Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

GENDER : Menjadi Seorang Laki-laki atau Perempuan Sebagai Aspek Krusial Identitas

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "GENDER : Menjadi Seorang Laki-laki atau Perempuan Sebagai Aspek Krusial Identitas"— Transcript presentasi:

1 TUGAS KELOMPOK AZIZAH RAHMAH FAJRIATI BAGUS setyawan PRIHhanTINI larasati TAJjUDIN

2 GENDER : Menjadi Seorang Laki-laki atau Perempuan Sebagai Aspek Krusial Identitas
Jenis kelamin dan Gender Jenis kelamin didefinisikan sebagai istilah biologis berdasarkan perbedaan anatomi fisik antara laki-laki dan perempuan. Gender merujuk pada segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin individu, termasuk peran, tingkah laku, kecenderungan, dan atribut lain yang mendefinisikan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang ada.

3 Lanjutan… Dasar identitas gender
Teori skema gender menyatakan bahwa anak-anak memiliki kesiapan umum untuk mengorganisasikan informasi tentang self atas dasar definisi budaya pada atribut laki-laki dan perempuan yang sesuai (Bem, 1981, 1983). Dengan bertambah dewasanya anak, tipe jenis kelamin (sex typing) terjadi ketika mereka memahami stereotip “tepat” yang berhubungan dengan kelaki-lakian dan kepermpuanan dalam budaya mereka. Hal penting dari apa yang dipelajari anak tentang gender adalah berdasarkan observasi terhadap orang tua mereka dan mencoba menjadi seperti mereka.

4 Peran Tingkah Laku Gender dan Reaksi Terhadapnya
Dengan diperkenalkannya androgini sebagai salah satu kemungkinan peran gender, banyak penelitian berfokus pada hipotesis yang menyatakan bahwa androgini lebih disukai daripada tipe gender laki-laki atau perempuan. Dalam budaya tertentu, maskulinitas lebih menguntungkan dibandingkan androgini. Abdalla (1995) mempelajari self-efficacy dari mahasiswa Arab di Qatar dan Kuwait dalam proses membuat keputusan karir.

5 Lanjutan… Dibalik jenis maskulinitas dan feminitas yang diteliti oleh BSRI, ada identifikasi peran eksterm.hal pertama yang dipelajari adalah hipermaskulinitas dan hiperfeminitas. Baik hipermaskulinitas dan hiperfeminitas berhubungan dengan dukungan terhadap berbagai bentuk agresi legal. Bahkan pada tingkat maskulinitas yang kurang eksterm, pria yang mengidentifikasikan diri secara kuat dengan peran maskulin bertingkah laku lebih kasar dan agresif dibanding pria yang moderat.

6 Peran gender dirumah dan dalam pekerjaan
peran tradisional masih memiliki pengaruh yang kuat terhadap cara pria dan wanita bereaksi didalam rumah(major,1993). Biro sensus amerika serikat melaporkan bahwa mayoritas wanita amerika bekerja diluar rumah. Dalam berbagai situasi pria memang melebihi wanita. Pria telah belajar mengevaluasi dirinya sendiri dengan cara yang berpusat pada ego dari pada wanita.

7 Peran Gender Tradisional pada masa ke-21
Pad tahun 1998 konvensi U.S Southern Babtist menyetujui deklarasi bahwa wanita seharusnya “ mengabdikan dirinya dengan senang hati” pada kepemimpinan suaminya dan seorang pria harus ”membiayai, melindungi dan mempin keluarganya” (niebuhr, 1998) Pria dan Laki-laki memainkan peran yang aktif dalam mengambil keputusan sementara wanita dan anak perempuan hanya mengikuti pimpinan laki-laki.

8 Perbedaan kenis kelamin dalam tingkah laku interpersonal
Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan tingkah laku karna mereka memiliki jumlah hormon yang berbeda. Pria memiliki tingkat testoteron yang lebih tinggi dibanding wanita, sehingga pria bertingkah laku lebih dominan dibanding wanita. Aube serta kolegannya (2000).menyatakan bahwa alasan dari perbedaan jenis kelamin adalah karena wanita merasa terlalu bertanggung jawab akan kesejahteraan orang lain dan sulit bersikap asertif galam lingkungannya.

9 Perbedaan Persepsidiri Laki-laki dan perempuan
Dibanding pria, wanita cenderung mengekspresikan kekhawatiran dalam ketidak puasan lebih banyak terhadap tubuh dan penampilan fisik mereka secara keseluruhan (Hagborg, 1993). Bahkan penuaan dipandang lebih negatif bagi wanita dari pada pria (Clark, 1986). Kolumnis Dave Barry(1998) menyatakan bahwa pria memandang diri mereka memiliki penampilan biasa-biasa saja, ini menarik. Namun bagi wanita, memiliki penampilan biasa-biasa saja berarti penampilan mereka tersebut tidak cukup memuaskan.

10 GANGGUAN IDENITAS GENDER
Gangguan identitas gender adalah bagaimana seseorang merasa bahwa ia adalah seorang pria atau wanita, dimana terjadi konflik antara anatomi gender seseorang dengan identitas gendernya. (Nevid, 2002).

11 ASAL MULA GANGGUAN IDENTITAS GENDER
Gangguan identitas gender dapat berawal dari masa kanak- kanak dengan disertai distress terus menerus dan intensif, bersikap seperti lawan jenis dan bergaul dengan lawan jenis, serta menolak sifat anatomi mereka. (nevid, 2002) Penyebabnya, faktor biologis lain, seperti kelainan kromosom dan struktur otak, juga tidak dapat memberikan penjelasan yang konklusif. (carroll, 2000)

12 FAKTOR BIOLOGIS Berkaitan dengan hormon dalam tubuh. Tubuh manusia menghasilkan hormon testosteron yang mempengaruhi neuron otak dan berkontribusi terhadap maskulinitas otak yang terjadi pada area seperti hipotalamus. Sebaliknya, dengan hormon feminin.

13 FAKTOR SOSIAL DAN PSIKOLOGIS
Seorang anak akan mengembangkan identitas gendernya selaras dengan apa yang diajarkan pada mereka selama masa pengasuhan. Pendekatan psikososial, terbentuknya gangguan gender dipengaruhi oleh interaksi temperamen anak, kualitas dan sikap orang tua.

14 CIRI – CIRI KLINIS GANGGUAN IDENTITAS GENDER (NEVID, 2002)
Identitas yang kuat dan persisten terhadap gender lainnya : adanya ekspresi yang berulang dari hasrat untuk menjadi anggota dari gender lain. perasaan yang tidak nyaman yang kuat dan terus menerus. Penanganannya sama seperti menangani gangguan seksual.

15 CRITERIA DIAGNOSIC GANGGUAN IDENTITAS GENDER :
1. Berkelainan kuat menjadi anggota gender lawan jenisnya (berkeyakinan bahwa ia memiliki identitas gender lawan jenisnya). 2. Memilih memakai baju sesuai dengan stereotip gender lawan jenisnya. 3. Berfantasi menjadi gender lawan jenisnya atau melakukan permainan yang dianggap permainan gender lawan jenisnya.

16 4. Mempunyai keinginan berpartisipasi dalam aktivitas permainan yang sesuai dengan stereotip lawan jenisnya. 5. Keinginan kuat mempunyai teman bermain dari gender lawan jenis. 6. Perasaan yang kuat dan menetap ketidanyamanan pada gender anatominya sendiri. 7. Tidak terdapat kondisi interseks. 8. Menyebabkan kecemasan yang serius

17 TERAPI Body alteration atau perubahan tubuh : mengubah tubuh seseorang agar sesuai dengan identitas gendernya. Diharuskan untuk mengikuti psikoterapi selama 6-12 bulan. Serta menjalani hidup dengan gender yang di inginkan. (harry benjamin international gender dyspohoria association,1998).

18 GANTI KELAMIN Suatu proses dimana alat genital diubah untuk dibuat menyerupai alat kelamin lawan jenis. Orang yang ingin mengubah dari pria menjadi wanita, estrogennya ditingkatkan untuk menumbuhkan karakteristik alat kelamin sekunder wanita. Sedangkan wanita yang menginginkan menjadi pria, hormon androgennya ditingkatkan untuk mengembangkan karakteristik alat kelamin sekunder pria.


Download ppt "GENDER : Menjadi Seorang Laki-laki atau Perempuan Sebagai Aspek Krusial Identitas"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google