Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

MODUL METODOLOGI DesInventar

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "MODUL METODOLOGI DesInventar"— Transcript presentasi:

1 MODUL METODOLOGI DesInventar
Data dan Informasi Bencana Indonesia Provinsi Jawa Tengah (DIBI-Jateng) MODUL METODOLOGI DesInventar

2 Latar Belakang Beberapa jenis bencana alam, baik dalam skala ringan dan menengah, yang terjadi di Indonesia. Dengan frekuensi dan intensitas yang meningkat dari bencana-bencana alam, dampak dan kerugian juga ikut meningkat. Kesiapsiagaan, pencegahan dan mitigasi semakin menjadi sebuah prioritas bagi para pemerintah, LSM-LSM dan badan-badan nasional dan internasional.

3 Latar Belakang – lanjutan..
Semakin meningkat kebutuhan untuk inventori bencana dan sebuah perangkat analisa untuk menfasilitasi pemahaman pola-pola dan tren-tren bencana untuk meningkatkan penanggulangan bencana. BNPB sebagai Badan Nasional Penanggulangan Bencana mempunyai sebuah mandat untuk menghimpun dan menganalisa informasi mengenai keterjadian dan dampak dari bencana-bencana alam di Indonesia. Ketersediaan dari informasi bencana dan analisanya akan sangat membantu semua pemangku kepentingan untuk focus kepada upaya-upaya pengurangan resiko bencana di seluruh Indonesia

4 Adopsi Metodologi DesInventar untuk Indonesia
Dibawah Proyek “Safer Communities through Disaster Risk Reduction” (SC-DRR) yang didukung oleh kantor UNDP Jakarta, BNPB sedang bekerja sama dengan Pusat Regional UNDP di Bangkok untuk mengadopsi metodologi DisInventar untuk Indonesia. Pusat Regional UNDP di Bangkok telah mendukung pengimplementasian metodologi DesInventar pada negara- negara yang terkena dampak bencana tsunami dan akan menyediakan dukungan teknik yang dibutuhkan dengan cara instalasi perangkat lunak dan pendiriannya, pelatihan teknis dan bimbingan menyeluruh dan dukungan untuk pengembangan database bencana untuk Indonesia.

5 Metodologi DesInventar
Sebuah Metode untuk Membangun Inventarisasi Bencana sebagai bagian dari Proses Mitigasi Resiko Metodologi ini sangat didasarkan pada serangkaian definisi dan klasifikasi, dan konsep ruang yang dibagi dalam beberapa tingkat pembagian wilayah, tetapi di atas itu semua: Pengumpulan dan penggunaan data mengenai bencana skala kecil dan menengah. Membagi dan memberi rujukan geografis dari data yang nantinya akan dapat melakukan analisis data pada tingkat resolusi geografis minimum. Metodologi ini juga membahas serangkaian sumber informasi yang sesuai yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi inventaris.

6 Metodologi DesInventar – lanjutan..
Inti dari metodologi ini terdapat pada definisi “Kejadian” dan “Bencana”. Definisi ini tidak menetapkan atau bertentangan atau menjelaskan kembali definisi yang telah dikenal luas, tetapi berfungsi sebagai dasar untuk pekerjaan sistematis dalam mengumpulkan informasi mengenai bencana dengan cara yang sesuai. “Kejadian” dijelaskan sebagai fenomena sosial-alam yang dapat dianggap sebagai ancaman bagi kehidupan, harta benda dan prasarana. “Bencana” dijelaskan sebagai serangkaian efek negatif yang disebabkan oleh fenomena sosial-alam dan fenomena alam pada hidup manusia, harta benda dan prasarana (sebuah “Kejadian”) dalam unit geografis tertentu pada jangka waktu tertentu. Sama pentingnya dengan penjelasan mengenai “Kejadian” dan “Bencana” itu sendiri adalah penggolongan formal dari Kejadian dan Bencana tersebut.

7 Dokumentasi DesInventar dengan jelas memberikan kriteria dan mendorong (tetapi tidak membatasi) penggunaan klasifikasi yang mengajukan rangkaian kejadian berikut ini:

8 Kelompok peneliti yang merumuskan dan menentukan kembali Metodologi juga telah menghabiskan waktu yang banyak untuk membahas efek dari bencana. Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk mencapai kesepakatan mengenai efek, definisi, dan untuk pengukuran dan masalah lainnya yang terkait dengan pengukuran kuantitatif dan kualitatif dan penjelasan mengenai efek-efek tersebut. Pada bagian efek dari “Datacard”, catatan yang diambil untuk masing-masing bencana mencerminkan hasil pembahasan seperti berikut:

9 Efek yang dikumpulkan kemudian digolongkan sebagai variabel “jelas” dan “tidak jelas”. Variabel yang jelas seperti angka kematian, orang hilang, cedera, dan rumah yang hancur atau rusak dikumpulkan jika mungkin. Untuk bencana yang efeknya tidak dapat diukur secara akurat atau tidak diukur sama sekali sebuah rangkaian variabel yang sekali, tidak jelas dikumpulkan. Variabel-variabel ini menunjukkan bahwa bencana mempunyai efek khusus tanpa ada upaya untuk menentukan kuantitasnya. Tujuan dari variabel ini adalah untuk mencegah hilangnya seluruh informasi pada saat data hilang atau diketahui sebagai tidak terpercaya. Rangkaian dari pengaruh yang dipilih ditujukan pada definisi Bencana pada inti metodologi: pengaruh pada hidup manusia (kematian, hilang, cedera, evakuasi, relokasi dan orang-orang yang terpengaruh secara langsung maupun tidak langsung), harta benda (rumah yang hancur dan terkena dampak serta pengaruh pada tanaman dan hewan ternak) dan pada prasarana (transportasi, komunikasi, peralatan, dan lain-lain.)

10 Konsep unit geografi dengan resolusi minimal
Salah satu pijakan dari metodologi ini adalah konsep pemberian rujukan geografis pada informasi di dalam inventaris. Tujuan analitik dari informasi yang dikumpulkan dari informasi yang dikumpulkan untuk inventaris bencana membutuhkan data yang dipisah secara sepenuhnya untuk masing-masing unit geografis pada sistem penentuan wilayah. Sayangnya informasi mengenai bencana skala menengah dan besar seringkali tidak tersedia dalam bentuk yang terpisah. Bencana skala kecil, karena sifatnya dapat diberikan rujukan geografis dengan mudah, karena bencana skala tersebut tidak melampaui batas unit geografi dimana bencana tersebut terjadi.

11 Masalah mengenai sumber informasi (dan hubungannya dengan bencana skala kecil dan menengah)
Sumber umum untuk informasi mengenai data bencana dapat digolongkan menjadi tiga kelompok utama: Berkas informasi yang dibuat dan dipelihara oleh lembaga penanggulangan keadaan darurat dan organisasi bantuan atau donor. Sumber informasi ini seringkali hanya mengandung informasi mengenai kejadian yang memberikan tindakan dari bagian organisasi tersebut. Lembaga-lembaga tersebut cenderung untuk tidak mencatat bencana yang dapat ditanggulangi masyarakat, dan membiarkan begitu saja bencana skala kecil dan menengah. Namun informasi menengai hal ini biasanya terpercaya jika tersedia. Berkas Akademis dan Ilmiah, yang dibuat oleh institusi riset yang seringkali tertarik pada jenis kejadian tertentu dan lebih fokus pada kejadian itu sendiri dibandingkan dengan dampak kejadian pada masyarakat. Contoh dari database ini tersimpan pada pusat penelitian meterologi dan seismologi. Terbitan media, terutama media cetak (surat kabar). Walaupun ada penolakan pada sumber ini di kalangan peneliti ilmiah, pengalaman LA RED dalam membangun database bencana di lebih dari 16 negara dan banyak instansi wilayah selama hampir satu dekade telah menunjukkan kegunaan sumber informasi ini.

12 Tujuh fakta yang tidak dapat diabaikan dan membuat informasi dari media menjadi kebutuhan yang tidak dapat dihindari dari inventaris metodologi DesInventar: Bencana dalam skala yang sangat kecil TIDAK dicatat oleh sumber informasi lainnya. Penggunaan terbitan media menjadi wajib jika ingin membangun database menyeluruh yang mencakup bencana dalam skala apapun. Media secara alami mempunyai kendali diri: walaupun terdapat kemungkinan melebih-lebihkan atau mengurang-ngurangi dalam terbitan media, banyaknya jenis jumlah sumber informasi ini membuat peneliti dapat membandingkan berbagai pandangan dari beberapa surat kabar and dan bahkandari beberapa edisi atau artikel dari sumber yang sama. Dalam banyak kejadian, Media adalah sumber informasi yang memenuhi kebutuhan dua kelompok pertama, atau setidaknya menjadi salah satu masukan yang digunakan untuk membuat berkas mereka.

13 Kebanyakan koran menyimpan arsip yang sangat teratur dan dapat diakses oleh umum. Lain halnya dengan sumber informasi lain yang biasanya terbatas, sulit diakses atau tidak teratur dan tercampur dengan banyak data operasi lainnya. Informasi tahun-tahun terdahulu dapat diperoleh dari surat kabar, bahkan untuk masa dimana stidak ada sumber informasi formal mengenai efek bencana atau bahkan saat lembaga- lembaga yang bertanggung jawab atas keadaan darurat belum didirikan. Masyarakat setempat dapat memastikan keterpercayaan surat kabar dengan mudah. Reputasi surat kabar adalah ukuran yang sangat membantu pada saat mengambil keputusan mengenai informasi yang harus dimasukkan kedalam inventaris. Ada kontinuitas dalam kualitas dan keseluruhan masing-masing sumber media, terutama untuk hal yang dianggap sebagai sesuatu yang ‘serius’.

14 TERIMAKASIH Semarang, 7 Oktober 2011


Download ppt "MODUL METODOLOGI DesInventar"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google