Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2
2
Riwayat Alamiah Penyakit secara umum adalah riwayat perjalanan atau proses terjadinya suatu penyakit dari awal sampai akhir. Tiap penyakit mempunyai perjalanan alamiah masing-masing. Tetapi kerangka konsep yang bersifat umum perlu dibuat untuk mendeskripsikan riwayat perjalanan penyakit pada umumnya
3
Manfaat riwayat alamiah penyakit
Untuk diagnostik masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan jenis penyakit, misalnya jika terjadi KLB (Kajian Luar Biasa) Untuk pencegahan dengan mengetahui kuman patogen penyebab dan rantai perjalanan penyakit dapat dengan mudah dicari titik potong yang penting dalam upaya pencegah penyakit. Dengan mengetahui riwayat penyakit dapat terlihat apakah penyakit itu berlangsungnya akut ataukah kronik. Tentu berbeda upaya pencegahan yang diperlakukan untuk penyakit yang akut dibanding dengan kronik. Untuk terapi intervensi atau terapi hendaknya biasanya diarahkan ke fase paling awal. Pada tahap perjalanan awal penyakit itu terapi tepat sudah perlu diberikan. Lebih awal terapi akan lebih baik hasil yang diharapkan. Keterlambatan diagnosis akan berkaitan dengan keterlambatan terapi. (Bustan, 2006)
4
Faktor yang berperan pada setiap kejadian penyakit
1.Manusia sebagai tuan rumah (host) Manusia sebagai tuan rumah (host) dapat menjadi faktor penyebaran penyakit yang didasarkan pada umur, jenis kelamin, suku bangsa, ras, kerentanan tubuh terhadap penyakit, pendidikan, pekerjaan dan status sosial lainnya. Kodisi fisik host yang menurun dapat menyebabkan dia terserang penyakit. 2.Penyebab / hama penyakit (agent) Penyebab/hama penyakit (agent) dapat menjadi faktor penyebab penebaran penyakit. Jika jumlah agent dalam lingkungan besar maka besar pula kemungkinan seseorang terkena penyakit. Begitupun sebaliknya, agen yang berada dalam lingkungan walaupun dalam jumlah kecil dapat menyerang manusia apabila manusia dalam keadaan lemah. 3.Lingkungan yang mempengaruhi (environment) Kondisi lingkungan (environment) dapat pula menjadi faktor penyebab penularan penyakit. Kondisi lingkungan yang selalu berubah dapat menurunkan kondisi fisik manusia sehingga dia rentan terhadap penyakit atau kondisi lingkungan yang berubah sehingga agent dapat berkembang biak dengan pesat pada lingkungan tersebut yang menyebabkan timbulnya penyakit.
5
Tahapan riwayat alamiah penyakit
TAHAP PROPATOGENESIS Periode prepathogenesis adalah adanya interaksi awal antara faktor-faktor host, agent dan environment. Pada fase ini penyakit belum berkembang tapi kondisi yang melatarbelakangi untuk terjadinya penyakit telah ada. Fase rentan termasuk dalam tahapan prepathogenesis. Fase rentan adalah tahap berlangsungnya proses etiologis, di mana faktor penyebab pertama untuk pertama kalinya bertemu dengan pejamu
6
2.TAHAP PATOGENESIS Tahap patogenesis Yaitu periode dimana telah dimulai terjadinya kelainan/gangguan pada tubuh manusia akibat interaksi antara stimulus penyakit dengan manusia sampai terjadinya kesembuhan, kematian, kelainan yang menetap dan cacat. Tahap ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu : 1. Tahap inkubasi Tahap inkubasi merupakan tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit sampai timbulnya gejala penyakit. 2. Tahap Dini Tahap ini dimulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan. Tahap ini sering mulai menjadi masalah kesehatan kerena sudah ada ganggua patologis (pathologic changes), walaupun penyakit masih dalam masa sublkinik (Bustan, 2012).
7
3. Tahap Lanjut 3. TAHAP PASCA PATOGENESIS
Merupakan tahap dimana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (Bustan, 2012). 3. TAHAP PASCA PATOGENESIS Tahap pasca patogenesis/ tahap akhir yaitu berakhirnya perjalanan penyakit yang dapat berada dalam pilihan keadaan, yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, karier, penyakit berlangsung secara kronik, atau berakhir dengan kematian.
9
Rantai infeksi Reservoir portal ke luar mode transmisi portal masuk pejamu yang rentan (susceptible) Riwayat Alamiah Penyakit
10
Rantai infeksi Riwayat Alamiah Penyakit
11
Reservoir Habitat tempat agen infeksius biasa hidup, tumbuh dan memperbanyak diri Macam reservoir Manusia Hewan Lingkungan Riwayat Alamiah Penyakit
12
Tipe reservoir pada manusia
Orang dengan penyakit asimtomatik Carrier (karier) Riwayat Alamiah Penyakit
13
Reservoir hewan Sapi brucellosis Domba / kambing anthrax
Tikus plaq Cacing trichinosis Kelelawar, rakun, anjing, manusia rabies Mammalia lain Riwayat Alamiah Penyakit
14
Reservoir lingkungan Tanaman Tanah Air
Contoh: agen penyebab histoplasmosis, hidup dan multiplikasi dalam tanah Bacillus Legionnaire muncul pada kolam air, termasuk yang dihasilkan oleh menara pendingin dan kondensor penguapan Riwayat Alamiah Penyakit
15
Portal eksit Jalan agen meninggalkan pejamu sumber, biasanya berhubungan dengan agen yang terlokalisasi Riwayat Alamiah Penyakit
16
Portal eksit Sistem respirasi tubercule bacilli, influenza
Urin schistosoma Feses Vibrio cholera Lesi kulit Sarcoptes scabiei, enterovirus 70 Skresi konjunktiva agen hemoragik konjunktivitis Agen melalui darah lewat plasenta rubella, toksoplasmosis, sifilis Jalur kulit (perkutaneus) luka sayat dan terkena jarum (hepatitis B), isapan darah artropoda (malaria) Riwayat Alamiah Penyakit
17
Mode transmisi Langsung (Direk) Tidak langsung (Indirek)
Riwayat Alamiah Penyakit
18
Transmisi langsung Transfer agen segera dari reservoir ke pejamu yang rentan dengan cara Kontak langsung (Kontak direk) Contoh: mononukleosis infeksius, gonore, cacingan (karena cacing tambang) Penyebaran droplet Semprotan relatif besar, seperti bersin, batuk, bicara Riwayat Alamiah Penyakit
19
Transmisi tidak langsung
Airborne : transmisi melalui udara Vechicleborne : transmisi secara tidak langsung oleh suatu agen yang masuk dalam makanan, air, produk biologik (darah), fomites (objek yang tidak bergerak) Vectorborne : transmisi melalui insect Riwayat Alamiah Penyakit
20
Portal entri Sama dengan portal eksit Kulit cacing tanah
Sistem respirasi influenza Enterik “fecal-oral” (makanan, air, peralatan masak) Membrana mukosa (sifilis, trakhoma) Darah hepatitis B Riwayat Alamiah Penyakit
21
Pejamu yang susceptible
Suseptibiltas bergantung pada Faktor genetik Imunitas Kemampuan bertahan terhadap infeksi atau membatasi patogenisitas Status gizi Life style Penyakit atau terapi yang melemahkan respon imun non spesifik dll Riwayat Alamiah Penyakit
22
KLASIFIKASI PENYAKIT Klasifikasi penyakit merupakan satu upaya untuk meningkatkan akurasi diagnosis mempergunakan hasil-hasil dari pemeriksaan gejala, tanda, test, dan pembuatan kriteria diagnosis. Klasifikasi penyakit dapat dilakukan berdasarkan agen penyebabnya, patologi penyakit, organ yang terserang, cara pengobatannya, cara penularannya, cara masuk atau keluarnya penyakit dan faktor keterpaparan atau kepekaannya
23
Tingkatan Penyakit Berdasarkan Keseriusan, Efek, Durasi, Keseriusan, dan Keluasan
• Akut Tingkatan ini relatif parah, berdurasi pendek dan kemungkinan untuk diobati besar , biasanya penderita akan sembuh atau meninggal. • Sub akut Tingkatan sub akut memiliki keparahan dan durasi yang sedang, memiliki beberapa aspek akut dari penyakit, tetapi durasinya lebih panjang, tingkat keparahannya dapat menurunkan status kesehatan penderita, durasi tingkatan ini lebih panjang dari tingkatan akut, penderita pada akhirnya diperkirakan sembuh dan pulih secara total serta penyakitnya tidak berkembang menjadi penyakit kronis.
24
• Kronis Tingkatan kronis tidak terlalu parah, tetapi memiliki durasinya lama dan terus-menerus, berakhir dalam jangka waktu yang lama. Pasien mungkin tidak akan pulih seperti sedia kala dan penyakit sewaktu-waktu dapat memburuk. Kehidupan mungkin tidak langsung terancam, tetapi penyakit mungkin berlangsung dalam jangka waktu sangat lama
25
Klasifikasi umum penyakit (Thomas C. Timmreck, 2004)
Menurut Thomas C.Timmreck klasifikasi penyakit dikelompokan menjadi 5 klasifikasi besar yaitu : 1. Penyakit kongenital dan herediter 2. Penyakit Alergi dan Radang 3. Penyakit degeneratif atau kronis 4. Penyakit metabolic 5. Kanker/penyakit neoplastik
26
Klasifikasi Penyakit Berdasarkan ICD (International Classification Of Desease)
Untuk mempermudah dalam proses mengklasifikasikan penyakit, Indonesia menggunakan sistem informasi kesehatan yang lebih efektif dan efisien, yaitu dengan cara klasifikasi penyakit berdasarkan ICD ( International Classification Of Diseases ). 1. Pengertian ICD International Classification of Diseases (ICD) adalah klasifikasi diagnostik standar internasional untuk semua epidemiologi umum, untuk penggunaan di beberapa manajemen kesehatan dan klinis 2. Fungsi ICD sebagai klasifikasi penyakit Fungsi lCD sebagai sistem klasifikasi penyakit dan masalah terkait kesehatan digunakan untuk kepentingan informasi statistik morbiditas dan mortalitas
27
Penerapan Pengodean sistem lCD Digunakan untuk :
Mengindeks pencatatan penyakit dan tindakan di sarana pelayanan kesehatan. Masukan bagi sistem pelaporan diagnosis medis untuk mengklasifikasikan penyakit. Memudahkan proses penyimpanan dan pengambilan data terkait diagnosis karakteristik pasien dan penyedia layanan. Untuk mempermudah sistem penagihan pembayaran biaya pelayanan kesehatan. Pelaporan nasional dan internasional morbiditas dan mortalitas. Menentukan bentuk pelayanan yang harus direncanakan dan dikembangkan sesuai kebutuhan zaman
28
Pengkodean Klasifikasi Penyakit berdasarkan ICD 10
CHAPTER I (A00-B99)Certain infectious and parasitic diseases (Penyakit infeksi dan parasit tertentu) CHAPTER II (C00-D48)Neoplasms (Neoplasma) CHAPTER III (D50-D89) Diseases of the blood and blood- forming organs and certain disorders involving the immune mechanism(Penyakitdarahdanorgan pembentuk darahdan gangguantertentu yang melibatkanmekanismekekebalan). CHAPTER IV (E00-E90)Endocrine, nutritional and metabolic diseases (Endokrin, penyakit nutrisi dan metabolik)
29
CHAPTER V (F00-F99) Mental and behavioural disorders (Gangguan mental dan perilaku)
CHAPTER VI (G00-G99) Diseases of the nervous system (Penyakit pada sistem saraf) CHAPTER VII (H00-H59) Diseases of the eye and adnexa (Penyakit mata dan adneksa) CHAPTER VIII (H60-H95) Diseases of the ear and mastoid process (Penyakit proses telinga dan mastoid) CHAPTER IX (I00-I99) Diseases of the circulatory system (Penyakit pada sistem peredaran darah) CHAPTER X (J00-J99) Diseases of the respiratory system (Penyakit pada sistem
30
CHAPTER XI (K00-K93) Diseases of the digestive system (Penyakit pada sistem pencernaan)
CHAPTER XII (L00-L99) Diseases of the skin and subcutaneous tissue (Penyakit kulit dan jaringan subkutan) CHAPTER XIII (M00-M99)Diseases of the musculoskeletal system and connective tissue(Penyakit pada sistem muskuloskeletal dan jaringan ikat) CHAPTER XIV (N00-N99) Diseases of the genitourinary system (Penyakit pada sistem genitourinary) CHAPTER XV(O00-O99)Pregnancy, childbirth and the puerperium (Kehamilan, persalinan dan masa nifas)
31
CHAPTER XVI (P00-P96)Certain conditions originating in the perinatal period (Kondisi tertentu yang berasal dari periode perinatal) CHAPTER XVII (Q00-Q99)Congenital malformations, deformations andchromosomal abnormalities (Malformasi kongenital, deformasi dan kelainan kromosom) CHAPTER XVIII (R00-R99) Symptoms, signs and abnormal clinical and laboratory findings, not elsewhere classified (Gejala, tanda dan temuan klinis dan laboratorium abnormal, tidak diklasifikasikan di tempat lain) CHAPTER XIX (S00-T98) Injury, poisoning and certain other consequences of external causes (Cedera, keracunan dan konsekuensi tertentu lainnya dari penyebab eksternal) CHAPTER XX (V01-Y98) External causes of morbidity and mortality (Penyebab eksternal morbiditas dan mortalitas) CHAPTER XXI (Z00-Z99) Factors influencing health status and contact with health services (Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan dan kontak dengan pelayanan kesehatan) CHAPTER XXII ( U00-U85) Codes for special purposes (Kode untuk tujuan khusus).
32
TAHAP PENCEGAHAN PENYAKIT
Pencegahan Primodial Pencegahan ini sering terlambat dilakukan terutama di negara-negara berkembang karena sering harus ada keputusan secara nasional
33
Pencegahan primer Pencegahan primer (tingkat pertama) dilakukan sebelum perubahan patologis terjadi (fase prepatogenesis) dengan dua cara, yaitu dengan menjauhkan agen dari pejamu atau menurunkan kepekaan pejamu. pencegahan. Tujuan pencegahan primer adalah untuk membatasi timbulnya penyakit dengan mengendalikan penyebab spesifik dan faktor risiko. Upaya pencegahan primer dapat diarahkan pada seluruh masyarakat dengan tujuan untuk mengurangi risiko rata-rata (strategi berbasis massa atau populasi); atau orang-orang yang berisiko tinggi sebagai akibat dari paparan tertentu (strategi berbasis individu yang berisiko tinggi).
34
Selain itu, beberapa beberapa upaya lainnya yang termasuk dalam tingkat pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah pendidikan kesehatan, penyuluhan secara intensif, penyediaan air bersih, perbaikan rumah sehat, perbaikan gizi, peningkatan higiene perorangan dan perlindungan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan, memberikan imunisasi, perlindungan kerja dan nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
35
PENCEGAHAN SEKUNDER Pencegahan sekunder (tingkat kedua) dilakukan pada fase patologis awal penyakit (early symptom) atau masa awal kelainan klinik. Pencegahan sekunder bertujuan mengurangi konsekuensi yang lebih serius dari penyakit melalui diagnosis dini dan pengobatan. Pencegahan ini diarahkan pada periode antara timbulnya penyakit dan masa diagnosis, dan bertujuan untuk mengurangi prevalensi penyakit.
36
PENCEGAHAN TERSIER Pencegahan tersier (tingkat ketiga) dilakukan pada saat penyakit telah menyebabkan kerusakan patologis yang bersifat irreversible dan tidak dapat diperbaiki lagi. Pencegahan tersier bertujuan mengurangi perkembangan atau komplikasi penyakit dan merupakan aspek penting dari pengobatan terapi dan rehabilitasi.
37
Tingkat Pencegahan Penyakit
Primary Prevention • Health Promotion Saat pejamu sehat dengan tujuan meningkatkan status kesehatan atau memelihara kesehatan : a. Penyuluhan/pendidikan kesehatan b. Rekreasi sehat c. Olahraga teratur d. Perhatian terhadp perkembangan kepribadian. • Specific Protection Mencegah pada pejamu (Host) dengan menaikkan daya tahan tubuh: a. Imunisasi b. Pelindung khusus : Helm, tutup telinga. c. Perbaikan lingkungan. d. Mengurangi penggunaan bahan yang membahayakan kesehatan : pengawet, pewarna dll.
38
Secondary Prevention Early Diagnosis And Prompt Treatment Dilakukan bila pejamu sakit, setidak – tidaknya diduga sakit (penyakitnya masih ringan). Mencegah orang lain tertular. Misal : Case finding, skrining survei penyakit asymtomatis, deteksi dini pencemaran dll.
39
a. Disability Limitation (Pembatasan kecacatan / kelemahan )
Tertiary Prevention a. Disability Limitation (Pembatasan kecacatan / kelemahan ) Dilakukan waktu pejamu sakit / sakit berat de ngan tujuan mencegah cacat lebih lanjut, fisik, sosial maupun mental. Misal : Amputasi pada ganggren karena DM, pada penyakit-penyakit menahun diatasi gang guan mental maupun sosialnya. b. Rehabilitation Mengembalikan penderita agar berguna di masyarakat maupun bagi diri nya sendiri, mencegah cacat total setelah terjadi perubahan anatomi/fisiologi. Misal : Fisioterapi pada kelumpuhan supaya tidak timbul kontraktur/atropi, psikoterapi pada gangguan mental, latihan ketrampilan tertentu pada penderita cacat, prothesa post amputasi, penyediaan fasilitas khusus pada penderita.
40
Kesimpulan Riwayat perjalanan penyakit alamiah merupakan peroses perkembangan suatu penyakit tanpa adanya intervensi yang dilakukan manusia dengan sengaja dan terlaksana. Keguanaan mempelajari riwayat alamiah suatu penyakit adalah untuk pencegahan, diagnostik dan terapi. Fase – fase riwayat alamiah suatu penyakitr yaitu Tahap patogenesis tahap prepatogenesi, tahap patogenesis dan tahap pasca patogenesis.
41
Terima kasih
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.