Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Prof. Dr. B. Karno Ekowardono

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Prof. Dr. B. Karno Ekowardono"— Transcript presentasi:

1 Prof. Dr. B. Karno Ekowardono
TATA WACANA Prof. Dr. B. Karno Ekowardono

2 (UNSUR SUPPRASEGMENTAL)
TUTURAN Parole BAHASA langue WACANA (DISCOURSE) UJARAN (UTTERANCE) TOPIK= gagasan KONTEKS KALIMAT VERBAL NON VERBAL KATA (UNSUR SEGMENTAL) (UNSUR FATIS) INTONASI (UNSUR SUPPRASEGMENTAL) (UNSUR MELODIS) SOSIAL KULTURAL MENTAL ASPEK FONOLOGIS BUNYI FONEM ASPEK SEMANTIS MAKNA LEKSIKAL ASPEK GRAMATIS TATA BAHASA ASPEK PARADIGMATIS ASPEK SINTAGMATIS MORFOLOGI MORFOFONEMIK SINTAKSIS FRASEOLOGI

3 KOMPONEN GAGASAN Gagasan sebuah wacana tidak bisa diketahui org lain sebelum dinyatakan dg kalimat yg diolah dg konteks tertentu. Gagasan yang dijabarkan dg kalimat/kalimat-kalimat yg diolah dg konteks itu tidak berupa makna kalimat atau kata, melainkan berupa isi wacana. Kalau kita membaca sebuah novel, misalnya, kita ingin tahu isinya. Isi itu dipahami/diketahui melalui proses penafsiran isi. Penafsiran isi sebuah wacana bisa dilakukan secara objektif dan atau secara subjektif (berdasarkan kese-pahaman antara penutur dan mitra tutur). Tafsiran objektif berupa informasi, tafsiran subjektif berupa maksud, sasmita, atau implikatur. Jika gagasan dlm wacana itu ditindaklanjuti, itu tindak lanjut di luar bhs.

4 BERBAHASA  BERTUTUR= BERWACANA (berkomunikasi dg bhs)
LISAN produktif = bertutur reseptif = mendengarkan/memahami berganti-ganti dari topik yg satu ke topik yg lain TULIS produktif= menulis/mengarang reseptif = membaca Penutur menyampaikan informasi; wacananya di-tafsirkan bjektif  lokusi Penutur berwacana yg mengandung maksud, sasmita, atau implikatur  ilokusi Penutur menyampaikan informasi atau sasmita yg ditin-daklanjuti oleh mitra tutur  perlokusi

5 ISI WACANA  APA SAJA bhs, sastra, politik, ekonomi, gender, hukum, dst
Ahli politik,. misalnya, menganalisis wacana politik untuk mengungkap isi wacana ttg politik. Analisisnya dilakukan secara kritis, dg mempertimbangkan kebenaran yg terungkap dlm berbagai wacana dan yg terjadi di masyarakat.  AWK Bagi Ahli (Pend ) Bhs dan Sastra, awk tak hanya mengungkap apa isi wacana, tetapi juga bagai-mana isi wacana itu diungkapkan dengan sarana bhs, dan mengapa demikian. Dlm pengungkapan itu dipertim-bangkan semua apek wacana, termasuk konteks verbal dan konteks nonverbalnya.

6 KONTEKS NONVERBAL Dlm proses komunikasi, pengungkapan gagasan dg satuan bahasa oleh penutur dilakukan dg mem-pertimbangkan konteks nonverbal, baik konteks so-sial (kemasyarakatan), kultural (kebudayaan), mau-pun mental (kejiwaan). KONTEKS SOSIAL  hub. antara penutur dg mitra tutur, dan yg dipertuturkan dlm masy bhs, yaitu su-dah kenal/belum, akrab/tidak; statusnya sama/lebih rendah/lebih tinggi; usianya sebaya/lebih muda/le-bih tua; tampilannya keren/tidak keren. KONTEKS KULTURAL  adat-istiadat/kebiasaan ma-syarakat , tradisi, ekspressi lisan/tulis, seni, kesopan-an/kesantunan, kepercayaan, agama, upacara, ritual, teknologi

7 KONTEKS MENTAL (KEJIWAAN)  perseorangan, kelompok, keluarga,mayarakat
Suasana gembira, damai, sedih, panas, marah, gugup, grogi, tertekan, terancam, permusuhan, persaingan, kekhawatiran, ketakutan.

8 PERANAN KONTEKS NONVERBAL
BAGI PENUTUR Menentukan kode (bhs, ragam bhs –baku/tak baku/dialek, resmi/tak resmi/ sastra/nonsastra/ipteks-- alih kode, campur kode). Menentukan jenis wacana (dasar/luas/ kompleks/lebih kompleks; arasi/eksposisi/deskripsi/argumentasi/persuasi; dialog/monolog) dan tipe wacana (koordinatif/subordinatif/campuran). Menentukan modus tuturan (deklaratif, interogatif, imperatif, eksklamatifsesuai dg tujuan komunikasi. Menentukan gaya kalimat permutasi/pemasifan untuk pengaturan topik-komen/tema-rema; kalimat langsung/tak langsung; penggabungan atau pengurutan kalimat.

9 Menentukan diksi dipilih kata denotatif/konotatif/konseptual/ metaforis, idiomatis/simbolis/ umum/khusus/ monotafsir/taksa/ kata utuh/kependekan/bersajak/tak bersajak

10 BAHASA (LANGUE) LANGUAGE
TUTURAN (PAROLE) SPEECH WACANA WACANA DASAR WACANA LUAS WACANA KOMPLEKS WACANA YANG LEBIH KOMPLEKS

11 WACANA DASAR WACANA LUAS WACANA KOMPLEKS WACANA YANG LEBIH KOMPLEKS
1 KALIMAT / LEBIH 1 TOPIK KONTEKS TERTENTU WACANA LUAS 1 TOPIK BEBERAPA WACANA DASAR KONTEKS TERTENTU WACANA KOMPLEKS 1 TOPIK BEBERAPA WACANA LUAS (= BAGIAN) KONTEKS TERTENTU WACANA YANG LEBIH KOMPLEKS 1 TOPIK BEBERAPA WACANA KOMPLEKS (= BAB) KONTEKS TERTENTU

12 1. WACANA TOPIK SATUAN BAHASA KONTEKS 1 TOPIK SATUAN BAHASA KONTEKS
ASPEK SEMANTIS (ISI WACANA) INFORMASI MAKSUD/SASMITA/IMPLIKATUR KALIMAT PARAGRAF WACANA LUAS SATUAN BAHASA K.VERBAL K. NONVERBAL SITUASI SOSIAL SITUASI MENTAL SITUASI KULTURAL KONTEKS

13 PENGEMBANGAN TOPIK  W.D.
Topik tidak menyimpang Hasilnya bulat / utuh  Kesatuan Sistematis Logis Tuntas Dalam 1 Wacana (Dasar) Hanya ada 1 topik Sebelum topik selesai dikembangkan, tidak boleh ganti alinea Saling Berkaitan  K/P

14 2. JENIS WACANA LISAN – TULIS SASTRA – NONSASTRA MONOLOG – DIALOG
KUNA – TENGAHAN – MODERN PROSA – PUISI – DRAMA DASAR – LUAS – KOMPLEKS – LEBIH KOMPLEKS NARASI – EKSPOSISI – DESKRIPSI – ARGUMENTASI - PERSUASI

15 ROBERT E. LONGACRE WACANA NARATIF WACANA PROSEDURAL WACANA EKSPOSITORI WACANA HORTATORI WACANA DRAMATIK WACANA EPISTOLARI WACANA SEREMONIAL

16 BERBAHASA  BERTUTUR TULIS LISAN TOPIK KALIMAT WACANA
MENULIS MEMBACA LISAN BERBICARA MENYIMAK TOPIK KALIMAT atas dasar KONTEKS BERKOMUNIKASI WACANA BERWACANA

17 Kalimat-kalimatnya sederajat
TIPE WACANA DASAR WACANA SUBORDINATIF (dengan Kalimat utama) TOPIK WACANA KOORDINATIF (Tanpa Kalimat Utama) TOPIK Kalimat utama (KU) + kalimat penjelas (KP) KU di awal di akhir di awal dan akhir di tengah Kalimat-kalimatnya sederajat (Polanya) K1 K2 K3 K4

18 Semua Kalimat Sederajat
WACANA KOORDINATIF K1 K2 K3 K4 (Polanya) Semua Kalimat Sederajat Langkah pertama menyusun sinopsis ialah menelaah isi buku yang akan dijadikan sinopsis. Langkah kedua ialah menuliskan kerangka pokok isi buku itu. Langkah ketiga ialah mengambil bagian-bagian uraian yang penting dari buku itu. Bagian-bagian itu ditata sesuai dg kerangka buku. Selanjutnya ringkasan itu diketik.

19 WACANA SUBORDINATIF TIPE 1
Ket: KU: Kalimat Utama KP: Kalimat Penjelas- nya sederajad KU DI AWAL KU KP KU diberi penjelasan Ada tiga hal yang harus kita kuasai kalau kita ingin mengarang. Pertama, kita harus menguasai bahan yang akan ditulis menjadi karangan. Kedua, kita harus menguasai bahasa yang akan digunakan untuk mengarang. Ketiga, kita harus menguasai teknik mengarang

20 WACANA SUBORDINATIF TIPE 1, KP dijelaskan secara bertingkat-tingkat
KU: Kalimat Utama KP1 dijelaskan oleh KP2, KP2 dijelaskan olh KP 3 KU KP1 KP2 KP3 Beberapa tahun yang lalu guru SD Kabupaten Semarang mengikuti pelatihan penyusunan sinopsis. Pelatihan itu diadakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah. Tempatnya di SD Bergas Lor I Klepu. Letak SD Bergas Lor itu sangat strategis, yaitu di tepi jalan besar Semarang – Bawen.

21 WACANA SUBORDINATIF TIPE 2
KP KP KU Ket: KU: Kalimat Utama KP: Kalimat Penjelas KU di akhir Pada tahun yang lalu yang menjadi juara lomba penyusunan sinopsis adalah guru SD dari Kabupaten Semarang. Begitu juga dua tahun yang lalu. Bahkan sebelumnya juara itu juga dari Kabupaten Semarang. Kalau begitu, guru dari Kabupaten Semarang sudah tiga kali menjadi juara sinopsis.

22 WACANA SUBORDINATIF TIPE 3
KU KP KU Ket: KU: Kalimat Utama KP: Kalimat Penjelas KU di awal dan akhir Ada tiga hal yang harus dilakukan kalau kita ingin mengarang. Pertama, kita harus merumuskan topik. Kemudian topik itu kita analisis; unsur-unsurnya kita susun menjadi kerangka. Selanjutnya, butir-butir kerangka itu kita jabarkan menjadi paragraf-paragraf. Itulah langkah-langkah yang harus dilakukan kalau kita hendak mengarang.

23 WACANA SUBORDINATIF TIPE 4
KP KP KU KP Ket: KU: Kalimat Utama KU diberi Kalimat Penjelas Pada tahun yang lalu yang menjadi juara lomba penyusunan sinopsis adalah guru SD dari Kabupaten Semarang. Begitu juga dua tahun yang lalu. Bahkan sebelumnya juara itu juga dari Kabupaten Semarang. Kalau begitu, guru dari Kabupaten Semarang sudah tiga kali menjadi juara sinopsis. Rupanya kejuaraan itu akan dipertahankan juga pada tahun ini.

24 KOHESI DAN KOHERENSI Kohesi dan kohrensi bukan komponen, melainkan persyaratan kaitan antarunsur wcn. Wacana minim: kepaduan antara - kalimat dan konteks nonverbal - antarunsur kalimat (antarkata/frasa/kla usa) Wacana dg dua/banyak kalimat: kepaduan antarkalimat/paragraf/bagian wcn kompleks

25 K0HESI KEPADUAN KAITAN GRAMATIKAL & LEKSIKAL ANTARUNSUR WACANA
KOHESI GRAMATIKAL Pengurutan antarklausa/kalimat dg/tanpa konjungsi. Pola kalimat pertama menentukan pola kalimat selanjutnya. Penyejajaran pola unsur yg diurutkan Penghilangan unsur yg sama yg telah dise but (elipsis) Penggantian unsur yg sama dg kgt (substitusi) Pembalikan urutan (permutasi) Pemasifan kalimat (Contoh wcn yll dianalisis!)

26 Contoh lain Coba diperbaiki!
Pekerjaannya adalah mengurusi penyimpanan barang, mengepak barang, dan mengirimkan barang. Pengumpulan data jenis pertama dengan menggunakan teknik observasi, sedangkan untuk pengumpulan data jenis kedua dengan menggunakan tes. Perbaikan mesin motor. - mesin motor diperiksa, - membongkar mesin, - sparepart yang rusak diganti dengan yang baru atau diperbaiki, - memasang kembali mesin yang dibongkar, - diujicoba.

27 BETULKANLAH! Minggu yang lalu saya pergi ke Yogya. Saya membeli buku di Yogya. Teman saya meminjam buku itu tadi pagi. Teman sa- ya akan membaca buku itu sampai selesai .

28 KOHESI LEKSIKAL keterkatan antarbag wcn dg sarana leksikal
Pengulangan kata yang menjadi fokus Kata-kata bersinonim Kata-kata berlawanan maknanya/klimaks Kt-kt berhiponim/ bermakna luas vs sempit Kata-kata yg menyatakan kesamaan verbal Kata-kata berdimensi lain yg berkaitan yg ‘gunakan sarana morfologi terkait Kata-kata pengganti kt/frs/kls/kal/wcn Kata-kata yg menyataan urutan waktu/rician

29 KOHERENSI KAITAN SENANTIS ANTARBAGIAN WACANA
Kaitan generik – spesifik Kaitan spesifik – generik Fakta - argumen Kaitan sebab – akibat Kaitan sarana hasil Kaitan syarat – hasil Kaitan kelonggaram Aditif Kronlogisdan pengurutan Amplifikatif

30 Latar belakang masalah
--topik – dijelaskan meningkatkan 2, dst


Download ppt "Prof. Dr. B. Karno Ekowardono"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google