
Manusia purba pada zaman mezolitikum memiliki kecerdasan yang lebih dibandingkan dengan manusia purba pada zaman sebelumnya. Mereka sudah memiliki kebudayaan yang cukup maju dan tatanan sosial yang lebih tertata rapih. Salah satu jenis manusia purba yang hidup pada masa ini adalah Abris sous roche, yaitu manusia purba mendiami gua-gua di tebing pantai. Ini dibuktikan dengan ditemukannya fosil mereka bersama dengan banyaknya tumpukan sampah dapur yang menggunung tinggi hingga mencapai 7 meter. Tumpukan fosil ini di sebut juga dengan kjokkenmoddinger.

17 Zaman Mesolitikum Di Indonesia
Pada zaman mesolitikum di Indonesia, manusia hidup tidak jauh berbeda dengan zaman paleolitikum, yaitu dengan berburu dan menangkap ikan, namun manusia pada masa itu juga mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana. Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche) sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan manusia pada zaman itu.

18 Ciri-ciri Zaman Mesolitikum
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa zaman mezolitikum memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini: Manusia di zaman ini sudah tidak lagi nomaden atau menetap di gua, maupun di pantai. Manusia zaman ini sudah mengumpulkan makanan dan bercocok tanam. Manusia zaman ini sudah bisa membuat kerajinan dari gerabah.

19 Kepercayaan Zaman Mesolitikum
Pada zaman Mesolithikum, ditemukan batu penggiling beserta landasannya di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Flores yang digunakan untuk menghaluskan cat merah. Cat merah tersebut digunakan untuk membuat cap tangan pada gua yang diperkirakan berhubungan dengan ritual keagamaan atau sihir.  Kemungkinan cat merah tersebut dibuat dengan cara menempelkan tangan ke dinding gua, lalu disemprotkan dengan cairan berwarna merah. Cat pewarna ini kemungkinan berasal  dari mineral merah (hematite) yang banyak terdapat di sekitar gua (di batu-batuan dan di dasar sungai di sekitar gua), ada pula yang mengatakan dibuat dengan batu-batuan dari getah pohon yang dikunyah seperti sirih.  Demikian juga lukisan pada dinding gua di Papua yang menggambarkan penghormatan mereka terhadap arwah nenek moyang. Warna merah pada lukisan tebing tersebut menyerupai warna darah manusia dan merupakan tempat yang disakralkan. 

20

21 Kebudayaan Flakes (Flakes Culture)
Abris Sous Roche (Gua tempat tinggal) Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal manusia purba pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas. Penyelidikan pertama pada Abris Sous Roche dilakukan oleh Dr. Van Stein Callenfels tahun di goa Lawa dekat Sampung Ponorogo Jawa Timur. Alat-alat yang ditemukan pada goa tersebut antara lain alat-alat dari batu seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang sudah diasah yang berasal dari zaman Mesolithikum, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.

22 Kebudayaan Bacson-Hoabinh
Kebudayaan ini ditemukan dalam gua-gua dan dalam bukit-bukit kerang di Indo-China, Siam, Malaka, dan Sumatera Timur. Alat-alat kebudayaannya terbuat dari batu kali, seperti bahewa batu giling. Pada kebudayaan ini perhatian terhadap orang meninggal dikubur di gua dan juga di bukit-bukit kerang. Beberapa mayatnya diposisikan dengan berjongkok dan diberi cat warna merah. Pemberian cat warna merah bertujuan agar dapat mengembalikan hayat kepada mereka yang masih hidup. Di Indonesia, kebudayaan ini ditemukan di bukit-bukit kerang. Hal seperti ini banyak ditemukan dari Medan sampai ke pedalaman Aceh. Bukit-bukit itu telah bergeser sejauh 5 km dari garis pantai menunjukkan bahwa dulu pernah terjadi pengangkatan lapisan-lapisan bumi. Alur masuknya kebudayaan ini sampai ke Sumatera melewati Malaka.

23 Kebudayaan Toala dan yang serumpun dengan itu disebut juga kebudayaan flake dan blade. Alat-alatnya terbuat dari batu-batu yang menyerupai batu api dari eropa, seperti chalcedon, jaspis, obsidian dan kapur. Perlakuan terhadap orang yang meninggal dikuburkan didalam gua dan bila tulang belulangnya telah mengering akan diberikan kepada keluarganya sebagai kenang-kenangan.  KEBUDAYAAN TOALA

24 Kebudayaan Tulang dari Sampung (Sampung Bone Culture)
Berdasarkan alat-alat kehidupan yang ditemukan di goa lawa di Sampung (daerah Ponorogo - Madiun Jawa Timur) tahun , ditemukan alat-alat dari batu seperti ujung panah dan flakes, kapak yang sudah diasah, alat dari tulang, tanduk rusa, dan juga alat-alat dari perunggu dan besi. Oleh para arkeolog bagian terbesar dari alat-alat yang ditemukan itu adalah tulang, sehingga disebut sebagai Sampung Bone Culture.

25 Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)
Istilah Kjokkenmoddinger diambil dari bahasa Denmark, yaitu kjokken yang berarti dapur dan modding yang berarti sampah. Jadi, Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur. Dalam pengertian yang sebenarnya Kjokkenmoddinger adalah fosil yang berupa timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput sehingga mencapai ketinggian ±7 meter. Fosil ini ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatera, yakni antara daerah Langsa hingga Medan. Penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba pada zaman ini sudah mulai menetap. Pada tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian pada Kjokkenmoddinger. Kemudian, dia menemukan kapak genggam yang berbeda dengan kapak genggam pada zaman phaleotikum (chopper)

26 HASIL KEBUDAYAAN MESOLITHIKUM
Pebble (kapak genggam Sumatera = Sumateralith) Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya menemukan kapak genggam. Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu dipulau Sumatra. Bahan- bahan untuk membuat kapak tersebut berasal batu kali yang dipecah-pecah.

27 Hachecourt (kapak pendek)
Selain pebble yang diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak pendek.

28 Pipisan Selain kapak-kapak yang ditemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan pipisan (batu-batu penggiling beserta landasannya). Batu pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah. Bahan cat merah berasal dari tanah merah. Cat merah diperkirakan digunakan untuk keperluan religius dan untuk ilmu sihir.

29 Hasil kebudayaan zaman neolitikum by stefanie

30 Pengertian Zaman Neolitikum
Zaman neolithikum artinya zaman batu muda Dimulai sekitar sm Cara hidupnya dengan cara bercocok tanam dan memelihara ternak Pada masa ini, manusia mulai menetap di rumah panggung untuk menghindari bahaya binatang buas dan mulai membuat lumbung-lumbung guna menyimpan persediaan padi dan gabah.

31 adalah sebuah tingkat kebudayaan di zaman prasejarah dengan ciri-ciri unsur kebudayaan, diantaranya sistem pertanian menetap, peralatan batu dengan cara di asah, pembuatan tembikar dan peternakan. Zaman neolitikum atau zaman batu baru adalah pembagian zaman praaksara yang menghasilkan peninggalan-peninggalan bersejarah, entah itu di nusantara ataupun di dunia. Zaman batu atau zaman neolithikum di Indonesia sendiri dimulai sejak tahun SM. Ciri-ciri dari zaman neolitikum ini yaitu hidupnya sudah menetap, hidup berdasarkan hasil dari bercocok tanam, dan makanan diolah dan diproduksi sendiri

32 Ciri-C iri Zaman Neolitikum
Peralatan yang digunakan pada masa neolithikum sudah diasah sampai halus, bahkan ada peralatan yang bentuknya sangat indah. Peralatan yang diasah pada masa itu ialah kapak lonjong dan kapak persegi. Di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ada yang telah membuat mata panah dan mata tombak yang digunakan untuk berburu dan keperluan lainnya.

33 KEPERCAYAAN ZAMAN NEOLITIKUM
Masyarakat bercocok tanam ini memiliki ciri yang khas. Salah satunya ialah sikap terhadap alam kehidupan sudah mati. Kepercayaan bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat orang meninggal sangat mempengaruhi kehidupan mereka. Upacara yang paling menyolok adalah upacara pada waktu penguburan terutama bagi mereka yang dianggap terkemuka oleh masyarakat. Biasanya yang meninggal dibekali bermacam-macam barang keperluan sehari-hari seperti perhiasan, periuk, dan lain-lain agar perjalanan si mati ke alam arwah terjalin keselamatannya. Jasad seseorang yang telah mati dan mempunyai pengaruh kuat biasanya diabadikan dengan mendirikan bangunan batu besar. Jadi, bangunan itu menjadi medium penghormatan, tempat singgah, dan lambang si mati.

34 Peninggalan Zaman Neolitikum
Kapak persegi Kapak persegi dibuat dari batu persegi. Kapak ini dipergunakan untuk mengerjakan kayu, menggarap tanah, dan melaksanakan upacara. Di Indonesia, kapak persegi atau juga disebut beliung persegi banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Nusa tenggara.

35 Pemukul Kayu Alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul kulit kayu yang akan digunakan sebagai bahan pakaian. Adanya alat ini, membuktikan bahwa pada zaman neolithikum manusia pra- aksara sudah mengenal pakaian. Kapak Lonjong Kapak ini disebut kapak lonjong karena penampangnya berbentuk lonjong. Ukurannya ada yang besar ada yang kecil. Alat digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan memotong kayu atau pohon. Jenis kapak lonjong ditemukan di Maluku, Papua, dan Sulawesi Utara.

36 Mata Panah Mata panah terbuat dari batu yang diasah secara halus. Gunanya untuk berburu. Penemuan mata panah terbanyak di Jawa Timur dan Sulaesi Selatan

37 Gerabah Gerabah dibuat dari tanah liat. Fungsinya untuk berbagai keperluan. Perhiasan Masyarakat pra-aksara telah mengenal perhiasan, diantaranya berupa gelang, kalung, dan anting-anting. Perhiasan banyak ditemukan di Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

38 Hasil kebudayaan zaman megalitikum by hans nicholas

39 Pengertian Zaman Megalitikum
Pada zaman megalitikum banyak didapati bangunan-bangunan yang terbuat dari batu. Megalitikum sendiri berasal dari bahasa Yunani, Megalitik dimana kata Mega berarti besar dan Lithos adalah batu.

40 Manusia Zaman Megalitikum
Meganthropus paleojavanicus Ciri-ciri: 1. Memiliki tubuh yang kekar dan tegap 2. Rahang yang besar 3. Memiliki bentuk geraham seperti manusia tetapi tidak berdagu seperti kera. 4. Memiliki tulang pipi yang tebal 5. Ada tonjolan di kening dan belakang kepalanya 6. Makanan pokok tumbuh-tumbuhan 7. Hidup pada 2 –1 juta tahun yang lalu.

41 Ciri-Ciri Manusia Zaman Megalitikum
Ciri-Ciri Pithecanthropus 1. Badan tegap, tetapi tidak seperti Meganthropus 2. Bertinggi badan cm. 3. Tulang rahang dan gerahan kuat serta bagian kening menonjol. 4. Wajah tidak mempunyai dagu. 5. Volume otak belum sempurna seperti jenis homo, yaitu hanya cc. 6. Tulang atap tengkorak tebal dan berbentuk lonjong. 7. Alat-alat pengunyah dan otot tengkuk sudah mengecil 8. Hidup diperkirakan 1-25 juta tahun lalu. 9. Makanannya masih kasar dengan sedikit pengolahan

42

43 Peninggalan Zaman Megalitikum
Sarkofagus Ditemukan di daerah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Menhir Merupakan tugu batu untuk pemujaan. Dolmen Berbentuk meja yang berfungsi untuk menaruh sesajen. Dolmen yang merupakan tempat pemujaan misalnya ditemukan di Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat.

44 Peti Kubur Daerah penemuan peti kubur adalah Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta), dan Cepu. Arca Batu Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan,Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Waruga Waruga adalah makam leluhur orang Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dari dua bagian. Bagian atas berbentuk segitiga seperti bubungan rumah dan bagian bawah berbentuk kotak yang bagian tengahnya ada ruang.

45 Hasil kebudayaan zaman perundagian by seprina ariyani

46 Pengertian Zaman Perundagian
Perundagian berasal dari kata Undagi, yang artinya sama dengan tukang atau seseorang yang memiliki keterampilan atau ahli dalam melakukan pekerjaan tertentu. Pada zaman ini, manusia telah mengenal dan memiliki kemampuan mengolah logam. Kebudayaan ini terpengaruh dari kebudayaan Dongson yang berasal dari Vietnam yang masuk ke Indonesia sekitar tahun 500 SM. Namun, pada zaman perundagian ini masih ditemukan penggunaan barang-barang dari batu.

47 Kepercayaan Masyarakat Zaman Perundagian
Pada zaman perundagian telah dikenal sistem kepercayaan. Mereka memuja roh-roh para leluhur. Hal ini sama dengan kepercayaan pada zaman batu, tetapi yang membedakan adalah alat-alat pemujaan yang terbuat dari bahan dasar perunggu. Contohnya upacara khusus yang diadakan oleh masyarakat pantai. Mereka menyembah kekuatan yang dianggap sebagai penguasa pantai. Penguasa inilah yang dianggap sebagai pemberi kemakmuran bagi kehidupan mereka. Sementara itu, di daerah pedalaman atau pertanian, upacara yang dilakukan adalah berupa persembahan-persembahan hasil bumi dan pertanian kepada kekuatan yang dianggap sebagai penyokong kehidupan mereka.

48 Ciri-Ciri Zaman Perundagian
Hidup dengan berkelompok menurut suku atau perkampungan yang biasanya telah memiliki nama. Kehidupan sosial ekonomi masa perundagian telah meningkat dibandingkan dengan kehidupan masa sebelumnya. Pekerjaan dikelompokkan berdasarkan teknik tertentu yang dimiliki. Kemakmuran pada waktu itu antar lain disebabkan perkembngan tehnik pertanian khusunya alat-alat besi seperti cangkul Menganut kepercayaan animisme dan dinamisme

49 Peninggalan Zaman Perundagian
Kebudayaan Masyarakat zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari berbagai bentuk benda seni yang ditemukan menunjukkan keterampilan masyarakat perundagian yang tinggi. Pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan teknologi. Cara bertani pun berubah dari berhuma sudah mulai bersawah. Manusia purba pada masa ini juga melakukan sistem penguburan yang lebih tinggi dengan mengadakan upacara besar saat pemakaman orang-orang yang memiliki status sosial tinggi.

50 1. Kapak Corong terbuat dari logam memiliki bentuk yang tidak jauh berbeda dengan kapak batu, yang membedakan adalah pada bagian tangkainya berbentuk corong. Kapak corong disebut juga kapak sepatu karena bentuknya menyerupai sepatu. Kapak Corong berfungsi sama dengan layaknya kapak pada umumnya, namun ada juga yang digunakan sebagai alat upacara atau hiasan.

51 II. Candrasa merupakan Kapak Corong yang salah satu sisinya panjang dan memiliki bentuk yang indah dilengkapi dengan hiasan. Kapak Corong ditemukan di daerah Sulawesi Tengah, Bali, Jawa, Sumatera Selatan dan Irian. Candrasa berfungsi sebagai tanda kebesaran kepala suku dan sebagai alat untuk upacara keagamaan.

52 III. Nekara merupakan semacam berumbung yang dibuat dari perunggu, dibagian tengah berpinggang dan pada sisi atasnya tertutup. Pada masa prasejarah, nekara dianggap sebagai sesuatu yang suci. Nekara digunakan pada waktu upacara penting saja, misalnya untuk memanggil hujan, memanggil arwah nenek moyang dan dipakai sebagai genderang perang.

53 IV. Moko adalah nekara yang memiliki bentuk yang lebih kecil dan ramping. Moko berfungsi sebagai benda pusaka atau digunakan untuk mas kawin. Di Indonesia nekara ditemukan di daerah Sumatera, Sumbawa, Pulau Rote, Jawa, Pulai Kei, Bali serta pulau Selayar. V. Perhiasan perunggu yang dibuat pada masa perundagian berupa gelang, kalung, gelang kaki dan bandul kalung. Perhiasan logam ditemukan di daerah Malang, Bali dan Bogor.

54 VI. Bejana Perunggu merupakan sebuah wadah yang bagian bawahnya membulat seperti gitar. Bejana perunggu ditemukan di daerah Sumatera dan Madura.

55 VII. Arca perunggu ini mempunyai bentuk yang beragam seperti bentuk manusia atau binatang. Pada umumnya arca-arca ini berbentuk kecil dan diatasnya terdapat lubang seperti cincin. Kemungkinan arca perunggu ini digunakan sebagai bandul kalung. Arca perunggu ditemukan di daerah Pelambang, Lumajang, Bogor dan Bangkinang.

56 VIII. Gerabah Dalam masa perundagian, pembuatan barang-barang gerabah makin maju dan kegunaan gerabah semakin meningkat. Walaupun masa perundagian peranan perunggu dan besi sangat penting, namun peranan gerabah pun dalam kehidupan masyarakat masih sangat penting. Pada umumnya gerabah dibuat untuk kepentingan rumah tangga sehari-hari. Dalam upacara keagamaan gerabah digunakan sebagai tempayan kubur, tempat bekal kubur atau tempat sesaji.

57 Hasil kebudayaan zaman logam By : Melvin Sandrian Hadi

58 Pengertian Zaman Logam
Zaman logam adalah zaman di mana manusia sudah mengenal teknologi pertukangan secara sederhana. Pada masa ini manusia mulai mengenal logam perunggu dan besi. Pengolahan logam memerlukan suatu tempat dan keahlian khusus. Dikenal istilah perundagian dan undagi Di Indonesia, logam yang digunakan adalah perunggu dan besi, namun tidak menggunakan tembaga

59 Pembagian Zaman Logam Zaman Tembaga
Benda yang dihasilkan merupakan perpaduan antara tembaga dan timah. Zaman Perunggu Menggunakan teknik meleburkan tembaga dari hasil bumi dan membentuk perunggu. Perunggu diperkirakan ditemukan orang pertama kali secara tak sengaja ketika mencampurkan sedikit timah dengan tembaga. Di Indonesia, zaman perunggu seringkali disebut dengan Kebudayaan Dongson. Zaman Besi Meleburkan besi dari bijihnya lalu menuangkan cairan besi tersebut ke dalam cetakan.

60 Teknik Pembuatan Alat Perunggu
Pada zaman logam, manusia telah mengenal teknik pembuatan alat dari perunggu, di antaranya : A cire perdue (cetakan dari lilin) Bivalve (setangkap)

61 PERSEBARAN KEBUDAYAAN DONGSON
Dibawa oleh ras Deutro Melayu (Melayu Muda)

62 Peninggalan Zaman Logam
1. Nekara (Zaman Perunggu) Nekara dapat juga disebut Genderang Nobat atau Genderang Ketel karena bentuknya semacam berumbung. Terbuat dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya, dan sisi atasnya tertutup. Di daerah asalnya, Dongson, pemilikan nekara merupakan simbol status, sehingga apabila pemiliknya meninggal, dibuatlah nekara tiruan yang kecil yang dipakai sebagai bekal kubur. Di Indonesia nekara hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja, antara lain ditabuh untuk memanggil roh nenek moyang, dipakai sebagai genderang perang, dan dipakai sebagai alat memanggil hujan. Daerah penemuan nekara di Indonesia antara lain, Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Roti, dan Pulau Kei serta Pulau Selayar, Pulau Bali, Pulau Sumbawa, Pulau Sangean.

63 2. Kapak Corong (Zaman Perunggu)
Pada awalnya, menyerupai kapak batu yang terbuat dari tembaga dan di bagian belakangnya berbentuk mirip sirip ikan. Kemudian berkembang kapak dari perunggu. Kapak ini berfungsi sebagai alat pendukung upacara ritual dan untuk berburu. Tapi terkadang juga untuk bercocok tanam.

64 3. Arca Perunggu (Zaman Perunggu)
Ialah patung yang terbuat dari perunggu, ada yang berbentuk manusia, atau bahkan binatang. Fungsinya ialah sebagai patung kandang binatang, tempat penyembahan roh upacara keagamaan.

65 4. Bejana Perunggu Bejana perunggu ditemukan di tepi Danau Kerinci Sumatra dan Madura, bentuknya seperti periuk tetapi langsing dan gepeng . Kedua bejana yang ditemukan mempunyai hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar-gambar geometri dan pilin-pilin. Fungsinya ialah sebagai tempat minum, dan untuk upacara keagamaan.

66 5. Perhiasan Perunggu (Zaman Perunggu)
Perhiasan dari perunggu yang ditemukan sangat beragam bentuknya, yaitu seperti kalung, gelang tangan dan kaki, bandul kalung dan cincin. Berfungsi untuk mempercantik diri Di antara bentuk perhiasan tersebut terdapat cincin yang ukurannya kecil sekali, bahkan lebih kecil dari lingkaran jari anak-anak. Untuk itu, para ahli menduga fungsinya sebagai alat tukar Perhiasan perunggu ditemukan di Malang, Bali, dan Bogor.

67 6. Manik-Manik (Zaman Perunggu)
Manik-manik yang berasal dari zaman perunggu ditemukan dalam jumlah yang besar. Berfungsi sebagai bekal kubur dan untuk mempercantik diri.

68 7. Moko (Zaman Perunggu) Moko ialah gendang yang berbentuk lebih kecil daripada nekara Berfungsi sebagai pendamping di dalam kubur atau sebagai maskawin Ditemukan di Alor, Nusa Tenggara Timur Ragam hiasnya memiliki corak logam Indochina.

69 8. Candrasa (Zaman Perunggu)
Candrasa ialah sejenis kapak panjang yang terbuat dari logam Kapak ini berfungsi sebagai kapak hiasan pelengkap upacara ritual nenek moyang, keagamaan, dan tanda kebesaran Candrasa ada yang berbentuk kapak dengan hiasan ornament dan adapula yang berbentuk seperti pedang memanjang. Candrasa yang ditemukan di daerah Yogyakarta diperindah dengan hiasan

70 9. Mata Panah (Zaman Besi)
Alat ini sering dipakai buat menangkap ikan ataupun berburu hewan-hewan lainnya. Mata panah ini banyak ditemukan di gua-gua dekat sungai. Lokasi inovasi alat tersebut salah satunya berada di Maros dan Kalumpang (Sulawesi Selatan). Inovasi alat yang terbuat dari besi tersebut di Sulawesi menandakan bahwa di Indonesia juga melewati Zaman Besi.

71 10. Mata Pisau (Zaman Besi)
Mata pisau ini dapat digunakan untuk melindungi diri, dan mata pisau juga dijadikan sebagai alat untuk mengumpulkan makanan. Bahan makanan dari hasil buruan maupun tanaman sekitarnya bisa dikumpulkan menggunakan mata pisau ini. Tentu dengan ditemukannya alat tersebut, akan memudahkan manusia untuk mengolah makanannya. Alatnya tak terlalu besar seperti kapak, hanya tipis dan kecil, sehingga praktis digunakan

72 11. Mata Sabit (Zaman Besi)
Mata sabit ditemukan pada zaman besi diduga digunakan sebagai menyabit tumbuhan. Kegunaannya hampir sama dengan mata pisau. Alat ini hanya sedikit besar dibanding dengan mata pisau. Sampai saat ini, sabit masih digunakan sebagai alat pertanian

73 12. Mata Pedang (Zaman Besi)
Pedang merupakan peralatan perang yang memiliki kepraktisan tinggi. Pedang biasanya dibuat lebih panjang Pedang juga dapat dibuat bermata dua maupun bermata tunggal. Pedang juga memiliki beberapa jenis, di antaranya pedang bermata ganda, pedang bermata tunggal, pedang satu tangan, serta pedang dua tangan

74 13. Mata Bajak (Zaman Besi)
Mata bajak singkal berupa baji tiga sisi, dengan tamping dan bidang mendatar sisi pemotong kejen sebagai sisi datarnya, sedangkan bagian atas kejen dan singkal berkedudukan sebagai sisi lengkungnya. Fungsi utama mata bajak tersebut adalah untuk memotong tanah, meremukkan, serta membaliknya untuk menutupi sampahan.

75 14. Cangkul Cangkul adalah satu jenis alat tradisional yang digunakan dalam pertanian. Cangkul biasanya terbuat dari kayu dan besi. Cangkul pada zaman besi dan zaman sekarang memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk menggali, membersihkan tanah dari rumput ataupun untuk meratakan tanah dan masih digunakan sampai sekarang.

76


Download ppt "Hasil Kebudayaan Praaksara"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google