Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehAde Kartawijaya Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
INHERNI MARTI ABNA, S.SI, M.SI PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
IMUNOLOGI PERTEMUAN 8 INHERNI MARTI ABNA, S.SI, M.SI PRODI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2
Definisi Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imunitas pada seseorang dan sistem respon imun terhadap agen penginfeksi Imunitas : daya resistensi tubuh terhadap penyakit terutama penyakit infeksi Sistem imun : gabungan sel, molekul, dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi.
3
Definisi Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh.
4
Sejarah Imunologi Edward Jenner: pada tahun 1798, Edward Jenner mengamati bahwa seseorang dapat terhindar dari infeksi variola secara alamiah, bila ia telah terpapar sebelumnya dengan cacar sapi (cow pox). Louis Pasteur: pada tahun 1880 menemukan penyebab penyakit infeksi dan dapat membiakkan mikroorganisme serta menetapkan teori kuman (germ theory) penyakit. Penemuan ini kemudian dilanjutkan dengan diperolehnya vaksin rabies pada manusia tahun Hasil karya Pasteur ini kemudian merupakan dasar perkembangan vaksin selanjutnya yang merupakan pencapaian gemilang di bidang imunologi yang memberi dampak positif pada penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit infeksi pada anak.
5
Sejarah Imunologi Robert Koch : Pada tahun 1880, Robert Koch menemukan kuman penyebab penyakit tuberkulosis. Dalam rangka mencari vaksin terhadap tuberkulosis ini, ia mengamati adanya reaksi tuberkulin (1891) yang merupakan reaksi hipersensitivitas lambat pada kulit terhadap kuman tuberkulosis. Alexander Yersin Dan Roux: Setelah Roux dan Yersin menemukan toksin difteri pada tahun 1885, Von Behring dan Kitasato menemukan antitoksin difteri pada binatang (1890). Sejak itu dimulailah pengobatan dengan serum kebal yang diperoleh dari kuda dan imunologi diterapkan dalam pengobatan penyakit infeksi pada anak.
6
SEJARAH IMUNOLOGI Metchnikoff :Pada tahun 1883, Metchnikoff sebenarnya telah mengatakan bahwa pertahanan tubuh tidak saja diperankan oleh faktor humoral, tetapi leukosit juga berperan dalam pertahanan tubuh terhadap penyakit infeksi. Pada waktu itu peran leukosit baru dikenal fungsi fagositosisnya.
7
Fungsi Sistem Imun 1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit dengan menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh. 2. Menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk perbaikan jaringan, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal. Dan Sasaran utama yaitu bakteri patogen dan virus. Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, dan sel mast).
8
TIPE IMUNITAS Imunitas alami
Aktif=> didapat stlh sembuh dari peny (ex; cacar air) Pasif => antibodi yang sdh jadi diperoleh bayi mll plasenta atau kolostrum Imunitas buatan Aktif => pembentukan stlh vaksinasi Pasif => imunitas yang sdh jadi (ex; antitoksin tetanus)
9
Respons Imun Respon imun
Kumpulan respon thd substansi asing yg terkoordinasi Tahap: 1. Deteksi & mengenali benda asing 2. Komunikasi dgn sel lain untuk berespons 3. Rekruitmen bantuan & koordinasi respons 4. Destruksi atau supresi penginvasi
11
Jenis-jenis Sistem Imun
Sistem imun non spesifik ,natural atau sudah ada dalam tubuh (pembawaan ) Sistem imun spesifik atau adaptasi
13
Sistem Imun Non Spesifik
Pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan mikroorganisme Respon langsung terhadap antigen Disebut non spesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir.
14
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Sistem Imun Non Spesifik
Spesies Perbedaan individu dan pengaruh usia Suhu Pengaruh hormon Faktor nutrisi Flora bakteri normal
15
SISTEM IMUN NON SPESIFIK (Innate Immunity System)
Pertahanan tubuh yg tdk spesifik & mrp bagian dari sistem immun yg berfungsi sbg barier terdepan pada awal terjadinya infeksi penyakit Natural / native immunity Sistem imun non spesifik meliputi : 1. Pertahanan Fisik / Mekanik 2. Pertahanan Biokimiawi 3. Pertahanan Humoral 4. Pertahanan Seluler
16
Pertahanan Fisik/Mekanik
Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin, akan mencegah masuknya berbagai kuman patogen ke dalam tubuh. Kulit yang rusak, misal karena luka bakar, akan meningkatkan resiko infeksi
17
Pertahanan Biokimia pH asam dari keringat dan sekresi sebaseus efek antimikrobal Sekresi mukosa saluran napas dan telinga (sekresi lilin) Lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu melindungi dari berbagai kuman Gram Positif menghancurkan dinding sel Air susu ibu laktoferin dan asam neuraminik sifat antibakterial terhadap E. Coli dan Staphylococcus Asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik dan empedu dalam usus halus menciptakan lingkungan anti bakteri
18
Pertahanan Biokimia Lisozim yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman gram negatif dan hal tersebut diperkuat oleh komplemen. Laktoferin dan transferin dalam serum dapat mengikat zan besi yang dibutuhkan untuk kehidupan kuman pseudomonas.
19
Pertahanan Humoral Komplemen Fungsi komplemen
Menghancurkan sel membran banyak bakteri (lisis) Melepas bahan kemotaktik yang mengerahkan makrofag ke tempat bakteri (kemotaksis) Mengendap pada permukaan bakteri memudahkan makrofag untuk mengenal (opsonisasi) lalu memakannya Larut dalam keadaan non aktif diaktivasi oleh antigen, kompleks imun, dsb mediator (biologik aktif ataupun mjd enzim untuk reaksi selanjutnya) Jalur aktivasi ini sering pula disertai dengan kerusakan jaringan
20
Pertahanan Humoral B. Interferon
Adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel manusia yang mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi virus. Interferon mempunyai sifat anti virus dengan jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi virus sehingga menjadi resisten terhadap virus.
21
Pertahanan Humoral Interferon juga dapat mengaktifkan Natural Killer cell (sel NK). Sel yang diinfeksi virus atau menjadi ganas akan menunjukkan perubahan pada permukaannya. Perubahan tersebut akan dikenal oleh sel NK yang kemudian membunuhnya. Dengan demikian penyebaran virus dapat dicegah.
22
Pertahanan Humoral C. CRP (C-Reactive Protein)
Merupakan protein fase akut berbagai protein kadarnya meningkat pada infeksi akut Mengikat komplemen melalui mekanisme opsonin
23
Pertahanan Seluler Fagosit Makrofag LGL (Large Granular Lymphocyte)
Pada dasarnya semua sel bersifat fagositosis Non spesifik mononuklier (monosit & makrofag) dan polimorfonuklier atau granulosit Alur : kemotaksis (aktivasi komplemen) menelan memakan (fagositosis) membunuh mencerna (lisis) Makrofag Dapat hidup lama Mempunyai beberapa granul dan melepaskan berbagai bahan : lisozim, komplemen, interferon, dan sitokin kontribusi dalam SIN dan SIS LGL (Large Granular Lymphocyte) Mengandung banyak sitoplasma, granul sitoplasma azurofilik, pseudopodia, dan nukleus eksentris Bersifat seperti sel NK
24
Pertahanan Seluler Antibody seperti pada halnya dengan komplemen C3b dapat meningkatkan fagosistosis (opsonisasi). Antigen yang diikat antibody akan lebih mudah dikenal oleh fagosit untuk kemudian dihancurkan. Hal tersebut dimungkinkan oleh adanya reseptor untuk fraksi Fc dari immunoglobulin pada permukaan fagosit.
25
SISTEM IMUN SPESIFIK SPESIFIK HUMORAL SPESIFIK SELULER SISTEM LIMFOID
Benda asing sel B berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma membentuk antibodi menetralisir toksin infeksi ekstraselluler SPESIFIK SELULER Sel T Pertahanan terhadap infeksi intraseluler SISTEM LIMFOID Tempat pematangan sel T dan sel B
27
ANTIGEN Antigen (imunogen) adalah bahan yang dapat merangsang respon imun atau bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi yang sudah ada Epitop atau determinan antigen adalah bagian antigen yang dapat merangsang sistem imun dengan sangat kuat. Satu antigen dapat memiliki satu atau lebih determinan antigen. Hapten adalah antigen yang molekulnya berukuran kecil yang tidak dapat menginduksi respon imun jika sendirian, tetapi menjadi imunogenik jika bersatu dengan carrier
28
ANTIBODI Antibodi (imunoglobulin) merupakan kelas molekul yang dihasilkan oleh sel plasma (proliferasi dari limfosit B) dan dibantu oleh limfosit T dan makrofag yang dirangsang oleh antigen asing Semua molekul imunoglobulin mempunyai 4 rantai polipeptida dasar : 2 rantai berat (heavy chain/H) dan 2 rantai ringan (light chain/L), serta 2 regio : variabel (V) dan constant (C) Enzim papain memecah molekul antibodi dalam fragmen masing-masing. Fab : Fragmen Antigen Binding . Fc : Fragmen crystallizable Ada 5 imunoglobulin : IgG, IgA, IgM, IgD, dan IgE
29
BENTUK-BENTUK ANTIBODI
Klas Tempat Fungsi IgG Bentuk antibodi utama di sirkulasi Mengikat patogen, mengaktifkan komplemen, meningkatkan fagositosis IgM Di sirkulasi, antibodi terbesar Aktifkan komplemen, menggumpalkan sel IgA Di saliva dan susu Mencegah patogen menyerang sel epitel traktus digestivus dan respiratori. Ig D Di sirkulasi dan jumlahnya paling rendah Menandai kematuran sel B Ig E Membran berikatan dengan reseptor basofil dan sel mast dalam jaringan Bertanggung jawab dalam respon alergi dan melindungi dari serangan parasit cacing
30
Gangguan / penyakit imunologi
Hipersensitifitas (respon imun berlebihan) Imunodefisiensi (respon imun berkurang) Penyakit autoimun (reaksi sistem imun terhadap antigen jaringan sendiri)
31
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Merupakan reaksi imun yang patologik respon imun yang berlebihan/tidak sesuai berbahaya/ kerusakan jaringan Tipe Manifestasi Mekanisme I II III IV Reaksi hipersensitivitas cepat Antibodi terhadap sel Kompleks Ab-Ag Reaksi hipersensitivitas lambat Biasanya IgE IgG atau IgM IgG (Terbanyak) atau IgM Sel T yang disensitasi
32
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE I (REAKSI ALERGI)
Sifatnya segera Juga disebut Reaksi Anafilaktik Patofis : pengikatan Ag dengan IgE pada permukaan sel mast melepaskan mediator alergi vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler, kontraksi otot polos, dan eosinofilia Contoh klinis : asma ekstrinsik, rinitis alergika, reaksi sengatan serangga, reaksi alergi obat/makanan, urtikaria, eczema
33
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE II
Dependen komplemen Disebut juga Reaksi Sitotoksik Patofis : pengikatan IgG atau IgM dengan Ag seluler mengaktifkan rangkaian komplemen fagositosis/sitolisis Contoh klinis : anemia pernisiosa, anemia hemolitik autoimun, trombositopenia, reaksi obat (sebagian), reaksi tranfusi, dan myasthenia gravis
34
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE III
Disebut juga Reaksi Kompleks Imun Patofis : kompleks imun (Ab-Ag) beredar dalam darah mengendap dalam jaringan (paling sering : ginjal, persendian, kulit, pembuluh darah) respon imun kerusakan jaringan sekitar Contoh klinis : SLE, RA, poliarteritis
35
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE IV
Disebut juga Reaksi Lambat Patofis : antigen diproses makrofag dihantarkan pada sel T sel T melepaskan berbagai sitokin akumulasi sel-sel radang Contoh klinis : dermatitis kontak, penolakan alograft, sensitivitas obat
36
Defisiensi sistem imun Penyakit yang menyertai
DEFISIENSI IMUN No Defisiensi sistem imun Penyakit yang menyertai 1. 2. 3. 4. Sel B atau Antibodi Sel T Fagosit Komplemen Infeksi bakteri rekuren seperti otitis media, pneumonia rekuren Kerentanan meningkat terhadap virus, jamur, dan protozoa Infeksi sistemik oleh bakteri yang dalam keadaan biasa mempunyai virulensi rendah, infeksi bakteri piogenik Infeksi bakteri, autoimunitas
37
AUTOIMUNITAS Autoimunitas (hilangnya toleransi) adalah reaksi sistem imun terhadap antigen jaringan sendiri Contoh : SLE, SJS, RHD Ada beberapa teori autoimunitas : Teori forbidden clones eliminasi klon yang tidak lengkap klon yang meloloskan diri kembali dan bermutasi Reaksi silang dengan antigen bakteri epitop bakteri sama dengan sel sendiri reaksi silang Rangsangan molekul poliklonal stimulasi bakteri/virus kepada sek B untuk menyerang sel sendiri Kegagalan autoregulasi pengawasan sel autoreaktif oleh sel T suppresor yang gagal
38
INFLAMASI Inflamasi adalah respon jaringan terhadap cidera akibat infeksi, pungsi, abrasi, terbakar, objek asing, atau toksin Ditandai dengan kemerahan, panas, pembengkakan, dan nyeri. Gejala kelima kadang terjadi adalah hilangnya fungsi
39
INFLAMASI Rangkaian peristiwa inflamasi :
Produksi faktor-faktor kimia vasoaktif meliputi histamin, serotonin, derivatif asam arakidonat (leukotrien, prostlagandin, dan tromboksan), dan kinin (protein plasma teraktivasi). Faktor-faktor ini mengakibatkan efek : Vasodilatasi eritema, nyeri berdenyut, panas Peningkatan permeabilitas kapiler bengkak Pembatasan area cidera bekuan fibrin
40
INFLAMASI 2. Kemotaksis (gerakan fagosit ke arah cidera) 1 jam setelah permulaan inflamasi Marginasi : perlekatan fagosit ke dinding endotelial Diapedesis : migrasi fagosit ke area cidera 3. Fagositosis agens berbahaya Neutrofil & makrofag terurai dan mati setelah menelan bakteri Membentuk pus terus menerus sampai infeksi teratasi pus bergerak ke permukaan tubuh/rongga internal untuk diuraikan/diabsorbsi Abses/granuloma akan terbentuk jika respon inflamasi tdk dapat mengatasi cidera Abses :kantong pus terbatas dikelilingi jaringan terinflamasi Granuloma : proses inflamasi kronik karena iritasi berulang dikelilingi kapsul fibrosa
41
INFLAMASI 4. Pemulihan Regenerasi jaringan mitosis sel-sel sehat
Pembentukan jaringan parut respon alternatif Regenerasi atau pembentukan parut ditentukan oleh sifat jaringan yang rusak dan luasnya cidera. Kulit kemampuan regenerasi yang tinggi regenerasi lengkap, kecuali jika cidera terlalu dalam
42
TERIMA KASIH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.