Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI
“DIURETIK” KELOMPOK: I
2
* Pengertian Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak termasuk dalam definisi ini, misalnya zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin), memperbesar volume darah (dekstran) atau merintangi sekresi hormon anti diuretik ADH (air, alkohol
3
Fungsi utama zat - zat diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa agar volume cairan ekstraseluler menjadi normal. Salah satu cara menyeimbangkan cairan pada keadaan udema adalah dengan ekskresi cairan melalui urin, jika jumlah cairan yang dikeluarkan meningkat maka ekskresi garam juga meningkat.
4
Mekanisme kerja diuretik
Kebanyakan diuretik bekerja dengan mengurangi reabsorbsi ion - ion Na+, sehingga pengeluarannya bersama air diperbanyak. Obat - obat diuretik bekerja khusus terhadap tubulus ginjal di tempat yang berlainan. Pada tubulus proksimal , Disini 70% ultra filtrat seperti glukosa, ureum, ion Na+ dan Cl- diserap kembali, Filtrat tidak berubah dan tetap isotonik terhadap plasma . Diuretik osmotik seperti manitol, sorbitol, dan gliserol juga bekerja disini dengan mengurangi reabsorbsi ion Na+ dan Cl-.
5
Pada lengkung Henle, disini 20% ion Cl- diangkut secara aktif kedalam sel tubulus dan disusul dengan pengangkutan Na+ secara pasif, tetapi tanpa air sehingga filtrat menjadi hipotonik terhadap plasma. Diuretik yang bekerja di lengkung Henle biasanya adalah diuretik dengan kerja kuat seperti Furosemid, asam etakrinat dengan merintangi transport Cl- . Pada tubulus distal bagian depan ujung lengkung Henle dalam cortex, disini ion Na+ diserap kembali secara aktiv tanpa penarikan air, sehingga filtrat menjadi lebih cair dan hipotonik.Zat - zat seperti thiazid, clortalidon, mefrusid bekerja disini dengan merintangi reabsorbsi ion Na+ dan Cl- .
6
Pada tubulus distal bagian belakang, disini ino Na+ diserap kembali secara aktiv, dan terjadi pertukaran dengan ion K+, H+, NH4+ . proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal, aldosteron. Zat- zat penghemat kalium seperti Spironolacton, dan triamteren bekerja disini dengan mengurangi pertukaran ion K+ dengan ion Na+, yang berakibat retensi kalium (antagonis aldosteron), Reabsorbsi air terutama terjadi di ductus colligens, dan disini juga tempat bekerjanya hormon anti diuretik vasopresin.
7
Golongan Diuretik Pada umumnya diuretika dibagi menjadi 5 golongan, yaitu: Diuretik osmotik Tubuli proksimal Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya. Ansa enle Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun. Duktus Koligentes Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain. Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.
8
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase Diuretik ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal sehingga di samping karbonat , juga Na dan K di ekskresikan lebih banyak bersama dengan air. Khasiat diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang seling (intermittens). Diuretic bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi bikarbonat. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
9
3. Diuretik golongan tiazid Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih lama (6-48 jam) dan terutama digunakan dalam terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung (dekompensatio cardis). Obat-obat ini memiliki kurva dosis efek datar, artinya bila dosis optimal dinaikkan lagi efeknya (dieresis, penurunan tekanan darah) tidak bertambah.Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
10
4. Diuretik hemat kalium Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).efek obat-obat ini hanya melemahkan dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorbsi Na dan ekskresi K. proses ini dihambat secara kompetitif (saingan) oleh obat-obat ini. Amilorida dan triamteren dalam keadaan normal hanyalah lemah efek ekskresinya mengenai Na dan K. tetapi pada penggunaan diuretika lengkungan dan thiazida terjadi ekskresi kalium dengan kuat, maka pemberian bersama dari penghemat kalium ini menghambat ekskresi K dengan kuat pula.
11
5. Diuretik kuat Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru- paru. Memperlihatkan kurva dosis efek curam, artinya bila dosis dinaikkan. Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.
12
Penggunaan Klinik Diuretik
Diuretika digunakan pada semua keadaan di mana dikehendaki peningkatan pengeluaran air, khususnya pada hipertensi dan gagal jantung. Hipertensi Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step 1, pada sebagian besar penderita. Diuretik kuat (biasanya furosemid), digunakan bila terdapat gangguan fungsi ginjal atau bila diperlukan efek diuretik yang segera. Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada bahaya hipokalemia. Payah jantung kronik kongestif Diuretik golongan tiazid, digunakann bila fungsi ginjal normal. Diuretik kuat biasanya furosemid, terutama bermanfaat pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat bila ada bahaya hipokalemia. Udem paru akut Biasanya menggunakan diuretik kuat (furosemid) dll
13
Interaksi Diuretik Penghambat ACE, dapat menimbulkan hipotensi yang hebat, maka sebaiknya baru diberikan setelah penggunaan diuretikum dihentikan selama 3 hari. Obat-obat Rema (NSAID’s), dapat agak memperlemah efek diuresis dan antihipertensi akibat sifat retensi natrium dan airnya. Kortikosteroida, dapat memperkuat kehilangan kalium. Aminoglikosida, ototoksitas diperkuat berhubung diuretika sendiri dapat menyebabkan ketulian (reversibel). Antidiabetika Oral, dikurangi efeknya bila terjadi hiperglikemia. Litiumklorida, dinaikkan kadar darahnya akibat terhambatnya ekskresi.
14
Efek Samping Diuretik Hipokalemia
Kekurangan kalium dalam darah. Semua diuretik dengan titik kerja dibagian muka tubuli distal memperbesar ekskresi ion K dan H karena ditukarkan dengan ion Na. akibatnya adalah kandungan kalium plasma darah menurun dibawah 3,5 mmol/liter. Keadaan ini terutama dapat terjadi pada penanganan gagal jantung dengan dosis tinggi furosemida, mungkin bersama thiazida. Gejala kekurangan kalium ini bergejala kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi, anoreksia, kadang-kadang juga aritmia jantung tetapi gejala ini tidak selalu menjadi nyata.
15
2. Hiperurikemia Akibat retensi asam urat (uric acid) dapat terjadi pada semua diuretika, kecuali amilorida. Menurut perkiraan, hal ini diebabkan oleh adanya persaingan antara diuretikum dengan asam urat mengenai transpornya di tubuli. Terutama klortalidon memberikan resiko lebih tibggi untuk retensi asam urat dan serangan encok pada pasien yang peka.
16
3. Hiperurikemia Akibat retensi asam urat (uric acid) dapat terjadi pada semua diuretika, kecuali amilorida. Menurut perkiraan, hal ini diebabkan oleh adanya persaingan antara diuretikum dengan asam urat mengenai transpornya di tubuli. Terutama klortalidon memberikan resiko lebih tibggi untuk retensi asam urat dan serangan encok pada pasien yang peka. 4. Hiperglikemia Dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi, akibat dikuranginya metabolisme glukosa berhubung sekresi insulin ditekan. Terutama thiazida terkenal menyebabkan efek ini, efek antidiabetika oral diperlemah olehnya. dll
17
Kehamilan dan Laktasi Thiazida dan diuretika lengkungan dapat mengakibatkan gangguan elektrolit pada janin, juga dilaporkan kelainan darah pada neonati. Wanita hamil hanya dapat menggunakan diuretika pada fase terakhir kehamilannya atas indikasi ketat dan dengan dosis yang serendah-rendahnya. Penggunaan spironolakton dan amilorida oleh wanita hamil dianggap aman di beberapa negara, antara lain Swedia. Furosemida, HCT, dan Spironolakton mencapai susu ibu dan menghambat laktasi.
18
KEPUSTAKAAN Tjay, Tan Hoan, dkk Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo. Tim Penyusun, Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FK UI
19
TERIMAKASIH
20
FARMASI B (013) Kelompok i NIKMAWATI HUSNIAR ST. NUR JANNAH INDAH SARI
NUR FITRAH FADIYAH REZKY MAULIYANTI ABDALLAH HAMAD EL-MAQBOEL NURJANNAH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.