Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehSuparman Irawan Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
INTEVENSI KRISIS DAN BENCANA PERTEMUAN :
Diah Sukaesti, M. Kep, Sp.Kep J FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
Mahasiswa mampu mengenal masalah pada kondisi intervensi krisi dan Bencana Mahasiswa mampu memberikan asuhan pada kondisi krisis dan bencana
3
Location: South East Asia. Land area : 1.922.570 km2
Water area: km2 Health status HDI : 0,684 (moderate) IMR: 24,5/1.000 live birth MMR: 359/ live birth Life expectancy at birth : 69,1 34 Provinces, 497 districts/cities. Population is about people Ethnic Groups & Languages: About 300 tribes, 726 different languages and dialects
4
Intervensi krisis Merupakan stategi tindakan yang singkat, fokus dan cepat yang efektif dalam menolong seseorang untuk dapat menghadapi kejadianyang penuh stres secara Adaptif Krisis merupakan suatu gangguan yang disebabkan kejadian yang penuh Stres atau ancaman yang dirasakan.
5
Jenis-jenis krisis 1. Krisis maturasi Merupakan kejadian dalam tugas perkembangan yang membutuhkan perubahan peran 2. Krisis situasional terjadi ketika suatu kejadian dalam kehidupan mengganggu keseimbangan psikologis seseorang atau kelompok.
6
Krisis adventisius terjadi sebagai respons terhadap trauma berat atau bencana alam. Krisis ini dapat memengaruhi individu, masyarakat, bahkan negara. Banjir, Gempa bumi, Perang, Kejahatan dengan kekerasan, Perkosaan, Pembunuhan, Penculikan, Tindakan teroris
7
Karakteristik bencana
Intensitas Dampak Bencana yang menghasilkan kerusakan yang terjadi dalam waktu singkat kebanyakan menyebabkan distres emosional dari pada bencana yang terjadi lebih lama Rasio dampak( seperti proposi dari komunitas dalam mendukung kehilangan personel)
8
KARAKTERISTIK BENCANA
Intensitas Dampak Bencana yang menghasilkan kerusakan yang terjadi dalam waktu singkat kebanyakan menyebabkan distres emosional dari pada bencana yang terjadi lebih lama Rasio dampak( seperti proposi dari komunitas dalam mendukung kehilangan personel)
9
Lanjut Ketika suatu bencana mempengaruhi populasi dari suatu komunitas secara signifikan,beberapa individu dapat memeberkan dukungn emosional bagi para penderita. Potensi untuk terulang kembali bahaya yang lain Ancaman nyata atau dapat diperkirakan bencana akan dapat berulang kembali dapat menimbulkan anxietas dan meningkatkan Stres
10
Aspek Budaya dan Simbolik
perubahan dalam kehidupan sosial budaya dan aktivitas rutinnya menjadi sangat menganggu Rentang dan jenis kehilangan yang dialami oleh para penyitas secara berkelanjutan
11
Fase Respon Bencana 1. Fase peringatan atau ancaman bencana bervariasi dalam jumlah peringatan, bisa berlangsung lama atau tiba Tiba. 2. Fase dampak semakin besar dampak cakupan bencana semakin menimbulkan dampak psikologis
12
3. Fase penyelamatan atau Heroik
semakin cepat penyelamatan dilakukan makin mengurangi dampak psikologis dari korban bencana. 4. Fase penyelesaian ketika bantuan secara materi dan dukungan dari petugas akan meningkatkan optimisme dari korban bencana
13
5. Fase inventori fase dimana korban bencana mulai mengenali bencana, korban sudah mengalami masa kelelahan karena harus memikirkan relokasi, dan fasilitas yang rusak. 6. Fase Kekecewaan pada kondisi ini relwan sudah mulai ditarik sehingga korban bencana sudah merasa diabaikan , mereka butuh kembali gaya hidup, stresor yang terjadi adalah konflik keluarga, kehilangan finansial, relokasi dan rekontruksi rumah
14
7. Fase rekontruksi atau pemulihan rekontruksi properti fisik dan pemulihan kesejahteraan emosi
15
Faktor-faktor Budaya yang spesifik untuk dipertimbangkan dalam intervensi
Migrasi dan status kewarganegaraan Peran gender dan keluarga Sistem keyakinan spiritual Praktik membesarkan anak Memberdayakan keluarga besar dan sistem pendukung. Rumah dan kondisi kehidupan Status sosial ekonomi.
16
Pengkajian Gejala Fisik: Keluhan somatik (mis., sakit kepala, gastrointestinal, rasa sakit) Gangguan nafsu makan (mis., peningkatan atau penurunan berat badan yang signifikan) Gangguan tidur (mis., insomnia, mimpi buruk) Gelisah; sering menangis; iritabilitas
17
Gejala Kognitif Konfusi sulit berkonsentrasi Pikiran yang kejar mengejar Kewtidakmampuan mengambil keputusan
18
Gejala Perilaku Disorganisasi Impulsif ledakan kemarahan Sulit menjalankan tanggung jawab peran yang biasa Menarik diri dari interaksi sosial
19
Gejala Emosional Ansietas; marah, merasa bersalah Sedih; depresi Paranoid; curiga Putus asa; tidak berdaya
20
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian
Kejadian atau stresor presipitasi Persepsi klien terhadap kejadian atau stresor Karakter dan kekuatan dari sistem pendukung dan sumber koping klien Kekuatan dan mekanisme koping klien sebelumnnya.
21
Kejadian presipitasi Kebutuhan harga diri Kepiawian peran Ketergantungan Fungsi biologis
22
Intervensi Krisis a. Bantuan Bantuan untuk individu yang mengalami krisi meliputi konseling melalui telepon, hotlines, dan konseling krisis singkat (1 sampai 6 sesi). Bantuan untuk kelompok atau komunitas yang mengalami krisis. - Tim bantuan krisis Tim interdisipliner inimemberikan layanan bagi kelompok atau komunitas yang mengalami kejadian krisis tertentu. - Tim bantuan bencana Tim ini memiliki rencana yang terorganisir untuk membantu segmen-segmen besar populasi yang terkena bencana alam. - Konseling stres akibat krisis Bantuan ini ditujukan untuk kelompok profesional, seperti petugas rumah sakit, polisis dan pemadam kebakaran, yang terlibat dalam situasi krisis.
23
b. Peran perawat Perawat memberikan layanan langsung pada orang-orang yang mengalami krisis da bertindak sebagai anggota tim intervensi krisis (ANA, 1994). Perawat di lingkungan rumah sakit akut dan kronik membantu individu dan keluarga berespons terhadap krisis penyakit yang serius, hospitalisasi, dan kematian. Perawat di lingkunagn masyarakat (mis., kantor, klinik rumah, sekolah, kantor) memnerikan bantuan pada individu dan keluarga yang mengalami krisis situasional dan perkembangan. Perawat yang bekerja dengan sekelompok klien tertentu harus mengantisipasi situasi dimana krisis dapat terjadi. - Keperawatan ibu dan anak. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti kelahiran bayi prematur atau lahir mati, keguguran dan lahir abnormal
24
Keperawatan pediatrik
Keperawatan pediatrik. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti awitan penyakit serius, penyakit kronis atau melemahkan, cedera traumatik, atau anak menjelang ajal. - Keperawatan medikal-bedah. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti diagnosis penyakit serius, penyakit yang melemahkan, hospitalisasi karena penyakit akut atau kronis, kehilangan bagian atau fungsi tubuh, kematian dan menjelang ajal. - Keperawatan gerontologi. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti kehilangan kumulatif, penyakit yang melemahkan, ketergantungan, dan penempatan di rumah perawatan
25
Keperawatan darurat. Perawat harus mengantisispasi krisis seperti trauma fisik, penyakit akut, krisis perkosaan, dan kematian. - Keperawatan psikiatri. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti hospitalisasi akibat penyakit jiwa, stressor kehidupan karena sakit jiwa yang serius, dan bunuh diri. Perawat bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain untuk membantu individu mengatasi situasi krisis.
26
c. Prinsip intervensi krisis
1. Tujuan intervensi krisis adalah mengembalikan individu ke tingkat fungsi sebelum krisis. 2. Penekanan intervensi ini adalah memperkuat dan mendukung aspek-aspek kesehatan dari fungsi individu. 3. Dalam intervensi krisis, pendekatan pemecahan masalah digunakan secara sistematis
27
c. Prinsip intervensi krisis
1. Tujuan intervensi krisis adalah mengembalikan individu ke tingkat fungsi sebelum krisis. 2. Penekanan intervensi ini adalah memperkuat dan mendukung aspek-aspek kesehatan dari fungsi individu. 3. Dalam intervensi krisis, pendekatan pemecahan masalah digunakan secara sistematis
28
c. Prinsip intervensi krisis
a. mengkaji persepsi individu terhadap masalah, serta mengkaji: kelebihan dan kekurangan sistem pendukung individu dan keluarga. b. Merencanakan hasil yang spesifik dan tujuan yang didasarkan pada prioritas. c. Memberikan penanganan langsung(mis., menyediakan rumah singgah bila klien diusir rumah, merujuk klien ke ”rumah perlindungan” bila terjadi penganiyaan oleh suami atau istri).
29
4. Hierarki Maslow. Kerangka kerja hierarki Maslow tentang kebutuhan dapat membantu menentukan prioritas intervensi. a. Sumber daya fisik diperlukan untuk bertahan hidup (mis., makanan, rumah singgah, keselamatan). b. Sumber daya sosial diperlukan untuk mendapatkan kembali rasa memiliki (mis., dukungan keluarga, jaringan kerja sosial, dukungan komunitas). c. Sumber daya psikologis diperlukan untuk mendapatkan kembali harga diri (mis., penguatan yang positif, pencapaian tujuan).
30
5. Petugas intervensi krisis
5. Petugas intervensi krisis. Peran petugas intervensi krisis mencakup berbagai fungsi beriut ini. a. Membentuk hubungan dan mengomunikasikan harapan serta optimisme. b. Melaksanakan peran yang aktif dan mengarahkan, bila perlu. c. Memberikan anjuran dan alternatif (mis., membuat rujukan ke lembaga yang tepat, seperti lembaga kesejahteraan anak atau klinik medis). d. Membantu klien memilih alternatif. e. Bekerja sama dengan profesional lain untuk mendapatkan layanan dan sumber daya yang diperlukan klien.
31
Identifikasi kejadian pencetus dam situasi krisis
Tentukan persepsi klien tentang krisis yang dihadapi, meliputi kebutuhan utama yang terancam krisis, tingkat gangguan hidup, dan gejala-gejala yang dialami klien. Tentukan faktor-faktor penyeimbang yang ada, meliputi apakah klien memiliki persepssi yang realistis terhadap krisis yang terjadi, dukungan situasional (mis, keluarga, teman, sumber daya finansial, sumber daya spiritual, dukungan masyarakat), dan penggunaan mekanisme koping.
32
B. Diagnosis Keperawatan 1. Analisis a
B. Diagnosis Keperawatan 1. Analisis a. Analisis persepsi unik klien terhadap krisis dan kejadian pencetusnya. b. Analisis keadekuatan faktor penyeimbang dan tingkat dukungan pribadi, sosial dan lingkungan klien. c. Analisis sejauh mana orang lain terpengaruh oleh krisis, seperti keluarga klien, jaringan kerja sosial, dan masyarakat.
33
2. Diagnosis Keperawatan.
a. Gangguan citra tubuh b. Ketegangan peran pemberi asuhan c. Koping komunitas tidak efektif d. Koping individu tidak efektif e. Penyangkalan tidak efektif f. Koping keluarga : potensi untuk pertumbuhan g. Disfungsi berduka h. Respon pasca trauma i. Ketidakberdayaan j. Sindrom trauma perkosaan k. Perubahan kinerja peran l. Distres spiritual m. Resiko kekerasan pada diri sendiria/orang lain
34
Manipulasi lingkungan
Pendekatan individu Pendekatan generik Dukungan umum Manipulasi lingkungan
35
C. Perencanaan dan Identifikasi Hasil 1
C. Perencanaan dan Identifikasi Hasil 1. Bantu klien,keluarga, masyarakat, atau gabungan dari itu, dalam menetapkan tujuan jangka pendek yang realistis untuk pemulihan seperti sebelum krisis. 2. Tentukan kriteria hasil yang diinginkan untuk klien, kelurga, masyarakat, atau gabungan dari itu. Individu yang mengalami krisis akan : a. Mengungkapkan secara verbal arti dari situasi krisis b. Mendiskusikan pilihan –pilihan yang ada untuk mengatasinya. c. Mengidentifikasi sumber daya yang ada yang dapat memberikan bantuan d. Memilih strategi koping dalam menghadapi krisis e. Mengimplementasikan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi krisis. f. Menjaga keselamatan bila situasi memburuk
36
Lakukan intervensi untuk mencegah rencana menyakiti diri sendiri atau bunuh diri. a. Kenali tanda-tanda bahaya akan adanya kekerasan terhadap diri sendiri.(mis : klien secara langsung mengatakan akan melakukan bunuh diri, menyatakan secara tidak langsung bahwa ia merasa kalau orang lain akan lebih baik jika ia tidak ada, atau adanya tanda-tanda depresi) b. Lakukan pengkajian tentang kemungkinan bunuh diri c. singkirkan semua benda yang membahayakan dari tempat atau sekitar klien. d. Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan jiwa untuk menentukan apakah hospitalisasi perlu dilakukan atau tidak.
37
F. Evaluasi hasil Perawat menggunakan kriteria hasil yang spesifik dalam menentukan efektifitas implementasi keperawatan. Keselamatan klien, keluarga, dan masyarakat dapat dipertahankan sebagai hasil dari intervensi yang adekuat terhadap ekspresi perilaku yang tidak terkendali. Klien mengidentifikasi hubungan antara stresor dengan gejalayang dialami selama krisis. Klien mengevaluasi solusi yang mungkin dilakukan untuk mengatasi krisis. klien memilih berbagai pilihan solusi. Klien kembali ke keadaan sebelum krisis atau memperbaikisituasi atau perilaku.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.